Wonokasihan adalah nama dusun tempat saya tinggal, meski dusun tapi jangan bayangkan kalau lokasinya sepi seperti tak ada kehidupan, dusun saya ini ramainya gak kalah sama kota. Soalnya lokasi rumah saya ada di pinggir jalan raya/ besar skala nasional. Iya, jalan yang dilewati sama mobil presiden waktu datang ke Kediri jenguk korban Kelud. Selain itu toko dan warung gak kalah banyak di sini. Mau cari sate, soto, mie ayam, bakso, pecel lele, pecel tumpang? Tinggal kepleset aja udah nyampek.
Ohya, arti wonokasihan itu ehm dalam bahasa Jawa itu alas mesakne atau hutan yang kasihan. Gak jelas juga kenapa dinamakan demikian. Gara-gara tinggal di dusun Wonokasihan, dulu saya sering kena bully sama teman sekolah. Jadi mereka jarang panggil nama saya, tapi memanggil dengan nama dusun saya.
"Heh cah nokasiyan"
atau
"hahaha kasiyan deh loe"
dsb.
.......
Tapi saya sih cuek aja, cuma pasang bibir mencep/ cemberut kalau diolok demikian. Cuma kadang-kadang marah dan malu juga, kenapa sih hal kayak gitu dipermasalahkan. Tapi ya namanya masih anak-anak belum tau banyak hal, jadi masih dimaklumi. Padahal waktu itu saya pikir pasti banyak kok nama daerah yang lebih unik dari Wonokasihan. Misalnya kalau di Kediri ; Banyakan, Kawedusan, Dorok, dll.
Sampai pada akhirnya saat masa SMA saya mulai mengenal dunia blogging. Saat itu saya menggunakan platform blogdetik dengan nama einstein, seiring waktu berjalan saya mulai mengenal blogger yang menulis di platform yang sama, salah satunya adalah Margeraye.blogdetik.com yang ternyata saat ini pemiliknya menjadi teman dunia maya sekaligus dunia nyata saya. Beberapa kali kesempatan blogwalking ke blognya, saya memanggilnya dengan nama Kak Mar, karena saya pikir Margeraye adalah namanya. Eh ternyata bukan, namanya adalah Melly Feyadin. Margeraye adalah nama daerahnya yang ada di Lampung. Wow, saya pikir pasti ada yang seru di sana, sampai mba Melly gak ragu pakai nama daerahnya untuk identitasnya di dunia maya.
Setelah sering cerita, ternyata mba Melly pakai nama Margeraye supaya tak lupa dengan kampung halamannya. Salut! Sejak saya tahu hal itu, saya gak malu lagi kalau sebut dusun tempat saya tinggal.
Selama beberapa tahun hanya bertegur sapa lewat dunia nyata, tahun 2013 dalam perhelatan akbar Blogger Nusantara kami dipertemukan untuk pertama kalinya. Saat itu blogdetik punya andil sebagai sponsor yang tentunya mau bagi-bagi hadiah, tapi syaratnya kami (para pemburu hadiah) harus mengumpulkan tanda tangan seleb blogdetik yang sudah ditunjuk oleh blogdetik. Ada beberapa dan salah satunya adalah Mba Melly. Sayangnya waktu itu kami berdua hanya sekedar say hi dan bicara untuk kebutuhan saya minta tanda tangan.
Selepas itu, tahun 2014 kami dipertemukan kembali dalam acara penganugerahan blogger wanita, yaitu Srikandi Blogger. Saya dan mba Melly terpilih sebagai semi finalis dalam 50 besar. Tak disangka, hingga saat ini kami masih terus terhubung dalam grup WA em(b)ak ceria. Ohya, anggota dalam grup berjumlah 22 dan 20 nya sudah berkeluarga semua, jadi tinggal kami berdua yang available.
Pesen buat mba Melly, semangaaat selalu ya.
Sekitar beberapa saat yang lalu aku kembali berkendara ke Surabaya dari Kediri secara jomlo untuk menghadiri undangan acara di salah satu mall kota pahlawan. Acaranya sore hari sehingga aku memutuskan untuk menginap di rumah kost teman. Setelah selesai acara, aku dan beberapa teman blogger yang hadir dari Surabaya dan Madura (plat m) menyempatkan untuk kongkow sejenak di cafe Rolak yang entah dimana tempatnya aku gak tau. Seingatku cafe ini berada di daerah Ketintang dan lokasinya di sekitar bendungan.
Bahas sana bahas sini gak taunya jam sudah menunjukkan waktu untuk pulang. Rencana menginap di rumah kost teman gagal, akhirnya berpindah ke rencana B. Beruntungnya, mba Riska Ngilan menawarkan diri dan mengajak aku dan Ria Lyzara untuk menginap di rumahnya, di Bangkalan. Oke deh, saatnya nyebrang pulau. Aku sebenarnya sudah beberapa kali berkendara melewati jembatan Suramadu, tapi sejauh ini selalu naik mobil atau dibonceng dan waktunya selalu siang hari. Ini pertama kalinya, melintasi Suramadu malam hari dan nyetir!. Sudah bisa dibayangkan bagaimana rasanya melintasi laut di malam hari, anginnya super duper kencang!. Selama menyeberang Suramadu, aku hanya fokus menyetir dan tak hentinya memanjatkan doa semoga selalu diberi keselamatan.
Sesampainya di rumah mba Riska, kami dipersilakan untuk istirahat, makan, dan mandi. Selanjutnya ngobrol ngalor-ngidul sampai malam, dan entah bagaimana ceritanya masing-masing dari kami terlelap tidur. Ohya, fyi Ria Lyzara ini kuliah di Universitas Trunojoyo Madura, jadi datang ke Madura adalah saat yang tepat untuknya bernostalgia. Keesokan harinya, bersama beberapa teman plat m, aku diajak untuk kota-kota mencicipi makanan khas Bangkalan untuk sarapan,yaitu nase' serpang.
Tahun 2012 aku pertama kali mencoba nase' serpang saat acara Blogilicious di Bangkalan dan tahun 2016 akhirnya aku merasakan lagi kenikmatan makanan ini. Haha. Harus menunggu 4 tahun dulu baru bisa makan lagi. Harga nase' serpang cukup terjangkau kalau buat wisatawan sepertiku, kalau dilihat dari porsinya yang besar dan lauknya yang banyak, aku kira pantas penjual mematok nase' serpang dengan harga Rp 12.000.
