Uti saya sudah tua, usianya menginjak 70
tahun, dan beliau juga mengidap diabetes melitus. Sudah hampir 1 bulan lebih
beliau hanya tidur di ranjang karena kondisi badannya yang drop setelah insiden
jatuh terpeleset di kamar mandi sehingga kepalanya berdarah.
Sejak itu pula, kesehatan uti mulai
menurun. Namun, uti saya masih bandel, raganya memang sakit, tapi pemikirannya
masih seperti orang sehat. Bercerita, tertawa, bercanda, semuanya masih bisa.
Tapi, satu minggu yang lalu, uti saya mulai kesulitan menelan, hampir semua
makanan yang bertekstur keras seperti nasi tidak dapat masuk ke tenggorokannya,
minum air saja kesulitan. Hingga akhirnya tak ada satupun makanan yang masuk ke
perut beliau, 1 minggu hanya minum air teh hangat, tapi alhamdulillah porsinya masih
dibilang lumayan banyak untuk penambah tenaga, 1 hari 3 gelas teh.
Hari Jumat
Semenjak uti saya mulai kesulitan
berjalan, uti mulai memakai diapers untuk menampung air seni dan juga poopnya.
Tapi, yang membuat saya kaget adalah, dalam diapersnya terdapat warna merah,
awalnya saya tidak berpikir macam- macam, namun makin lama uti saya bilang
kalau perutnya terasa sakit, dan saat saya melihat (maaf) ‘isi’diapersnya
ternyata terdapat darah menggumpal. Sehingga, kami mengganti diapers 1 hari
sampai 5 kali untuk menjaga kenyamanan serta kebersihan. Dugaan saya, uti ini
terkena liver karena output yang dihasilkan berwarna merah kehitaman. (Jangan
dibayangkan!).
Hari Sabtu
Sabtu pagi, saya masih bercengkerama
dengan uti. Saya bilang saya menang lomba, menang abcd, dan uti masih
menanggapi dengan berkata “menang apa?”, kemudian saat saya beranjak, saya
dipanggil dan dibilangi untuk tidak pergi- pergi jauh. “Ojo lungo- lungo, ning
kene ae ngancani aku” (Jangan pergi- pergi, disini saja menemani uti).
Kemudian, uti minta saya untuk
memeluknya (ngeloni), dan saat itu saya memluk uti sambil menciumi pipi beliau.
:’)
Minggu, Pagi
Meskipun sakit, uti saya selalu mandi
setiap hari, 1 hari 1 kali, setiap pagi pukul 03.30, itupun atas permintaan uti
sendiri. Karena kondisi yang tidak memungkinkan, bude dan ibuk saya memutuskan
untuk memandikan uti dengan cara ‘seko’ atau di lap dengan air hangat. Namun,
uti saya masih menolak saat ditawari demikian.
Hingga, pakpuh dan bude saya memandikan
uti seperti biasanya. Setelah mandi, mata uti saya mulai memutih dan seperti
terbalik. Pernah tau ? Allah, itu adalah hal yang paling menakutkan untuk saya.
:’(
Selanjutnya seperti biasa, uti masih
berinteraksi dengan mata meskipun tidak mengucapkan sepatah kata pun, saudara-
saudara saya yang berada di rumah uti bergantian membacakan surat yasiin dan
juga menuntun uti untuk berdzikir. Tidak pernah lepas.
Pukul 13.00 uti saya mulai tidak sadar.
Kami yang panik terus melantunkan ayat- ayat Allah.
Semua keluarga berkumpul, hingga pakpuh
saya yang paling tua datang dari Surabaya.
Senin, 10 Juni 2013
Senin pagi, keluarga kami mengundang
dokter untuk memeriksa uti, dan dirujuk untuk dibawa ke rumah sakit, supaya uti
saya mendapat infus dan o2, kami menunggu respon uti.
Pukul 08.00 saya memutuskan untuk pulang
terlebih dahulu untuk mandi, dan kemudian ibuk namun hingga pukul 11.00 uti
saya masih belum sadar.
