Demo. Mahasiswa Demo. Ah, klasik !
Saya gak ngerti sih, kenapa pengen nulis beginian. Mungkin efek obrolan ringan antara saya sama Ruth di kantin kemarin.
Dulu, waktu saya masih SMA, dan saya masih tinggal di rumah, setiap sore kami (keluarga) nonton teve bareng. Ibu dan bapak saya lebih suka nonton berita dibanding acara teve yang lain.
nah, waktu itu banyak berita tentang mahasiswa yang melakukan demo sampe merusak infrasturktur. Misalnya kayak bakar ban, ngerobohin pagar, ngerusak bus, dan sebagainya. Ibu saya bahkan sampe ngomong "mahasiswa kok kelakuannya kayak preman". Saya yang waktu itu belum menjadi mahasiswa dan belum ngerti apa- apa sih gak komentar apa- apa.
Tapi, sekarang, posisi saya udah beda. Saya udah ngerti kenapa mereka (mahasiswa.red) sampe demo kayak gitu.
Suatu ketika, waktu saya pulang kerumah dan ada demo mahasiswa di Malang, dan kebetulan disiarkan di teve, ibuk saya nanya, apa saya pernah ikutan demo kayak gitu, dan ngasih tau kalau gak usahlah ikut- ikutan.
Saya bilang saya gak pernah ikut demo, tapi pernah lihat demo di balai kota. Saya juga jelasin, maksud mahasiswa demo itu mau ngebela rakyat, cuma caranya aja yang masih kurang bener. dan kalau ada demo kecil- kecil gitu, biasanya cuma simulasi anak fakultas tertentu di universitas tertentu juga.
Tapi, makin kesini saya makin bisa ngerti dan mikir juga. Buat apa sih mahasiswa demo ? belajar aja belum bener, skripsi aja belum kelar, lulus aja belum, tugas aja masih nyontek, kok mau ngebela rakyat. Ya gak sih? Saya setuju sama filosofi rautan kaca yang pernah di bilang sama om Deddy Corbuzier di Hitam Putih. "Sebelum anda membenarkan sesuatu, ngaca dulu deh".
Yah, kita tahu ya, perekonomian dunia sekarang udah masuk ke perdagangan bebas, dan setiap negara bebas memasarkan produknya ke mana saja tanpa ada bea masuk ataupun pajak ekspor impor, nah jadi jangan heran kalau banyak walmart, alfamart, indomart, carefour menjamur dimana- mana, balik lagi ke perdagangan bebas tadi.
Nah, yang saya heran. Banyak orang demo soal masalah tersebut, katanya kapitalisme lah, katanya inilah dan itulah. Katanya kalau banyak alfamart, indomart, dan apalah itu menjamur umkm bakal mati, lalu mereka demo. Maksudnya bener sih, tapi, apa mereka nggak ngaca gitu ?
Kayak yang dibilang sama dosen saya
"Mau ngajak perang Amerika? Kalau pagi masih sikat gigi? Minum Aqua? Sebagian besar semua itu saham plastik serta air minumnya dikuasai dan diimport dari mereka. Stop memerangi mereka, penuhi Laboratorium dan perpustakaan! itu saja".
- Pak Ayong
Boleh dibuat referensi yang ini :
Bangun tidur Anda minum apa? Aqua (74% sahamnya milik Danone, Perancis) atau Teh Sariwangi (100% milik Unilever, Inggris) atau minum susu SGM (82 persen sahamnya dikuasai Numico, Belanda). Lalu, mandi pake Lux atau Pepsodent (Unilever, Inggris). Sarapan, berasnya beras impor dari Thailand. Santai habis makan, rokoknya Sampoerna (97% sahamnya milik Phillip Morris, Amerika Serikat). Keluar rumah naik motor atau mobil buatan telfon seluler (operator semuanya milik asing). Masih bangga jadi orang Indonesia? Cuma koruptornya saja yang asli Indonesia. Sedih kan?
- kutipan Pikiran Rakyat, Selasa (21/5)
Barang- barang yang kita pakai itu, dari bangun tidur sampai tidur lagi semuanya dari pihak asing. Silahkan demo menolak- menolak kalau negara kita ini udah bisa mandiri, dan mereka (asing) malah make produk kita.
