Malam minggu itu entah apa yang ada dipikiran saya, spontan saja ingin berkendara ke timur sendiri, menggunakan sepeda motor. Lalu, saya tidur tidak terlalu larut. Saya pikir, esok harinya saya akan lupa dengan pikiran dadakan tersebut tapi ternyata saya salah.
Tidak seperti biasanya, jika di Malang saya sering bangun siang lewat jam 5, tapi Minggu pagi itu tidak. Saya bangun pagi sekali, mempersiapkan apa saja yang akan saya bawa untuk perjalanan nanti. Rasanya saya tidak sabar untuk segera bertemu seseorang di wilayah timur. Berangkat dari Malang pukul 06:00, dan sampai Lawang pukul 06:30 untuk sarapan soto daging istana, lokasinya setelah pasar Lawang (timur), kiri jalan. Lalu kembali melanjutkan perjalanan ke timur. Jika Sun Go Kong pergi ke Barat tuk mencari kitab suci, maka saya pergi ke timur tuk bertemu pujaan hati.PRET! XD
Jujur, ini pertama kalinya saya berkendara sendiri di jalur pantura, Griduh* dan mengerikan, karena dominasi kendaraan besar.
Tanpa saya sadari, motor melaju sampai di Pasuruan, sempat beberapa kali saya melewati tempat ini tapi saya masih saja lupa mana jalurnya, satu kali saya berhenti tuk cek GPS, lalu motor melaju kembali. Sampai di perbatasan Pasuruan dan Probolinggo saya tertawa pada diri sendiri. Tidak menyangka, kalau saya bisa.
Akhirnya saya sampai juga, di tempatmu, Probolinggo. Maka dengan perjalanan ini, saya menyadari apa yang saya inginkan tentu bisa saya capai, jika saya punya tekad. ^^
*Griduh (Bahasa Madura dari Ramai)
Tidak seperti biasanya, jika di Malang saya sering bangun siang lewat jam 5, tapi Minggu pagi itu tidak. Saya bangun pagi sekali, mempersiapkan apa saja yang akan saya bawa untuk perjalanan nanti. Rasanya saya tidak sabar untuk segera bertemu seseorang di wilayah timur. Berangkat dari Malang pukul 06:00, dan sampai Lawang pukul 06:30 untuk sarapan soto daging istana, lokasinya setelah pasar Lawang (timur), kiri jalan. Lalu kembali melanjutkan perjalanan ke timur. Jika Sun Go Kong pergi ke Barat tuk mencari kitab suci, maka saya pergi ke timur tuk bertemu pujaan hati.
Jujur, ini pertama kalinya saya berkendara sendiri di jalur pantura, Griduh* dan mengerikan, karena dominasi kendaraan besar.
Tanpa saya sadari, motor melaju sampai di Pasuruan, sempat beberapa kali saya melewati tempat ini tapi saya masih saja lupa mana jalurnya, satu kali saya berhenti tuk cek GPS, lalu motor melaju kembali. Sampai di perbatasan Pasuruan dan Probolinggo saya tertawa pada diri sendiri. Tidak menyangka, kalau saya bisa.
Akhirnya saya sampai juga, di tempatmu, Probolinggo. Maka dengan perjalanan ini, saya menyadari apa yang saya inginkan tentu bisa saya capai, jika saya punya tekad. ^^
*Griduh (Bahasa Madura dari Ramai)
Rasanya sudah lama tidak membuat kue/ roti. Kemarin, saya dan ibu membuatnya kembali. Kali ini khusus untuk adik yang sedang ulang tahun, ke 16.
Misalnya lemari baju, dewasa ini saya sebetulnya tidak hobi beli baju, tapi saya masih punya baju- baju zaman SMP dan SMA yang saya simpan. Nah, lulus kuliah ini baju- baju tersebut sudah tidak muat. Jika masih bagus akan dilungsurkan atau diberikan kepada anak- anak sekitar, dan yang sudah bolong akibat dimakan rayap disisihkan untuk lap. Begitu juga dengan lemari bekakas, kadang kami hanya membersihkannya supaya tetap awet.