Sekitar pukul 12.45, ibuk saya mengirim
pesan singkat, intinya meminta saya segera sholat dan membaca surat al fatihah
41 kali. Saya masih ingat pukul 13.15, saya baru saja selesai membaca yasin
untuk kesembuhan uti, pukul 13.20, ibuk saya menelpon sambil menangis,
mengabarkan uti sudah dipanggil Sang maha Cinta. Innalilahi Wainailahi Roji’un.
Posisi saya saat itu di rumah uti
sendiri, karena ibuk, emak, bude, pakpuh berada di RS, dan pakpuh saya yang
lain baru saja pulang, jarak rumah uti saya dan pakpuh tidak terlalu jauh,
hanya berkisar jarak sekitar 10 rumah.
Saya lari ke rumah pakpuh, mengabarkan
jika mbah sudah tidak ada. Sambil menangis. Dan pakpuh saya bilang “sudah
jangan nangis, mbah uti sekarang sudah tidak merasakan sakit lagi, kamu sudah
lulus ujian, sudah dianggap cukup merawat uti”, langsung saya seka air mata.
Karena uti saya sudah dipindahkan dari
UGD ke kelas, maka prosesnya lumayan ribet, seharusnya kami harus menunggu
selama 2 jam untuk proses urus ini itu, tapi untungnya kami punya kenalan dan
akhirnya kami hanya menunggu tidak lebih dari setengah jam.
Di rumah, sudah mulai berdatangan para
pelayat, saya yang ditanya masih sering meneteskan air mata, sedih. Gimana
tidak, dari tiga belas cucu uti, perempuan hanya lima, dan saya yang paling
dekat dengan uti sejak kecil, hingga saya hampir berusia 20 tahun.
Mobil Jenazah datang, buncah hati saya,
begitu uti masuk ke ruang tamu, saya langsung masuk, dan mencium muka uti,
alhamdulillah saya tidak menangis pada momen itu, saya mencoba tegar, saya
takut air mata saya menetes saat mencium uti. Sakit hati saya, menangis tanpa
suara.
Alhamdulillah prosesi mandi jenazah,
mengkafani, lancar. Sholat jenazah juga dilakukan beberapa shift bergantian,
pemberangkatan pun juga cepat, Subhanallah, pelayat yang mengantarkan seperti
berlari. :’) – its mean a lot.
Saat proses pemakaman, ayah saya yang
membaca adzan, dan masing- masing dari kami (anak, cucu serta keluarga),
menggenggam tanah sambil membaca surat Inna Angzalna Hufi lailatul qodr
sebanyak 7x, untuk digunakan sebagai ‘bantalan’ uti.
Setelah tahlil
yang dibacakan oleh modin selesai, keluarga besar kami masih tinggal untuk
melakukan tahlil sendiri. Saudara uti saya ada 8, dan uti saya anak pertama.
Adik uti saya, yang bernama mbah Sakir saat menjadi imam tahlil sampai
menangis, dan kami semua disitu larut.
Hingga 3 hari berjalan, saya masih saja
ingat uti, masih suka nangis, masih cengeng. Sampai sudah lewat 7 harian saya
juga masih aneh rasanya, biasanya jam segini uti begini, eh dulu kami sering
begini, duduk disitu, setiap saya pulang sekolah uti ngupas apa aja di kursi
depan, dan lainnya.
Bagi saya, uti adalah ibuk ke 2.
Untuk siapa saja, saya mewakili uti
serta keluarga memohonkan maaf jika uti saya pernah melakukan kesalahan, baik
itu disengaja ataupun tidak disengaja.
Semoga Allah ya Kareem, menempatkan uti
di tempat yang paling Agung milik- Nya. Al- Fatihah..
*yg paling membuat saya sedih adalah,
uti belum lihat saya lulus dan menjadi ‘orang’ seperti yang ia sering bilang ke
saya*
ayo wujudkan keinginan uti, mba :)
BalasHapusIn shaa Allah saya berusaha mba :), terimakasih ya
Hapusikut berduka cita mba
BalasHapusterimakasih kak.. Mohon doanya ya :)
Hapus