Supaya gak biasa teman-teman plat mengajakku untuk sarapan nase' serpang di Taman Paseban Bangkalan yang terletak di depan Masjid Agung, dulu Taman Paseban belum bagus seperti sekarang. Setelah menikmati sarapan, kami berkeliling Taman dan tentunya gak lupa foto- foto.
Semakin siang ternyata Bangkalan turun hujan, rencana untuk jalan-jalan ke Bukit Jaddih harus diurungkan. Akhirnya, aku, Ria, Mba Riska, Mas Echo, dan Dendy berteduh di rumah mas Raden yang lokasinya dekat sekali dengan Taman Paseban. Cuaca yang tidak bersahabat ini membuat aku dan Ria memutuskan untuk pulang setelah hujan reda. Tapi sebelum kami pulang, mba Riska, Ria, mas Raden dan Dendy mengajak untuk menikmati siwil di Socah terlebih dahulu.
Perjalanan menuju Socah tidak lama, kurang lebih 30 menit dari Taman Paseban. Sesampainya di rumah penjual Siwil, mba Riska mewakili kami memesan siwil Rp 15.000 itu artinya kami dapat 30 biji karena harga satuan siwil adalah Rp 500. Siwil ini bahan dasarnya seperti pembuatan cireng, yaitu tepung kanji. Tapi yang membuat siwil istimewa adalah adanya campuran udang yang membuat makanan ini menjadi lebih gurih dan enak.
Dari segi penampakan siwil dan cireng memang berbeda. Kalau cireng berbentuk bulat pipih, sedangkan siwil memiliki bentuk yang tidak beraturan. Selain itu, teman makan siwil pun berbeda dengan cireng, kalau cireng sering dimakan dengan saos sambal, sedangkan siwil bisa dimakan dengan sambal rujak atau sambal petis. Aku sih favorit sambal petisnya.
Setelah ngobrol berbagai macam hal dan saling bully, ternyata siwil 30 biji kami telah habis, karena merasa kurang puas menikmati siwil, kami memesan kembali 30 biji ronde ke 2. Setelah habis, aku, Ria dan Dendy masih pesan lagi untuk dibawa pulang. Entah, ini maruk atau apa. Tapi I guarantee, siwilnya enak.
Setelah itu, aku dan Ria pulang. Perjalanan nampak baik-baik saja, namun saat sampai di dekat Suramadu kami dikejutkan dengan saapan orang yang memberi tahu kalau ban belakang motor kempes. Fiuh, untunglah belum sampai nyebrang ya. Coba kalau pas lagi di tengah-tengah terus ketauan kempes apa gak panik tuh, secara Suramadu panjang banget gitu. Cari tukang tambal ban gak mungkin ada.
Lagi-lagi kami masih beruntung, karena motor yang aku kendarai menggunakan ban tubles, jadi masih aman digunakan meskipun kempes. Sesaat setelah diberi tahu kalau ban kempes, kami segera mencari tukang tambal ban. Aku memutuskan untuk menambah angin saja, karena mengira ban hanya kempes. Ohya, menyeberang jembatan Suramadu itu gratis untuk sepeda motor ya.
Perjalanan kembali ke Surabaya kami lalui dengan bantuan GPS, dengan formasi aku menyetir dan Ria pembaca navigasi. Ternyata kami adalah tim yang solid. Haha. Kebersamaanku dan Ria harus selesai di Jalan Diponegoro. Ria harus pulang ke Gresik dan aku melanjutkan perjalanan Pulang ke Kediri.
Selama perjalanan motor yang aku kendarai nampak baik-baik saja, mengingat di Bangkalan sempat kempes dan diisi angin. Beberapa kali aku berhenti di SPBU untuk melepas lelah dan menyiram ban motor dengan air supaya kondisinya tetap dingin. Tapi sesampainya di Mojowarno Jombang, aku merasakan kalau ban motor mulai kempes lagi. Cuaca kurang bersahabat karena gerimis dan kondisinya menjelang maghrib. Saat ban kempes aku sedang berada di daerah yang minim penerangan dan jarang terlihat rumah penduduk. Beruntung saat itu ada warung yang juga menyediakan pompa angin.
Sesampainya di rumah, Siwil dari Socah aku masukkan kedalam lemari pendingin untuk dinikmati esok hari. Ternyata siwil ini kalau dingin jadi mengeras dan tidak molor. Eh tapi tetep enak kok.
Ah, kan jadi pengen makan siwil lagi. Kapan ya bisa ke Socah buat borong siwilnya. Ohya, terima kasih untuk teman-teman Madura yang sudah mau direpoti selama aku ada di sana. Jangan khawatir, kapan-kapan pasti aku repoti lagi :D
Bahas sana bahas sini gak taunya jam sudah menunjukkan waktu untuk pulang. Rencana menginap di rumah kost teman gagal, akhirnya berpindah ke rencana B. Beruntungnya, mba Riska Ngilan menawarkan diri dan mengajak aku dan Ria Lyzara untuk menginap di rumahnya, di Bangkalan. Oke deh, saatnya nyebrang pulau. Aku sebenarnya sudah beberapa kali berkendara melewati jembatan Suramadu, tapi sejauh ini selalu naik mobil atau dibonceng dan waktunya selalu siang hari. Ini pertama kalinya, melintasi Suramadu malam hari dan nyetir!. Sudah bisa dibayangkan bagaimana rasanya melintasi laut di malam hari, anginnya super duper kencang!. Selama menyeberang Suramadu, aku hanya fokus menyetir dan tak hentinya memanjatkan doa semoga selalu diberi keselamatan.
Sesampainya di rumah mba Riska, kami dipersilakan untuk istirahat, makan, dan mandi. Selanjutnya ngobrol ngalor-ngidul sampai malam, dan entah bagaimana ceritanya masing-masing dari kami terlelap tidur. Ohya, fyi Ria Lyzara ini kuliah di Universitas Trunojoyo Madura, jadi datang ke Madura adalah saat yang tepat untuknya bernostalgia. Keesokan harinya, bersama beberapa teman plat m, aku diajak untuk kota-kota mencicipi makanan khas Bangkalan untuk sarapan,yaitu nase' serpang.