*tulisan ini hanya opini pribadi, ditambah dengan sumber- sumber yang didapat secara langsung.
Saya gak ngerti sih, kenapa pengen nulis beginian. Mungkin efek obrolan ringan antara saya sama Ruth di kantin kemarin.
Dulu, waktu saya masih SMA, dan saya masih tinggal di rumah, setiap sore kami (keluarga) nonton teve bareng. Ibu dan bapak saya lebih suka nonton berita dibanding acara teve yang lain.
nah, waktu itu banyak berita tentang mahasiswa yang melakukan demo sampe merusak infrasturktur. Misalnya kayak bakar ban, ngerobohin pagar, ngerusak bus, dan sebagainya. Ibu saya bahkan sampe ngomong "mahasiswa kok kelakuannya kayak preman". Saya yang waktu itu belum menjadi mahasiswa dan belum ngerti apa- apa sih gak komentar apa- apa.
Tapi, sekarang, posisi saya udah beda. Saya udah ngerti kenapa mereka (mahasiswa.red) sampe demo kayak gitu.
Suatu ketika, waktu saya pulang kerumah dan ada demo mahasiswa di Malang, dan kebetulan disiarkan di teve, ibuk saya nanya, apa saya pernah ikutan demo kayak gitu, dan ngasih tau kalau gak usahlah ikut- ikutan.
Saya bilang saya gak pernah ikut demo, tapi pernah lihat demo di balai kota. Saya juga jelasin, maksud mahasiswa demo itu mau ngebela rakyat, cuma caranya aja yang masih kurang bener. dan kalau ada demo kecil- kecil gitu, biasanya cuma simulasi anak fakultas tertentu di universitas tertentu juga.
Tapi, makin kesini saya makin bisa ngerti dan mikir juga. Buat apa sih mahasiswa demo ? belajar aja belum bener, skripsi aja belum kelar, lulus aja belum, tugas aja masih nyontek, kok mau ngebela rakyat. Ya gak sih? Saya setuju sama filosofi rautan kaca yang pernah di bilang sama om Deddy Corbuzier di Hitam Putih. "Sebelum anda membenarkan sesuatu, ngaca dulu deh".
Yah, kita tahu ya, perekonomian dunia sekarang udah masuk ke perdagangan bebas, dan setiap negara bebas memasarkan produknya ke mana saja tanpa ada bea masuk ataupun pajak ekspor impor, nah jadi jangan heran kalau banyak walmart, alfamart, indomart, carefour menjamur dimana- mana, balik lagi ke perdagangan bebas tadi.
Nah, yang saya heran. Banyak orang demo soal masalah tersebut, katanya kapitalisme lah, katanya inilah dan itulah. Katanya kalau banyak alfamart, indomart, dan apalah itu menjamur umkm bakal mati, lalu mereka demo. Maksudnya bener sih, tapi, apa mereka nggak ngaca gitu ?
Kayak yang dibilang sama dosen saya
"Mau ngajak perang Amerika? Kalau pagi masih sikat gigi? Minum Aqua? Sebagian besar semua itu saham plastik serta air minumnya dikuasai dan diimport dari mereka. Stop memerangi mereka, penuhi Laboratorium dan perpustakaan! itu saja".
- Pak Ayong
Boleh dibuat referensi yang ini :
Bangun tidur Anda minum apa? Aqua (74% sahamnya milik Danone, Perancis) atau Teh Sariwangi (100% milik Unilever, Inggris) atau minum susu SGM (82 persen sahamnya dikuasai Numico, Belanda). Lalu, mandi pake Lux atau Pepsodent (Unilever, Inggris). Sarapan, berasnya beras impor dari Thailand. Santai habis makan, rokoknya Sampoerna (97% sahamnya milik Phillip Morris, Amerika Serikat). Keluar rumah naik motor atau mobil buatan telfon seluler (operator semuanya milik asing). Masih bangga jadi orang Indonesia? Cuma koruptornya saja yang asli Indonesia. Sedih kan?
- kutipan Pikiran Rakyat, Selasa (21/5)
Barang- barang yang kita pakai itu, dari bangun tidur sampai tidur lagi semuanya dari pihak asing. Silahkan demo menolak- menolak kalau negara kita ini udah bisa mandiri, dan mereka (asing) malah make produk kita.