Nah, ternyata baju- baju kemarin lebih banyak yang sudah jelek, entah kenapa masih saya keep saja. Kadang saya suka eman- eman kalau baju yang saya suka dilungsurkan, soalnya saya merasa adem kalau pakai baju itu, enak dipakai tiduran.
Akhirnya, muncul inisiatif untuk mendaur ulang baju- baju tersebut. Bukan didaur tuk jadi baju lagi, tapi jadi keset.
keset/ke·set/ /kését/ n pengesat kaki, terbuat dari sabut kelapa dan sebagainya. (*KBBI)
Awalnya kami memotongnya menjadi bentuk segitiga panjang, sebanyak mungkin, lalu kain segitiga tersebut dibentuk menjadi segitiga gendut. Setelah selesai dikunci dengan jarum pentul. Setelah menjadi banyak, kemudian dijahit. Untuk bagian ini ibu yang menjahit, dan tadaaa.. Jadilah seperti ini. Hohoho..
Punya banyak waktu luang nih, jadi daripada nganggur, buat seperti ini saja. Hemat ongkos beli keset. XD
Beberapa waktu yang lalu, saat saya berada di luar rumah saya disms ibu untuk cepat pulang. Isi pesannya singkat saya "mbak, ndang mantuk" (kak, segera pulang). Saya pikir ada apa, padahal sedang asyik- asyiknya nih di luar rumah, tapi saya akhirnya memilih untuk segera pulang, karena saya gak mau dikutuk ibu menjadi batu seperti Malin Kundang. Lebay XD
Belum sampai kendaraan masuk garasi, ibu berteriak supaya motornya ditaruh luar saja. Mau kemana, pikir saya. Ternyata saya diajak untuk mengambil kucing di rumah teman ibu. XD
Ceritanya ibu ditawari untuk memelihara kucing temannya sebut saja mbak Mar, karena kucing-yang-akan-diberikan-itu sering di uyel- uyel, apa ya bahasa uyel- uyel ? oleh mbak Mar, jadi lebih baik supaya dipelihara saja oleh ibu, begitu pikirnya.
Akhirnya, berangkatlah kami berdua ke rumah mbak Mar, dengan membawa kardus bekas mie instan, karena selama ini pengalaman saya cuma punya kucing alas atau kucing yang ambil dari pasar atau biasa disebut dengan kucing lokal, sehingga kami pun merawatnya alakadarnya saja tidak perlu perawatan ekstra seperti kucing angora atau kucing persia dan sejenisnya. Sayapun gak punya peralatan seperti tas kucing, tempat makan kucing, atau yang sejenisnya.
Nah, saya sebetulnya sejak lama kepengen punya kucing peranakan, gak asli dari angora atau persia gak apa apa lah yang penting ada unsur peranakan. Eh tapi, bukan berarti saya gak suka sama kucing lokal ya, bukan seperti itu. Kebetulan kucing yang akan diberikan ke saya ini peranakan angora dan kucing alas.
Sesampainya di rumah mbak, kami disambut dengan rengekan anak mbak Mar, namanya Amad. Amad masih kecil, usia TK B. Mbak Mar memberikan kucing kepada saya, warnanya hitam legam dengan mata berwarna kuning tua. Saat saya menggendong kucing tersebut, Amad memukul- mukul saya. Saya paham, Amad mungkin patah hati karena kucingnya akan saya bawa. :D.
Lalu, saya bilang ke Amad menggunakan bahasa Jawa "Mat, sampean sok mben tak paringi sing luwih apik warnane, anak e iki ya, iki mbak Silvi gowo ben dadi akeh disik", (Mat, kamu nanti tak beri yang lebih bagus warnanyam anaknya ini ya, ini mbak Silvi bawa dulu biar anaknya jadi banyak). Amad berhenti memukul saya dan bilang "Tenan? Ojo ngapusi aku!". Lalu, drama badan saya dipukuli selesai. Fyi, Amad ini badannya gendut besar. hahaha
Sesampainya di rumah, kucing hitam tersebut saya masukkan ke ruangan tertutup, karena saya takut nanti kabur. Ohya, namanya Ces (Cara bacanya kayak bilang 'lontong ces', bukan bilang ces atau charger dalam bahasa Jawa). Haha. Apasih ini. :D
Gak taunya, kucing saya yang lama (Moshi) cemburu. Buat yang sering tau kucing berantem ya begitulah posisinya. Ibarat kuda- kuda mau menyerang. Tapi, semakin lama ternyata semakin akrab. Kalau awal- awal dulu ada suara menggerung- nggerung ketika Moshi melihat Ces, sekarang malah sering bermain berdua.