Tahun 2012 aku pertama kali mencoba nase' serpang saat acara Blogilicious di Bangkalan dan tahun 2016 akhirnya aku merasakan lagi kenikmatan makanan ini. Haha. Harus menunggu 4 tahun dulu baru bisa makan lagi. Harga nase' serpang cukup terjangkau kalau buat wisatawan sepertiku, kalau dilihat dari porsinya yang besar dan lauknya yang banyak, aku kira pantas penjual mematok nase' serpang dengan harga Rp 12.000.
Supaya gak biasa teman-teman plat mengajakku untuk sarapan nase' serpang di Taman Paseban Bangkalan yang terletak di depan Masjid Agung, dulu Taman Paseban belum bagus seperti sekarang. Setelah menikmati sarapan, kami berkeliling Taman dan tentunya gak lupa foto- foto.
Semakin siang ternyata Bangkalan turun hujan, rencana untuk jalan-jalan ke Bukit Jaddih harus diurungkan. Akhirnya, aku, Ria, Mba Riska, Mas Echo, dan Dendy berteduh di rumah mas Raden yang lokasinya dekat sekali dengan Taman Paseban. Cuaca yang tidak bersahabat ini membuat aku dan Ria memutuskan untuk pulang setelah hujan reda. Tapi sebelum kami pulang, mba Riska, Ria, mas Raden dan Dendy mengajak untuk menikmati siwil di Socah terlebih dahulu.
Perjalanan menuju Socah tidak lama, kurang lebih 30 menit dari Taman Paseban. Sesampainya di rumah penjual Siwil, mba Riska mewakili kami memesan siwil Rp 15.000 itu artinya kami dapat 30 biji karena harga satuan siwil adalah Rp 500. Siwil ini bahan dasarnya seperti pembuatan cireng, yaitu tepung kanji. Tapi yang membuat siwil istimewa adalah adanya campuran udang yang membuat makanan ini menjadi lebih gurih dan enak.
Dari segi penampakan siwil dan cireng memang berbeda. Kalau cireng berbentuk bulat pipih, sedangkan siwil memiliki bentuk yang tidak beraturan. Selain itu, teman makan siwil pun berbeda dengan cireng, kalau cireng sering dimakan dengan saos sambal, sedangkan siwil bisa dimakan dengan sambal rujak atau sambal petis. Aku sih favorit sambal petisnya.
A photo posted by Silviana Noerita (@silviananoerita) on
A photo posted by Silviana Noerita (@silviananoerita) on
Setelah ngobrol berbagai macam hal dan saling bully, ternyata siwil 30 biji kami telah habis, karena merasa kurang puas menikmati siwil, kami memesan kembali 30 biji ronde ke 2. Setelah habis, aku, Ria dan Dendy masih pesan lagi untuk dibawa pulang. Entah, ini maruk atau apa. Tapi I guarantee, siwilnya enak.
Setelah itu, aku dan Ria pulang. Perjalanan nampak baik-baik saja, namun saat sampai di dekat Suramadu kami dikejutkan dengan saapan orang yang memberi tahu kalau ban belakang motor kempes. Fiuh, untunglah belum sampai nyebrang ya. Coba kalau pas lagi di tengah-tengah terus ketauan kempes apa gak panik tuh, secara Suramadu panjang banget gitu. Cari tukang tambal ban gak mungkin ada.
Lagi-lagi kami masih beruntung, karena motor yang aku kendarai menggunakan ban tubles, jadi masih aman digunakan meskipun kempes. Sesaat setelah diberi tahu kalau ban kempes, kami segera mencari tukang tambal ban. Aku memutuskan untuk menambah angin saja, karena mengira ban hanya kempes. Ohya, menyeberang jembatan Suramadu itu gratis untuk sepeda motor ya.
Perjalanan kembali ke Surabaya kami lalui dengan bantuan GPS, dengan formasi aku menyetir dan Ria pembaca navigasi. Ternyata kami adalah tim yang solid. Haha. Kebersamaanku dan Ria harus selesai di Jalan Diponegoro. Ria harus pulang ke Gresik dan aku melanjutkan perjalanan Pulang ke Kediri.
Selama perjalanan motor yang aku kendarai nampak baik-baik saja, mengingat di Bangkalan sempat kempes dan diisi angin. Beberapa kali aku berhenti di SPBU untuk melepas lelah dan menyiram ban motor dengan air supaya kondisinya tetap dingin. Tapi sesampainya di Mojowarno Jombang, aku merasakan kalau ban motor mulai kempes lagi. Cuaca kurang bersahabat karena gerimis dan kondisinya menjelang maghrib. Saat ban kempes aku sedang berada di daerah yang minim penerangan dan jarang terlihat rumah penduduk. Beruntung saat itu ada warung yang juga menyediakan pompa angin.
Sesampainya di rumah, Siwil dari Socah aku masukkan kedalam lemari pendingin untuk dinikmati esok hari. Ternyata siwil ini kalau dingin jadi mengeras dan tidak molor. Eh tapi tetep enak kok.
Ah, kan jadi pengen makan siwil lagi. Kapan ya bisa ke Socah buat borong siwilnya. Ohya, terima kasih untuk teman-teman Madura yang sudah mau direpoti selama aku ada di sana. Jangan khawatir, kapan-kapan pasti aku repoti lagi :D
"Wah, kamu sudah besar ya, kelas berapa?"
"sudah lulus"
"lanjut di universitas mana?
"sudah lulus kuliah"
"ooh, masih kayak anak-anak"
"Hehehe"
"Aku kira masih sekolah, soalnya dandannya juga gak kayak dewasa"
Pernah gak dibilang kayak gitu? Buat yang punya wajah baby face kayak aku(ah masa?) pasti sering ngalami hal-hal epic semacam itu. Sebetulnya bukan cuma wajah yang baby face sih, tapi fisik yang mungil juga bikin orang ngira kalau kita si-manusia-dengan-berkah-imut-asik sering dikira anak sekolahan.
Nah, buat mengantisipasi orang mengira kalau kita-kita ini masih anak sekolah, kayaknya sedikit mengaplikasikan makeup ke wajah boleh dicoba. Sejak beberapa waktu yang lalu, tepatnya lulus kuliah. Aku mulai mengumpulkan sedikit demi sedikit makeup. Mulai dari lipstik, eyeliner, eyebrow, dan eyeshadow. Soalnya banyak teman yang bilang sebaiknya aku mulai belajar mengaplikasikan make up ke area mata, soalnya mataku ini belo dan tajam. Jadi kalau dikasih makeup bakalan bagus. Haha. Tapi sampai sekarang, alat-alat makeup itu lebih sering tertidur rapi di kotak daripada dipakai.