*tulisan ini hanya opini pribadi, ditambah dengan sumber- sumber yang didapat secara langsung.
Saya barusan liat film judulnya The Way Home, tadi waktu ada kelas Mikro Lanjut saya minjem lapy Nop2 buat ngirim file, dan saya yang emang dasarnya KEPO langsung minta izin buat liat koleksi filmnya dia. Ada beberapa yang udah saya lihat, dan ada beberapa lagi yang saya belum denger sama sekali. Salah satunya itu tadi, The Way Home.
Gegara sama si Nop2 di taruh folder film Thailand, saya langsung ngira ini film Thailand, tapi waktu nonton kok gada Thailand- Thailandnya. Ternyata, ini film Korea dan booming tahun 2002, film terbaik pada waktu itu juga. (Taunya juga dari searching).
Oke, mari kita mulai :
Judul : THE WAY HOME
Genre : Drama
Direktur : Lee Jeong-hyang
Penulis : Lee Jeong-hyang
Cast : Eul-boon Kim :Grandmother
Seung-ho Yu :Sang-woo
Hyo-hee Dong :Sang-woo’s Mother
Waktu : 88 menit
Diliris tahun : 2002
Didedikasikan untuk seluruh nenek didunia.
THE WAY HOME , film ini menceritakan tentang seorang anak bernama Sang- Woo, tipikal anak yang terbiasa hidup di kota, dan sangat nakal serta egois.
Terpaksa harus tinggal bersama neneknya di desa terpencil, karena ibunya harus mencari pekerjaan baru. Awalnya Sang- Woo sangat tidak menghargai neneknya. Selalu mengabaikan apa saja yang dilakukan oleh neneknya, dan cenderung menghindar dari neneknya.
Meskipun begitu, nenek ini sangat sayang pada Sang- Woo. Selalu membelikan apa saja yang Sang- Woo minta, padahal (kemungkinan) uang yang dimiliki terbatas.
Nenek ini, tidak bicara sama sekali karena mengalami tuna wicara. Mengakibatkan semakin sulitnya berkomunikasi antara Sang- Woo dan si nenek.
Sifat egois yang dimiliki Sang- Woo perlahan mulai luntur, anak kecil ini mulai membantu neneknya mengambil jemuran, memanen buah di kebun dan membawanya pulang dengan troli.
Saat mereka (Sang- Woo dan Neneknya) akan pergi ke pasar, mereka harus naik bus yang sangat jarang datang. Sehingga mereka menunggu berjam- jam. Setelah nenek menjual buah, Sang- Woo diajak membeli ramen (sepertinya), dan membayar dengan uang hasil menjual buah. Dari mata Sang- Woo ia mulai tersentuh.
Pulangnya, Sang- Woo menyuruh neneknya pulang sendiri karena ia ingin pulang bersama gadis yang ia sukai. Jelas, Sang- Woo sampai dulu dirumah, dan neneknya belum juga pulang hingga beberapa bus datang. Meskipun egois, nyatanya Sang- Woo sangat menanti kepulangan neneknya. Ternyata, neneknya tidak naik bus melainkan jalan kaki dari pasar, dan jaraknya sangat jauh.
Tiba saatnya Sang- Woo harus kembali ke kota, dia mengajari neneknya menulis, supaya dapat memberi kabar kepadanya jika terjadi apa- apa pada neneknya. Saat Sang- Woo naik kedalam bus, dia turun lagi dan memberikan surat- surat yang dia buat kepada neneknya.
Film ini berhasil mendeskripsikan kasih sayang dan cinta seorang nenek tanpa banyak kata, tingkah polos dan lugu si nenek dan sikap rewel, manja dan egoisnya cucu melebur menjadi sebuah drama yang menyenangkan, indah dan haru untuk dinikmati.
"Film ini didedikasikan untuk para nenek di seluruh dunia."
Setelah nonton, apa sih yang bisa diambil dari film ini ?
Kalau saya, jelas. Nangis, dan langsung keingat sama uti, apalagi saya udah lama banget gak ngunjungi uti.