Pengalaman punya kucing sebelum- sebelumnya yang jenis kelaminnya cowok mereka selalu kabur selepas usia 2 tahun, jadi saya malas deh punya kucing cowok. Nah, Moshi ini cewek, dan gak taunya Ces ini cowok, dan saya sudah kadung jatuh cinta sam Ces karena dia anteng dan bulunya lembut.
Saya masih pengen punya kucing lagi, yang banyak. Adanya mereka di rumah bisa jadi hiburan kalau penat. Hehehe
Belum sampai kendaraan masuk garasi, ibu berteriak supaya motornya ditaruh luar saja. Mau kemana, pikir saya. Ternyata saya diajak untuk mengambil kucing di rumah teman ibu. XD
Ceritanya ibu ditawari untuk memelihara kucing temannya sebut saja mbak Mar, karena kucing-yang-akan-diberikan-itu sering di uyel- uyel, apa ya bahasa uyel- uyel ? oleh mbak Mar, jadi lebih baik supaya dipelihara saja oleh ibu, begitu pikirnya.
Memperebutkan singgasana.
Akhirnya, berangkatlah kami berdua ke rumah mbak Mar, dengan membawa kardus bekas mie instan, karena selama ini pengalaman saya cuma punya kucing alas atau kucing yang ambil dari pasar atau biasa disebut dengan kucing lokal, sehingga kami pun merawatnya alakadarnya saja tidak perlu perawatan ekstra seperti kucing angora atau kucing persia dan sejenisnya. Sayapun gak punya peralatan seperti tas kucing, tempat makan kucing, atau yang sejenisnya.
Moshi waspada dengan keberadaan Ces
Lalu, saya bilang ke Amad menggunakan bahasa Jawa "Mat, sampean sok mben tak paringi sing luwih apik warnane, anak e iki ya, iki mbak Silvi gowo ben dadi akeh disik", (Mat, kamu nanti tak beri yang lebih bagus warnanyam anaknya ini ya, ini mbak Silvi bawa dulu biar anaknya jadi banyak). Amad berhenti memukul saya dan bilang "Tenan? Ojo ngapusi aku!". Lalu, drama badan saya dipukuli selesai. Fyi, Amad ini badannya gendut besar. hahaha
Sesampainya di rumah, kucing hitam tersebut saya masukkan ke ruangan tertutup, karena saya takut nanti kabur. Ohya, namanya Ces (Cara bacanya kayak bilang 'lontong ces', bukan bilang ces atau charger dalam bahasa Jawa). Haha. Apasih ini. :D
Gak taunya, kucing saya yang lama (Moshi) cemburu. Buat yang sering tau kucing berantem ya begitulah posisinya. Ibarat kuda- kuda mau menyerang. Tapi, semakin lama ternyata semakin akrab. Kalau awal- awal dulu ada suara menggerung- nggerung ketika Moshi melihat Ces, sekarang malah sering bermain berdua.
Pengalaman punya kucing sebelum- sebelumnya yang jenis kelaminnya cowok mereka selalu kabur selepas usia 2 tahun, jadi saya malas deh punya kucing cowok. Nah, Moshi ini cewek, dan gak taunya Ces ini cowok, dan saya sudah kadung jatuh cinta sam Ces karena dia anteng dan bulunya lembut.
Molly - kucing saya yang kabur dari rumah tapi sering pulang kalau lagi lapar dan pergi lagi. The King of Cats di RT 005, menghamili banyak kucing wanita. Superb!
Moshi- beutifull one
Ces
Saya masih pengen punya kucing lagi, yang banyak. Adanya mereka di rumah bisa jadi hiburan kalau penat. Hehehe
Nah, ngeblog juga begitu. Dulunya saya taunya ngeblog cuma nulis dowang. Iya nulis tok. Ternyata saya salah. Memang sih dalam suatu tampilan blog content atau tulisan adalah raja, dan hal lainnya adalah penyokong. Tapi, mau tidak mau mereka melengkapi. Jadilah saya belajar keduanya, dan hal lainnya. Ya belajar nulis yang baik dan benar meski ngepop bahasanya, lalu belajar utak- atik blog mulai dari widget sampai layout, dan salah satunya adalah memasukkan foto dalam tulisan.