Sejaun ini yang sering aku pakai adalah bedak, lipbalm, dan lipstik/ lipstain (lebih sering disebut gincu) saja. Nah, ngomong-ngomong soal gincu aku pengen bongkar rahasia soal beberapa gincu yang aku punya. Percaya atau tidak, gincu yang aku punya gak banyak tapi cukup buat ajang pamer untuk anak baru belajar dandan. HAHA.
1. Sariayu Nias No 2
Awal mulanya, aku niat beli karena lucu lihat lipstik berjajar di etalase Sardo. Berasa minta di adopsi semua, iseng-iseng aku lihat dan nyoba sampel warnanya di tangan. Aku cocokan dengan bibir ternyata lucu warnanya kalem dan terlihat lembut. Sariayu Nias 02 ini perpaduan warna pink dan peach, serasa muda belia kalau pakai warna ini. Eh tapi kadang aku pakainya tipis-tipis aja, kadang habis pakai suka di pulas dikit pakai tisu, biar gak kentara kalau pakai lipstik. Haha
2. Lipstain Sephora Cranberry Luster
Uhuy. Sephora, siapa yang gak kenal sama brand ini. Kayaknya semua cewek pada pengen punya. Ulalaaaa. Beruntungnya aku bisa punya kesempatan untuk jadi adopter dari lipstain ini. Ceritanya waktu ulang tahun kemarin, di grup em(b)ak ceria lagi banyak yang buat kuis. Salah satunya diplomat kita atau mba Indah Nuria, aku sih panggilnya mama Bo. Nah, gak tanggung-tanggung hadiahnya brand terkenal, Sephora!. Biasanya aku kalau ikut kuis gak pernah hoki, eh lhadalah. Pas banget momennya lagi ulang tahun terus menang undian. Alhamdulillah.
Ohya, buat kamu yang pengen dapat makeup dengan brand terkenal bisa banget cek instagramnya mama Bo ya akunnya @insav, soalnya mama Bo lagi bikin GiveAway tuh. Caranya gampang aja, cuma regram aja. Nah, kecenya lagi sekarang mama Bo juga punya akun untuk jualan, buat kamu shopaholic dan pengen beli barang dengan brand yahud boleh banget di cek di @hiddentreasure081. Tapi aku ingatkan dulu, hati-hati kalau buka akun itu, soalnya racun banget. Siap-siap deh kekep dompet. Haha
3. Lipgloss Revlon Super Lustrous 240 Fatal Apple
Humm.. Lipgloss Revlon sering aku mix match dengan beberapa lipstik. Kayak rasa apple, manis.
4. Longlasting Lipstik Wardah No 10
Halal. Itu jargonnya wardah, Awal mula beli Wardah itu gara-garanya lihat mba kost pakai warna dengan nomor ini. Kok bagus dipakai sama dia, jadilah aku memantabkan diri untuk pergi ke store wardah di Malang Town Square. Pertama lihat kemasannya udah jatuh hati, soalnya ramping dan warnanya silver. Wardah no 10 ini warna merah bata/ mocca. Cocok buat semua kulit, soalnya kalau dipakai foto ngeblend gitu kelihatannya. Warnanya gak norak juga sih kalau dipakai kulit agak gosong kayak aku ini. Ohya, karena warna ini matte jadi sering bikin bibir kita kering, sebaiknya pakai lipbalm aja sebelumnya untuk hasil yang lebih bagus.
5. Gincu Arab
Buat yang baru belajar pakai lipstik, gincu arab adalah jawaban. Soalnya bahannya gak lembek dan gak gampang potel (patah), warnanya hijau tapi kalau sudah diaplikasikan ke bibir perlahan jadi merah seksi. Awalnya memang gak kelihatan, tapi lama-lama warnanya nampak. Sayangnya kita harus sering touch up, soalnya kalau dipakai makan ilang warnanya.
Itulah sebagian gincu-gincu adopsianku. Cuma memang jarang terlihat kalau pakai gincu, soalnya habis pakai lebih sering disapu dengan tisu. Tapi sebetulnya, aku lebih suka kalau foto pakai gincu sih, terlihat lebih fresh.
Kamu, pakai gincu apa aja? Share yuk.
"sudah lulus"
"lanjut di universitas mana?
"sudah lulus kuliah"
"ooh, masih kayak anak-anak"
"Hehehe"
"Aku kira masih sekolah, soalnya dandannya juga gak kayak dewasa"
Pernah gak dibilang kayak gitu? Buat yang punya wajah baby face kayak aku
Nah, buat mengantisipasi orang mengira kalau kita-kita ini masih anak sekolah, kayaknya sedikit mengaplikasikan makeup ke wajah boleh dicoba. Sejak beberapa waktu yang lalu, tepatnya lulus kuliah. Aku mulai mengumpulkan sedikit demi sedikit makeup. Mulai dari lipstik, eyeliner, eyebrow, dan eyeshadow. Soalnya banyak teman yang bilang sebaiknya aku mulai belajar mengaplikasikan make up ke area mata, soalnya mataku ini belo dan tajam. Jadi kalau dikasih makeup bakalan bagus. Haha. Tapi sampai sekarang, alat-alat makeup itu lebih sering tertidur rapi di kotak daripada dipakai.
Sejaun ini yang sering aku pakai adalah bedak, lipbalm, dan lipstik/ lipstain (lebih sering disebut gincu) saja. Nah, ngomong-ngomong soal gincu aku pengen bongkar rahasia soal beberapa gincu yang aku punya. Percaya atau tidak, gincu yang aku punya gak banyak tapi cukup buat ajang pamer untuk anak baru belajar dandan. HAHA.