Saya langsung ngubek- ngubek kompi, nyari foto saya sama uti, dan ini hasilnya :
Gegara sama si Nop2 di taruh folder film Thailand, saya langsung ngira ini film Thailand, tapi waktu nonton kok gada Thailand- Thailandnya. Ternyata, ini film Korea dan booming tahun 2002, film terbaik pada waktu itu juga. (Taunya juga dari searching).
Oke, mari kita mulai :
taken from Google
Genre : Drama
Direktur : Lee Jeong-hyang
Penulis : Lee Jeong-hyang
Cast : Eul-boon Kim :Grandmother
Seung-ho Yu :Sang-woo
Hyo-hee Dong :Sang-woo’s Mother
Waktu : 88 menit
Diliris tahun : 2002
Didedikasikan untuk seluruh nenek didunia.
THE WAY HOME , film ini menceritakan tentang seorang anak bernama Sang- Woo, tipikal anak yang terbiasa hidup di kota, dan sangat nakal serta egois.
Terpaksa harus tinggal bersama neneknya di desa terpencil, karena ibunya harus mencari pekerjaan baru. Awalnya Sang- Woo sangat tidak menghargai neneknya. Selalu mengabaikan apa saja yang dilakukan oleh neneknya, dan cenderung menghindar dari neneknya.
Meskipun begitu, nenek ini sangat sayang pada Sang- Woo. Selalu membelikan apa saja yang Sang- Woo minta, padahal (kemungkinan) uang yang dimiliki terbatas.
Nenek ini, tidak bicara sama sekali karena mengalami tuna wicara. Mengakibatkan semakin sulitnya berkomunikasi antara Sang- Woo dan si nenek.
Sifat egois yang dimiliki Sang- Woo perlahan mulai luntur, anak kecil ini mulai membantu neneknya mengambil jemuran, memanen buah di kebun dan membawanya pulang dengan troli.
Saat mereka (Sang- Woo dan Neneknya) akan pergi ke pasar, mereka harus naik bus yang sangat jarang datang. Sehingga mereka menunggu berjam- jam. Setelah nenek menjual buah, Sang- Woo diajak membeli ramen (sepertinya), dan membayar dengan uang hasil menjual buah. Dari mata Sang- Woo ia mulai tersentuh.
Pulangnya, Sang- Woo menyuruh neneknya pulang sendiri karena ia ingin pulang bersama gadis yang ia sukai. Jelas, Sang- Woo sampai dulu dirumah, dan neneknya belum juga pulang hingga beberapa bus datang. Meskipun egois, nyatanya Sang- Woo sangat menanti kepulangan neneknya. Ternyata, neneknya tidak naik bus melainkan jalan kaki dari pasar, dan jaraknya sangat jauh.
Tiba saatnya Sang- Woo harus kembali ke kota, dia mengajari neneknya menulis, supaya dapat memberi kabar kepadanya jika terjadi apa- apa pada neneknya. Saat Sang- Woo naik kedalam bus, dia turun lagi dan memberikan surat- surat yang dia buat kepada neneknya.
Film ini berhasil mendeskripsikan kasih sayang dan cinta seorang nenek tanpa banyak kata, tingkah polos dan lugu si nenek dan sikap rewel, manja dan egoisnya cucu melebur menjadi sebuah drama yang menyenangkan, indah dan haru untuk dinikmati.
"Film ini didedikasikan untuk para nenek di seluruh dunia."
Setelah nonton, apa sih yang bisa diambil dari film ini ?
Kalau saya, jelas. Nangis, dan langsung keingat sama uti, apalagi saya udah lama banget gak ngunjungi uti.
Saya langsung ngubek- ngubek kompi, nyari foto saya sama uti, dan ini hasilnya :
Foto terbaru yang diambil setelah reuni keluarga besar, hari raya ke 3.
Saya kangen diboncengin naik sepeda mini kayak dulu ke mushola, dibikinin nasi jagung goreng + teri, dan agar- agar.
Sekarang, uti saya sakit. Diabetes. Makin hari tubuhnya makin habis kemakan sakit dan pikiran.
Saya sayang banget sama uti. Banget.
from random google
Saya sebenernya bingung mau mulai dari mana. (BINGUNG SAMA GALAU, BEDA!!!)
Saya selalu bingung kalau mau nulis soal permasalahan persahabatan. Takut nyinggung dan salah sangka di pihak lain.