Saya ingat pertama kali saya menulis di blog awal masa SMA, tulisan saya gak ada fotonya sama sekali. Iya, dalam satu postingan isinya tulisan tok. Tapi, beberapa saat yang lalu, saat saya mulai kenal dengan salah satu web penyedia jasa tiket di Indonesia, dan dia meluncurkan web rujukan wisata di berbagai daerah Indonesia dan saya beruntung sekali dapat ikut serta meramaikan khasanah penulisan tema wisata di web tersebut, saya mulai belajar tentang bagaimana caranya me resize foto supaya presisi dan tidak penyok. Pokoknya pas dengan ukuran yang ditentukan.
Saat itu saya sudah mencoba menggunakan office picture manager, namun ternyata tidak tepat dengan ukuran yang saya inginkan. Lalu, saya sharing dengan mbak Rahmah teman blogger dari Makassar dan saat ini tinggal sementara di Kertosono yang notabene dekat dengan Kediri, jadi saya dan Mak Rahmah beberapa kali berjumpa. Akhirnya saya tahu, bagaimana membuat ukuran foto supaya presisi. Salah satunya menggunakan Paint. Kalau belum tahu, ikuti cara- caranya ya. Mudah banget cuma ada 4 step doang, dan gratis :p
1. Buka aplikasi paintnya
2. Pilih resize
3. Lalu akan muncul kotak resize and skew seperti di bawah ini
4. Jika ingin presisi sesuai dengan ukuran yang kita inginkan, maka ganti Precentage ke Pixel, lalu hilangkan centang di Maintain aspect ratio dan isi sesuai angka yang diinginkan. Jika sudah klik OK.
5. Tadaaaa... Foto kita sudah sesuai dengan yang diinginkan, dan siap di upload.
Nah, mudah kan, mudah kaaaaan. Sekarang, kalau kamu mau edit foto gak perlu bingung lagi. Tapi, ada satu yang harus kamu tahu. Ukuran yang saya pakai tersebut untuk jenis foto landscape ya, 500x 350. Kalau kamu pakai foto potrait, tinggal dibalik aja ukuranya, jadi 350x500. Mudahnya begini nih :
Nah, ini hasil edit foto potrait dengan ukuran 350x 500.
Kalau kamu ukuran 500x350, hasilnya cemet :
Sudah mengerti anak - anak ? Hehehe
Semoga bermanfaat. ^.^
Bercerita tentang awal mula berkenalan dengan blog
sehingga akhirnya menjadi blogger selalu membuat saya terharu, karena
sebenarnya awal dari semua ini dikarenakan oleh tuntutan tugas mata pelajaran
TIK. Jika bukan karena guru TIK saya yang bernama pak Herman (alm) yang
mengenalkan blog saat itu, bisa jadi sekarang saya tidak bersentuhan dan
mengenal dunia tulis menulis di dunia maya yang ternyata serba menyenangkan
ini, yang ternyata bisa membawa saya berkeliling Jawa mendatangi acara dan bertemu dengan teman- teman semua.
Awalnya ngeblog bukan kesenangan saya, meski
sebetulnya sejak kecil saya memang suka menulis cerita atau diary. Tapi kan
kalau menulis diary yang baca diri sendiri, nah kalau blog kan berarti harus
siap berbagi. Begitulah pikiran saya saat itu. Tapi, lama kelamaan saya mulai
tahu, mana yang sebaiknya ditulis dan mana yang sebaiknya tidak dipublikasikan.
Secara natural, diri ini tau batasannya.
Saat itu tahun 2008, pak Herman sebagai guru IT
mulai mengenalkan blog yang berplatform blogdetik kepada kami semua, mulai dari
kelas X1 sampai X8. Setiap siswa wajib memiliki minimal 1 blog guna menunjang
pelajaran, karena setiap tugas yang diberikan harus di upload di blog.