1. Sariayu Nias No 2
Awal mulanya, aku niat beli karena lucu lihat lipstik berjajar di etalase Sardo. Berasa minta di adopsi semua, iseng-iseng aku lihat dan nyoba sampel warnanya di tangan. Aku cocokan dengan bibir ternyata lucu warnanya kalem dan terlihat lembut. Sariayu Nias 02 ini perpaduan warna pink dan peach, serasa muda belia kalau pakai warna ini. Eh tapi kadang aku pakainya tipis-tipis aja, kadang habis pakai suka di pulas dikit pakai tisu, biar gak kentara kalau pakai lipstik. Haha
2. Lipstain Sephora Cranberry Luster
Uhuy. Sephora, siapa yang gak kenal sama brand ini. Kayaknya semua cewek pada pengen punya. Ulalaaaa. Beruntungnya aku bisa punya kesempatan untuk jadi adopter dari lipstain ini. Ceritanya waktu ulang tahun kemarin, di grup em(b)ak ceria lagi banyak yang buat kuis. Salah satunya diplomat kita atau mba Indah Nuria, aku sih panggilnya mama Bo. Nah, gak tanggung-tanggung hadiahnya brand terkenal, Sephora!. Biasanya aku kalau ikut kuis gak pernah hoki, eh lhadalah. Pas banget momennya lagi ulang tahun terus menang undian. Alhamdulillah.
Ohya, buat kamu yang pengen dapat makeup dengan brand terkenal bisa banget cek instagramnya mama Bo ya akunnya @insav, soalnya mama Bo lagi bikin GiveAway tuh. Caranya gampang aja, cuma regram aja. Nah, kecenya lagi sekarang mama Bo juga punya akun untuk jualan, buat kamu shopaholic dan pengen beli barang dengan brand yahud boleh banget di cek di @hiddentreasure081. Tapi aku ingatkan dulu, hati-hati kalau buka akun itu, soalnya racun banget. Siap-siap deh kekep dompet. Haha
3. Lipgloss Revlon Super Lustrous 240 Fatal Apple
Humm.. Lipgloss Revlon sering aku mix match dengan beberapa lipstik. Kayak rasa apple, manis.
4. Longlasting Lipstik Wardah No 10
Halal. Itu jargonnya wardah, Awal mula beli Wardah itu gara-garanya lihat mba kost pakai warna dengan nomor ini. Kok bagus dipakai sama dia, jadilah aku memantabkan diri untuk pergi ke store wardah di Malang Town Square. Pertama lihat kemasannya udah jatuh hati, soalnya ramping dan warnanya silver. Wardah no 10 ini warna merah bata/ mocca. Cocok buat semua kulit, soalnya kalau dipakai foto ngeblend gitu kelihatannya. Warnanya gak norak juga sih kalau dipakai kulit agak gosong kayak aku ini. Ohya, karena warna ini matte jadi sering bikin bibir kita kering, sebaiknya pakai lipbalm aja sebelumnya untuk hasil yang lebih bagus.
5. Gincu Arab
Buat yang baru belajar pakai lipstik, gincu arab adalah jawaban. Soalnya bahannya gak lembek dan gak gampang potel (patah), warnanya hijau tapi kalau sudah diaplikasikan ke bibir perlahan jadi merah seksi. Awalnya memang gak kelihatan, tapi lama-lama warnanya nampak. Sayangnya kita harus sering touch up, soalnya kalau dipakai makan ilang warnanya.
Itulah sebagian gincu-gincu adopsianku. Cuma memang jarang terlihat kalau pakai gincu, soalnya habis pakai lebih sering disapu dengan tisu. Tapi sebetulnya, aku lebih suka kalau foto pakai gincu sih, terlihat lebih fresh.
Kamu, pakai gincu apa aja? Share yuk.
Awal Maret kemarin lagi-lagi aku melakukan perjalanan ke Surabaya, meskipun tetap sendiri seperti biasa tapi kali ini tidak naik motor, aku menggunakan moda transportasi bus menuju Bungurasih kemudian lanjut Go-Jek ke Bandara.
Berangkat dari rumah pukul 06.15 WIB, menunggu bus di depan rumah. Sialnya sampai jam 07.00 bus jurusan Surabaya belum juga lewat. Hingga akhirnya jam 07.30 bus Hasti ekonomi tanpa AC pun datang. Beruntungnya aku dapat tempat duduk di depan sisi kiri. Soalnya jujur aku kurang suka naik bus, selain ya bau solar yang sering menyengat, kadang kala sopirnyapun ugal- ugalan. Tapi Hasti yang satu itu ternyata berbeda, sopirnya lihai dan kondisi busnya bersih. Aku memang pernah beberapa kali ke Surabaya naik bus, tapi rata- rata naik PATAS dari Kertosono dan gak pernah merasakan ngetem keluar masuk terminal. Jadi kemarin waktu naik ekonomi kerasa banget kalau ke Surabaya itu lama.
Sampai di dekat Bungurasih jam 11 kurang, aku turun di Ramayana karena memang berencana naik go-jek, setelah order, beberapa detik kemudian calon driver menghubungi. Kebetulan banget aku dapat driver cewek. Setelah basa-basi-basi aku mulai naik dan kita ngobrol banyak hal. Asli deh helm yang aku pakai wangi banget, jok motornya empuk juga. Apalagi drivernya kayak udah berpengalaman banget bisa selip sana-sini, tapi tetep taat aturan. Sampai di Bandara jam 11.15.
Ohya, aku ke Bandara Juanda itu jemput bulik dari Batam. Setelah diarahkan sama sepupu kalau bulik pakai pesawat C berarti aku harus nunggu di terminal 1A. Waktu lihat boardnya ternyata pesawat masih menunjukkan estimate 11.25, jadi aku ke circle K buat beli teh dan nyemil roti boy di store sebelahnya. Gak lama kemudian, board menunjukkan kalau pesawat bulikku sudah landed. Oke deh tinggal nunggu keluarnya aja.
Ternyata, gak sampai jam 12.00 bulik sudah keluar dan langsung dikermuni sama orang-orang yang nawarin jasa jemputan. Setelah cipika-cipiki dan dorong troli barang, kami jalan menuju mobil jemputan. Memang sebelumnya, om (suami dari bulik) sudah pesan travel untuk kami gunakan menuju pulang. Kami pakai jasa travel Rahayu Wira Abadi yang sekilas memang armadanya bagus- bagus, mereka pakai mobil avanza, xenia dan sejenisnya.
"Wah bagus nih pelayananya" pikirku.
Setelah menunggu agak lama, akhirnya mobil jemputan kami datang. Aku amaze karena ternyata gak sesuai sama ekspektasi yang aku buat sendiri sebelumnya. Mobil yang akan mengangkut kami sejenis jet bus warna merah dan tanpa ac. Saat itu kami diangkut bersama 7 penumpang lainnya yang kebetulan tujuannya Karisidenan Kediri semua. Saat itu aku masih belum ada pikiran jelek sama travel ini. Soalnya kami juga diajak untuk istirahat di resto JS 3 Spesialis Sate- Soto yang ada di daerah Mojokerto. Tapi tetep bayar sendiri, bukan fasilitas dari travel.