Tapi, saya beneran pengen curhat soal ini.
Di perkenalan awal, saya udah sering bilang kalau saya orangnya introvert. Selain itu saya
Saya orangnya pilih- pilih, ya saya akui soal itu. Tapi, dalam konteks sikap dan sifat. Karena saya bukan tipe orang yang mengkotak- kotakan suku, agama, ras, bahkan materi. Sama sekali tidak.
Kata salah satu teman, saya ini pinter nyembunyiin sesuatu. Dia bilang "kamu tipenya gitu ya Sil, pinter mengcover sesuatu, orang jadi mandangnya kamu gak pilih pilih soalnya kamu bisa ngelebur sama semua anak". Right.
Saya kalau udah punya temen deket, bakalan selalu jaga mereka. Saya gak mau ditinggalin atau dimusuhin, saya gak pernah sekalipun dikayak gituin, dan tentunya saya juga gak bakalan berlaku gitu.
Tapi, sekarang saya udah ngerasain. Ngerasain ditinggal sama temen yang
Kita biasa bebarengan, sejak semester 1. Itu- itu aja, duduk juga selalu sebelahan, kemana- mana barengan. Pokoknya, the best deh pikir saya
Awalnya sih banyak yang nanyain. Kok dia udah gak pernah sama kami, ada apa? emangnya ada masalah ya?, dan pertanyaan- pertanyaan lain yang lagi- lagi bikin saya migren.
Saya mikirnya sih biasa aja, namanya juga temen, wajar kalau baur sama temen yang lain. Tapi, lama- kelamaan saya perhatiin, kok dianya mulai beda sama kami. Bedanya jelas, yang dulunya dia sama kami, sekarang dah gak pernah lagi, yang dulunya suka ngobrol sekarang mulai jarang dan mulai gak pernah, dulunya yang suka kemana- mana barengan, jelas sekarang dah gak pernah, dan parahnya lagi, sekarang kita mulai jarang say hai or say good bye, istilahnya pamit. Contohnya "eh pulang dulu ya".
Dan saya juga mulai mikir, apa yang salah sama kami, dan saya khususnya. Apa dia kayak gitu karena merasa sakit hati sama omongan saya, atau memang ada masalah lain yang saya gak tahu, dan kemungkinan- kemungkinan lain yang lama kelamaan bikin saya muak mikir semua itu.
Saya mulai diskusi dengan temen saya, memangnya ada apa kok dia bisa sampe kayak gitu, dan gak pernah ada yang bisa jelasin.
Lama- kelamaan saya mulai gak nyaman dengan keadaan ini, apalagi kita selalu sekelas dan bisa dibilang selalu ketemu. Saya gak pernah diperlakuin kayak gitu sebelumnya. Sama sekali gak pernah.
Sampe akhirnya, saya nanya ke salah satu temen saya. Enaknya apa ditanyain gitu, seengaknya apapun kan bisa diomongin. Tapi, temen saya bilang, udah biarin aja, kan dia dulu yang ngejauh.
Tapi, saya tetep gak enak. Tetep pengen ngomong. Tapi, saya urungin juga akhirnya, takut ada omongan gak enak.
Sampe akhirnya, saya ambil sikap.
Saya mau bersikap kayak biasanya. Iya, kayak biasanya. Kayak dulu.
Dia yang sebelumnya mulai gak respect sama kami, mulai menghangat lagi.
Saya mencoba buat biasa, cuma fisik yang bisa biasa, tapi rasanya hambar.
Tapi, saya udah ngasih yang terbaik dalam pertemanan ini, saya gak pernah mbeda- mbedain. Semua sama, tapi kalian yang ngerti soal saya, punya nilai tambah tersendiri di hati saya.
yah, itu sekelumit sih, kalau boleh jujur tulisan ini udah mandek berhari- hari sebenernya, saya gak mampu nerusin. Gak tau kenapa sakit gitu.
Buat yang dimaksud, saya gak mau ada permasalahan diantara kita, saya mohon kalau memang ada apa- apa, mari kita duduk bersama, bicara dari hati kehati.
Tapi, saya berharap gak ada yang perlu diomongin sih, artinya gak ada masalah apa- apa.