Pelajaran tentang blog ternyata tidak hanya tentang
bagaimana cara menulis dan mensubmit tulisan, tapi juga bagaimana cara
mendesain blog. Apalagi saat itu ada kabar bahwa akan ada lomba blog di
sekolah. Wah, saat itu saya sangat bersemangat meskipun tidak tahu akan menang
atau tidak. Setiap pulang sekolah saya selalu pergi ke warnet untuk belajar
secara otodidak mengenai dunia blogging.
Ternyata, proses tidak menghianati hasil. Saat itu
lomba ngeblog mengenai tourism Kediri, dan saya mengangkat tentang Simpang Lima
Gumul, salah satu icon Kabupaten yang digadang- gadang mirip dengan Arc de
Triomphe di Paris. Hari pengumuman tiba, sepulang sekolah kami semua berkumpul
di aula untuk melihat film Laskar Pelangi, dan juga pengumuman pemenang lomba,
setiap kelas diambil 2 anak sehingga pemenang ada 16 orang, dan saya salah
satunya. :D
Hadiahnya memang tak begitu besar, kaos bertuliskan
I Love Blogdetik berwarna pink. Tapi buat saya itu hadiah yang sangat berharga,
hadiah pertama yang saya dapat dari sekolah.
Hal yang paling menyenangkan lainnya adalah dengan
adanya blog, sekolah saya adalah sekolah pertama di Kediri yang memiliki
komunitas Blog yang bernama Detik Smansa, hal tersebut ditunjang karena sekolah
saya adalah sekolah basis IT di Kediri.
Tahun 2008 hingga sekarang, saya menyenangi dunia
blogging sebagai hobi belaka. Hobi yang saya lakoni dengan sepenuh hati,
menjadi penawar masa jenuh saya. Mungkin salah satu penyembuh rasa sakit saya
dimasa lalu adalah dengan ngeblog.
Meski begitu, menulis satu buah blogpost tidaklah
semudah yang dilihat, seperti saya ini, dulu saat jaman sekolah untuk bisa
ngeblog saya harus menyisihkan uang saku untuk bisa mengakses internet di
warnet, meskipun di sekolah ada akses wifi tapi saat itu belum memiliki laptop
sendiri. Nah, saat sudah memiliki laptop, saya sering menulis di saat menjelang subuh,
karena saya selalu percaya kalau menulis di pagi hai pikiran masih fresh dan
ide segar muncul. Makanya, saya juga menyadari bahwa dulu saya bisa menulis
panjang dan bebas, lain dengan sekarang. Hihihi.
Sering online dan ngeblog mau tidak mau mengharuskan saya banyak membaca, karena itu akhirnya saya tahu kalau beberapa saat yang lalu saat booming infused water. Karena sifat #CuriousSilvi, sayapun
mencoba untuk membuatnya, satu kali, dua kali membuat lalu muncul ide untuk
menulis dan memotret. Menulis dan memotretnya pun butuh waktu yang lumayan
lama, mulai dari belanja bahan, sampai proses siap sajinya. Saat memotret
infused water di dalam lemari es, sempat ibu ngomel- ngomel karena terlalu lama
lemari es terbuka. Ya masa motret sekali doang buuk, kan kalau banyak bisa
dipilih- pilih :D.
Tidak disayangka respon dari teman- teman dunia maya
dan teman dekat pun bagus, salah satu dari mereka bilang “Buat usaha saja, Sil!
Ciptakan peluangmu dengan hobimu itu”, saat itu saya hanya tertawa, “infused
water cuma iseng- iseng belaka, dolanan bos”.
Tapi dibalik itu, ada optimisme dalam diri ini untuk
mewujudkan kata- kata teman tersebut. Ya, sekarang ini. Usaha infused water
sudah jalan, meski belum besar, tapi selalu cukup untuk menyambung hidup. Ini
karena satu blogpost. Infused water terwujud.
ah, tak menyangka. Hidup berlalu terlalu cepat tanpa disadari dewasa tak dapat ditolak.
Teringat dulu saat masih kecil, bermain air dalam tong tadah air hujan di belakang rumah, bersembunyi dari panggilan tidur siang ibu di tumpukan jerami bekas kandang sapi, membuat kapur tulis dari 'gamping' dan batang daun pepaya, sekolah- sekolahan serta membuat perpustakaan.