Setelah itu, mulailah aku agak aneh karena kami gak lewat jalan yang biasa aku lewati kalau perjalanan ke Surabaya atau Kediri. Tapi lagi-lagi menurutku itu masih wajar soalnya memang kami lewat Mojokerto kota. Dari ke 7 penumpang, aku dan bulek merupakan penumpang pertama yang naik sekaligus turun. Ohya, tarif untuk travel ini dari Surabaya- Kediri adalah Rp 100.000/ orang. Setelah sampai di depan rumah pakpuh di Pare, driver menyebutkan tarif yang harus kami bayar. Tapi yang bikin aku kaget, tanpa tedeng aling-aling driver bilang ;
"Dua ratus ribu untuk perusahaan, dan buat sopirnya ya tambahin lah", tapi dia pakai bahasa jawa.
Waktu itu sebetulnya aku mau bilang ke bulik buat gak usah ngasih tip tambahan, tapi ya pada akhirnya cuma bisa diem aja. Posisinya kami kalah telak, sudah diangkut sama drivernya bahkan sampai rumah. Ya coba dilogika aja, dia kan sudah pasti dapat gaji dari perusahaan, terus masih main kayak gitu. Hambok ya profesional, bukannya tarif yang ditetapkan oleh perusahaan itu sudah include sama gaji dia buat nyopirin kami. Toh biaya Rp 100.000 itu kami gak dapat fasilitas apa-apa, jangankan snack segelas air putihpun gak ada.
Tapi semua itu awalnya aku pendam sendiri, sampai pada akhirnya aku coba untuk inisiatif cari e-mail perusahaan RWA ini. Sayangnya gak ketemu, eh ketemunya malah curhatan orang-orang yang ternyata gak puas juga pakai jasa travel ini. Well, mungkin bukan perusahaannya, tapi oknum.
Aku nulis ini bukan mau ngompori buat gak pakai RWA sih, cuma mau kasih tau aja kalau sebagai konsumen aku gak puas sama servisnya. Kalau aku pribadi, ini pertama dan terakhir pakai RWA, udah cukup sekali aja. Sampai sekarang aku masih cari kontak sosmednnya.
Semoga kedepannya RWA makin baik dan gak bikin kecewa konsumen. Soalnya jalanin usaha itu harusnya jujur ya, meski sedikit tapi lama-lama jadi bukit, bukan malah meninggalkan kesan gak recomended.
Berangkat dari rumah pukul 06.15 WIB, menunggu bus di depan rumah. Sialnya sampai jam 07.00 bus jurusan Surabaya belum juga lewat. Hingga akhirnya jam 07.30 bus Hasti ekonomi tanpa AC pun datang. Beruntungnya aku dapat tempat duduk di depan sisi kiri. Soalnya jujur aku kurang suka naik bus, selain ya bau solar yang sering menyengat, kadang kala sopirnyapun ugal- ugalan. Tapi Hasti yang satu itu ternyata berbeda, sopirnya lihai dan kondisi busnya bersih. Aku memang pernah beberapa kali ke Surabaya naik bus, tapi rata- rata naik PATAS dari Kertosono dan gak pernah merasakan ngetem keluar masuk terminal. Jadi kemarin waktu naik ekonomi kerasa banget kalau ke Surabaya itu lama.
Sampai di dekat Bungurasih jam 11 kurang, aku turun di Ramayana karena memang berencana naik go-jek, setelah order, beberapa detik kemudian calon driver menghubungi. Kebetulan banget aku dapat driver cewek. Setelah basa-basi-basi aku mulai naik dan kita ngobrol banyak hal. Asli deh helm yang aku pakai wangi banget, jok motornya empuk juga. Apalagi drivernya kayak udah berpengalaman banget bisa selip sana-sini, tapi tetep taat aturan. Sampai di Bandara jam 11.15.
Ohya, aku ke Bandara Juanda itu jemput bulik dari Batam. Setelah diarahkan sama sepupu kalau bulik pakai pesawat C berarti aku harus nunggu di terminal 1A. Waktu lihat boardnya ternyata pesawat masih menunjukkan estimate 11.25, jadi aku ke circle K buat beli teh dan nyemil roti boy di store sebelahnya. Gak lama kemudian, board menunjukkan kalau pesawat bulikku sudah landed. Oke deh tinggal nunggu keluarnya aja.
Ternyata, gak sampai jam 12.00 bulik sudah keluar dan langsung dikermuni sama orang-orang yang nawarin jasa jemputan. Setelah cipika-cipiki dan dorong troli barang, kami jalan menuju mobil jemputan. Memang sebelumnya, om (suami dari bulik) sudah pesan travel untuk kami gunakan menuju pulang. Kami pakai jasa travel Rahayu Wira Abadi yang sekilas memang armadanya bagus- bagus, mereka pakai mobil avanza, xenia dan sejenisnya.
"Wah bagus nih pelayananya" pikirku.
Setelah menunggu agak lama, akhirnya mobil jemputan kami datang. Aku amaze karena ternyata gak sesuai sama ekspektasi yang aku buat sendiri sebelumnya. Mobil yang akan mengangkut kami sejenis jet bus warna merah dan tanpa ac. Saat itu kami diangkut bersama 7 penumpang lainnya yang kebetulan tujuannya Karisidenan Kediri semua. Saat itu aku masih belum ada pikiran jelek sama travel ini. Soalnya kami juga diajak untuk istirahat di resto JS 3 Spesialis Sate- Soto yang ada di daerah Mojokerto. Tapi tetep bayar sendiri, bukan fasilitas dari travel.
Setelah itu, mulailah aku agak aneh karena kami gak lewat jalan yang biasa aku lewati kalau perjalanan ke Surabaya atau Kediri. Tapi lagi-lagi menurutku itu masih wajar soalnya memang kami lewat Mojokerto kota. Dari ke 7 penumpang, aku dan bulek merupakan penumpang pertama yang naik sekaligus turun. Ohya, tarif untuk travel ini dari Surabaya- Kediri adalah Rp 100.000/ orang. Setelah sampai di depan rumah pakpuh di Pare, driver menyebutkan tarif yang harus kami bayar. Tapi yang bikin aku kaget, tanpa tedeng aling-aling driver bilang ;
"Dua ratus ribu untuk perusahaan, dan buat sopirnya ya tambahin lah", tapi dia pakai bahasa jawa.