Menggilai barbie sampai nekat membuat baju- baju berbie dan kainnya adalah kain ibu, menggilai westlife dan personelnya, serta yang paling freak adalah menghapal dan menirukan tari- tarian india. Yang tak kalah penting kita selalu punya ide tuk menjadi figur didalamnya. Dalam Westlife kamu adalah Shane Filan, dan aku adalah Nicky Byrne, pun juga dalam film India Mohabbatein. Kamu menjadi Megha, dan aku menjadi Sanjana.
Hingga beranjak besar, dan kita masih bersama.
Ah, meskipun persahabatan kita baru di mulai sekitar tahun 2000an, tapi begitu banyak hal yang tak bisa kudefinisikan. Menjadi saksi kurang dari seperempat hidupmu, membuatku sadar bahwa kamu adalah orang yang paling kupercaya setelah ibu ayahku. Terimakasih menemaniku bertualang sepanjang waktu, menjadi figur yang menginspirasiku, dan pendengar setia keluh kesahku.
Sekarang, kau mulai hidup barumu bersama lelaki yang tentunya akan membahagiakanmu. Selamat menempuh hidup baru, dan jangan pernah berhenti bertualang.
Regards.
me.
Teringat dulu saat masih kecil, bermain air dalam tong tadah air hujan di belakang rumah, bersembunyi dari panggilan tidur siang ibu di tumpukan jerami bekas kandang sapi, membuat kapur tulis dari 'gamping' dan batang daun pepaya, sekolah- sekolahan serta membuat perpustakaan.
Menggilai barbie sampai nekat membuat baju- baju berbie dan kainnya adalah kain ibu, menggilai westlife dan personelnya, serta yang paling freak adalah menghapal dan menirukan tari- tarian india. Yang tak kalah penting kita selalu punya ide tuk menjadi figur didalamnya. Dalam Westlife kamu adalah Shane Filan, dan aku adalah Nicky Byrne, pun juga dalam film India Mohabbatein. Kamu menjadi Megha, dan aku menjadi Sanjana.
Hingga beranjak besar, dan kita masih bersama.
Ah, meskipun persahabatan kita baru di mulai sekitar tahun 2000an, tapi begitu banyak hal yang tak bisa kudefinisikan. Menjadi saksi kurang dari seperempat hidupmu, membuatku sadar bahwa kamu adalah orang yang paling kupercaya setelah ibu ayahku. Terimakasih menemaniku bertualang sepanjang waktu, menjadi figur yang menginspirasiku, dan pendengar setia keluh kesahku.
Sekarang, kau mulai hidup barumu bersama lelaki yang tentunya akan membahagiakanmu. Selamat menempuh hidup baru, dan jangan pernah berhenti bertualang.
Regards.
me.
Menulis dan menikmati kuliner lagi, setelah sekian lama vakum menulis dan seringnya posting- posting di instagram dan path :v.
Ceritanya saya sedang main ke tempat kelahiran saya, yaitu kota Pare- Kediri. Setelah berkunjung ke "rumah baru" nenek, saya menyempatkan untuk mencoba makan- makan di kota Pare yang sekarang ini semakin maju dan berkembang. Berputar- putar, akhirnya saya menemukan kedai kecil yang selalu ramai. Tempatnya mudah dijangkau karena ada di jalan besar, tepatnya di Jalan PB. Sudirman Pare - kanan SDN Pare 1 (Depan Hotel Kediri. Harganya juga terjangkau, untuk satu porsi Bakso 6K, dan satu porsi Balungan Pedas 20K. Kedai ini buka dari pukul 09.00 sampai habis. Biasanya belum sampai sore sudah tutup.
Sebelumnya saya sudah pernah mencoba bakso di tempat ini, dan kali ini saya penasaran dengan balungan pedasnya. Oh ya, kalau ada yang belum tahu apa itu balungan, mari saya jelaskan secara simpel. Balungan- tulang yang masih ada sisa daging yang menempel. Jadi, masih ada yang dinikmati dari tulang- tulang ini.
So, here we go!
Ceritanya saya sedang main ke tempat kelahiran saya, yaitu kota Pare- Kediri. Setelah berkunjung ke "rumah baru" nenek, saya menyempatkan untuk mencoba makan- makan di kota Pare yang sekarang ini semakin maju dan berkembang. Berputar- putar, akhirnya saya menemukan kedai kecil yang selalu ramai. Tempatnya mudah dijangkau karena ada di jalan besar, tepatnya di Jalan PB. Sudirman Pare - kanan SDN Pare 1 (Depan Hotel Kediri. Harganya juga terjangkau, untuk satu porsi Bakso 6K, dan satu porsi Balungan Pedas 20K. Kedai ini buka dari pukul 09.00 sampai habis. Biasanya belum sampai sore sudah tutup.
Sebelumnya saya sudah pernah mencoba bakso di tempat ini, dan kali ini saya penasaran dengan balungan pedasnya. Oh ya, kalau ada yang belum tahu apa itu balungan, mari saya jelaskan secara simpel. Balungan- tulang yang masih ada sisa daging yang menempel. Jadi, masih ada yang dinikmati dari tulang- tulang ini.
So, here we go!
Enak dan pedesnya, nampol abis. Gak sabar pengen mampir lagi :D
Thankyou! |
Orang bilang jangan lama- lama di zona nyaman, nanti keenakan, eh kalau udah gitu keterusan. Ini bicara soal perubahan. Perubahan status dari mahasiswa jadi
Empat tahun berlalu, tepatnya 2011. Euforia masa SMA berakhir juga, dan sudah waktunya berganti menjadi mahasiswa. Senang ? tentu, bahkan tidak bisa diungkapkan dengan kata- kata, kala itu. *tsah. Menjalani siklus panjang dan berliku, Ujian Nasional- Lulus- SNMPTN Undangan, sekarang namanya SNMPTN saja (seleksi Rapor)- Tidak Lulus- SNMPTN Tulis, sekarang berubah nama menjadi SBMPTN- Lulus- Mahasiswa Baru.
Sekarang perasaan senang itu, terulang kembali. Namun dengan euforia yang berbeda.Wisuda masa SMA dan wisuda masa kuliah rasanya sama saja, sama- sama upacaranya, namun lebih sakral wisuda masa kuliah. Kalau wisuda masa SMA, lebih banyak happy- happy nya, sedangkan wisuda masa kuliah terkesan horor sekali. Gedung megah, ke- 2 orang tua yang datang dari luar kota, pejabat tinggi yang memakai baju kebesaran, dan aroma perpisahan dengan sahabat :').
:')) |
wow.
Tapi, meskipun horor. Perayaan inilah yang kami, para mantan pejuang skripsi tunggu- tunggu. Perayaan wisuda, foto pakai toga bersama keluarga, sahabat, dan vatjarr. Wisuda, ahhhh bau toga bertebaran di udara.
Bau toga... |
Meskipun harus prepare lebih lama, bagi kami yang wanita. Jam 4 pagi mandi dengan udara Malang yang dingin, lebih dingin lagi karena musim kemarau. Bersiap tampil menjadi manusia yang berbeda di hari istimewa, wisuda tetap menjadi hal yang di nanti. Meskipun harus duduk selama 5 jam selama upacara berlangsung, berjalan mengitari arena wisuda untuk berjabat erat dengan rektor, wisuda tetap istimewa. Ah, sudah wisuda :'))
Memimpin wefie. |
Empat tahun, tuntas sudah perjuangan kita, teman. Membabat habis belantara kampus tepat waktu. Jika ada pertemuan, tentu akan ada perpisahan. Jabat erat dan ucapan "semoga sukses" seakan menjadi gerbang perpisahan dengan teman seangkatan. Selamat dan sukses tuk masing- masing dari kita. Sampai jumpa di puncak karir kehidupan. Will be missed you all!
Besties. Bertemu di KKN. Hani Izza (Fakultas Ilmu Pendidikan), me, Nanda (satu kelas), Citra Amelia (FMIPA) |
Undangan wisuda. :') |
Kuliah tepat waktu ini, untuk kalian. |
Fotocopy |
bhihihikk... |
Siblings. Mas Angga. |
my role model, mas Candra. |
looks so, scary seeing my face. :| |
Azizah and me. Friends. Best friends |