Waktu itu sebetulnya aku mau bilang ke bulik buat gak usah ngasih tip tambahan, tapi ya pada akhirnya cuma bisa diem aja. Posisinya kami kalah telak, sudah diangkut sama drivernya bahkan sampai rumah. Ya coba dilogika aja, dia kan sudah pasti dapat gaji dari perusahaan, terus masih main kayak gitu. Hambok ya profesional, bukannya tarif yang ditetapkan oleh perusahaan itu sudah include sama gaji dia buat nyopirin kami. Toh biaya Rp 100.000 itu kami gak dapat fasilitas apa-apa, jangankan snack segelas air putihpun gak ada.
Tapi semua itu awalnya aku pendam sendiri, sampai pada akhirnya aku coba untuk inisiatif cari e-mail perusahaan RWA ini. Sayangnya gak ketemu, eh ketemunya malah curhatan orang-orang yang ternyata gak puas juga pakai jasa travel ini. Well, mungkin bukan perusahaannya, tapi oknum.
Aku nulis ini bukan mau ngompori buat gak pakai RWA sih, cuma mau kasih tau aja kalau sebagai konsumen aku gak puas sama servisnya. Kalau aku pribadi, ini pertama dan terakhir pakai RWA, udah cukup sekali aja. Sampai sekarang aku masih cari kontak sosmednnya.
Semoga kedepannya RWA makin baik dan gak bikin kecewa konsumen. Soalnya jalanin usaha itu harusnya jujur ya, meski sedikit tapi lama-lama jadi bukit, bukan malah meninggalkan kesan gak recomended.
Bulan ini bulan yang bikin hati teriris-iris. Soalnya hewan peliharaan, kucing di rumah beberapa ada yang mati karena sakit dan mati karena ketabrak kendaraan. Mungkin, di rumahku memang gak boleh memelihara kucing dengan jumlah yang banyak. Hingga akhirnya, kucing di rumah tinggal tiga ekor saja, Milo dan Mili. Lalu kemarin aku juga sempat rescue kucing di Terminal betina warna bendera- kempus.
Satu minggu yang lalu, saat salah satu kucingku mati karena virus calici (dua dokter membaca denan cara berbeda - kaliki dan kalisi). Entah yang mana yang betul pokoknya itu penyakitnya. Aku langsung memandikan Milo dan Mili dengan sabun antiseptik., membersihkan seluruh rumah, mencuci semua peralatan bekas pakai kucing yang sudah mati. Soalnya calici ini penyakit yang menular ke sesama hewan, medianya melalui air liur dan udara. Jadi supaya aman aku membersihkan semua bagian rumah dengan antiseptik dan karbol.
Awalnya mereka lincah lincah saja, tapi 3 hari yang lalu mereka mulai kelihatan lesu dan kurang nafsu makan. Aku pikir kucing ini bosan dengan dry food, lalu aku berinisiatif untuk membeli wet food dengan salah satu merk terkenal. Saat aku coba untuk mulai memberi makan, mereka terlihat bersemangat dan lahap saat makan. Oh ya benar bosan, pikirku.
Selang sehari, mereka mulai tidak nafsu dan lemas lunglai. Hari Sabtu keluar cairan hitam dari telinga. Sebelum bertanya ke teman, aku coba untuk googling terlebih dahulu. Ternyata ini semacam infeksi pada telinga atau biasa disebut dengan Otitis. Otitis bisa terjadi karena banyak faktor, seperti debu, tanah, kutu/ tungau, dan virus. Setelah aku coba untuk sharing dengan beberapa teman di grup facebook kucing, ternyata sekarang ini memang sedang musim penyakit kucing. Penyakit di musim pancaroba ternyata gak cuma menyasar manusia saja, hewan juga.
Beruntung aku punya teman yang bisa diajak sharing tentang dunia dan penyakit kucing, Aris Rahmawan. Kebetulan dia juga punya pengalaman merawat kucing secara intensif. Aku juga banyak berkeluh kesah dengan Ilham tentang kondisi petsku, aku disarankan untuk memberi bodrexin karena diagnosa Ilham kucing- kucing ini terkena flu. Bahkan dia membranding dirinya sebagai dokter segala bidang. hehe
nyekukruk karena lagi sakit |
Pagi tadi dengan mengumpulkan segenap rasa tega, aku suapi (lolohi) Milo dan Mili dengan wet food. Ah, banyak yang di lepeh dan tangan dicakar-cakar. Semakin siang ternyata suhunya semakin panas.
Jam 11.00 WIB aku memutuskan untuk mebawa Milo dan Mili ke drh di daerah Kranggan- Gumul, nama dokternya drh. Retno. Jujur, ini pengalaman pertama membawa pets ke drh, sebelumnya aku gak pernah memeriksakan pets karena memang sehat-sehat saja.
Ohya, aku gak punya pet cargo/ tas untuk membawa kucing. Jadilah aku masukkan mereka ke tas yang mirip dengan pet cargo dengan memberi ruang udara. Sampai di lokasi, aku menunggu drh. Retno hingga dipersilakan masuk. Setelah perkenalan, dan menjelaskan kronologi sakitnya pets ini drh. Retno mulai memberi injeksi. Masing-masing 2 suntikan, yang pertama cairan berwarna merah untuk penurun panas, sedangkan yang kedua antibiotik. Meski ini pengalaman pertama juga untuk Milo dan Mili ke drh, tapi mereka cukup kooperatif soalnya gak rewel.
Resepnya |
Setelah itu dokter menuliskan resep untuk ditebus di apotek manusia, dan aku membayar biaya suntik sebesar Rp 70.000 untuk 2 ekor. Tapi malunya, uangku tertinggal beberapa karena buru-buru berangkat. Kurang Rp 10.000. XD. Tapi sekarang sudah dilunasi.
Ternyata, begini rasanya punya pets yang sakit. Duh segininya. Semoga lekas sembuh ya kucing- kucing lucuku.
Kemarin tanggal 21 Februari 2016, bersama teman blogger, kompasianer, dan onliner meramaikan acara ngobrol asyik bersama IndiHome yang bertempat di Matchboxtoo Jalan Jawa- Surabaya. Sebagai salah satu peserta yang bukan warga asli Surabaya tentu aku harus datang lebih awal untuk cari lokasinya. Acara di mulai pukul 14.00 dan aku datang 2 jam sebelumnya. Acara dibuka dengan santai oleh MC dari IndiHome, mas Nash dengan meminta opini dari peserta tentang Indihome. Mbak Nunung blogger dari Surabaya memberikan opininya tentang wifi corner di daerah Manukan Surabaya.
Nah, Indihome ini adalah regenerasi dari speedy instan, meskipun namanya beda tapi tujuannya sama. Apalagi sekarang IndiHome ini punya layanan triple play (Internet on Fiber / High Speed Internet, Voice dan Interactive TV Channels). Perubahan zaman bikin orang berubah menjadi manusia digital. Nah, maka dari itu telkom kasih layanan T.I.M.E.S yaitu Telecommunication, Information, Media, Edutainment dan Service. Pantes kalau mereka punya tagline King of Digital. Soalnya Telkom ini kan perusahaan BUMN yang tentunya hadir untuk melayani masyarakat.
Di acara ini kami juga ditunjukkan video mengenai perjuangan teknisi Telkom yang sedang memasang jaringan di setiap daerah di Indonesia. Mulai dari menarik kabel hingga pagi, menyelam ke dasar laut, dan sebagainya. Bu Ivone- maminya anak Relawan TIK, juga mengatakan kalau setelah ini semua daerah akan tercover IndiHome.
Ada yang lebih enak lagi nih buat yang langganan IndiHome di rumahnya, ada layanan wifi.id seamless, kita bisa setiap saat connect wifi di area yang tercover wifi tentunya. Cukup dengan memasukkan user dan password yang sama seperti di rumah. Jadi kalau misal kita lagi di luar terus ada jaringan wifi, kita bisa connect internet. Biayanya setiap gadget cukup dengan 10K/ bulan. Keuntungan buat konsumen, karena kalau kita beli kartu wifi harga 5K untuk 12 jam saja. Caranya mengaktifkan wifi seamless masuk web IndiHome- Add On- Registrasi- lakukan sampai dapat email konfirmasi.
Enak kan ya, buat yang pengen pasang IndiHome tapi ragu daerahnya sudah tercover fiber optik atau belum tinggal cek aja di reg.indihome.co.id lalu input aja lokasi kita. Jadi kalau memang sudah tercover, ya tinggal registrasi aja.
Acara selesai sekitar pukul 17.00 WIB, dilanjutkan dengan sesi foto bersama. Btw, aku nungguin juga nih fotonya. Waktu pulang Kediri kemarin aku nyoba flashzone seamless di STO Pare, worth it.
Beberapa peserta juga memberikan opini mengenai pelayanan indihome sembari bertanya mengenai hal yang beberapa waktu lalu sempat viral mengenai Tere Liye yang menulis komplain tentang Indihome. Nah dalam kesempatan ini beruntung sekali saya dan peserta punya kesempatan untuk bertanya langsung tentang apa saja, yang jawab human bukan bot.MC kita mas Nash udah buka acara Ngobrol Bareng Blogger IndiHome #indihome pic.twitter.com/xH3D6piVD3— Silviana Noerita (@silviananoerita) February 20, 2016
Nah, Indihome ini adalah regenerasi dari speedy instan, meskipun namanya beda tapi tujuannya sama. Apalagi sekarang IndiHome ini punya layanan triple play (Internet on Fiber / High Speed Internet, Voice dan Interactive TV Channels). Perubahan zaman bikin orang berubah menjadi manusia digital. Nah, maka dari itu telkom kasih layanan T.I.M.E.S yaitu Telecommunication, Information, Media, Edutainment dan Service. Pantes kalau mereka punya tagline King of Digital. Soalnya Telkom ini kan perusahaan BUMN yang tentunya hadir untuk melayani masyarakat.
Di acara ini kami juga ditunjukkan video mengenai perjuangan teknisi Telkom yang sedang memasang jaringan di setiap daerah di Indonesia. Mulai dari menarik kabel hingga pagi, menyelam ke dasar laut, dan sebagainya. Bu Ivone- maminya anak Relawan TIK, juga mengatakan kalau setelah ini semua daerah akan tercover IndiHome.
Nah ada ilmu baru yang aku ketahui sejak ikut acara kemarin, dulu aku gak ngerti apa sih flashzone seamless. Padahal aku sendiri pengguna kartu Telkomsel sejak tahun 2013 hingga sekarang ini. Ternyata flashzone seamless ini ada untuk memanjakan pengguna kartunya orang Indonesia, ya semacam previlage lah. Jadi kalau kita ada di daerah yang tercover wifi.id dan kita pengguna kartu Telkomsel, kita bisa menggunakan flashzone seamless untuk internetan. Secara otomatis pengaturan paket data akan beralih ke jaringan wifi. Caranya mudah aja, cukup dengan install Telkomsel Wifi di playstore atau IOS."Setelah ini gak ada ceritanya galau daerahnya gak tercover indihome" - @ivoneandayani— Silviana Noerita (@silviananoerita) February 20, 2016
Ada yang lebih enak lagi nih buat yang langganan IndiHome di rumahnya, ada layanan wifi.id seamless, kita bisa setiap saat connect wifi di area yang tercover wifi tentunya. Cukup dengan memasukkan user dan password yang sama seperti di rumah. Jadi kalau misal kita lagi di luar terus ada jaringan wifi, kita bisa connect internet. Biayanya setiap gadget cukup dengan 10K/ bulan. Keuntungan buat konsumen, karena kalau kita beli kartu wifi harga 5K untuk 12 jam saja. Caranya mengaktifkan wifi seamless masuk web IndiHome- Add On- Registrasi- lakukan sampai dapat email konfirmasi.
Enak kan ya, buat yang pengen pasang IndiHome tapi ragu daerahnya sudah tercover fiber optik atau belum tinggal cek aja di reg.indihome.co.id lalu input aja lokasi kita. Jadi kalau memang sudah tercover, ya tinggal registrasi aja.
Acara selesai sekitar pukul 17.00 WIB, dilanjutkan dengan sesi foto bersama. Btw, aku nungguin juga nih fotonya. Waktu pulang Kediri kemarin aku nyoba flashzone seamless di STO Pare, worth it.