Misalnya lemari baju, dewasa ini saya sebetulnya tidak hobi beli baju, tapi saya masih punya baju- baju zaman SMP dan SMA yang saya simpan. Nah, lulus kuliah ini baju- baju tersebut sudah tidak muat. Jika masih bagus akan dilungsurkan atau diberikan kepada anak- anak sekitar, dan yang sudah bolong akibat dimakan rayap disisihkan untuk lap. Begitu juga dengan lemari bekakas, kadang kami hanya membersihkannya supaya tetap awet.
Nah, ternyata baju- baju kemarin lebih banyak yang sudah jelek, entah kenapa masih saya keep saja. Kadang saya suka eman- eman kalau baju yang saya suka dilungsurkan, soalnya saya merasa adem kalau pakai baju itu, enak dipakai tiduran.
Akhirnya, muncul inisiatif untuk mendaur ulang baju- baju tersebut. Bukan didaur tuk jadi baju lagi, tapi jadi keset.
keset/ke·set/ /kését/ n pengesat kaki, terbuat dari sabut kelapa dan sebagainya. (*KBBI)
Awalnya kami memotongnya menjadi bentuk segitiga panjang, sebanyak mungkin, lalu kain segitiga tersebut dibentuk menjadi segitiga gendut. Setelah selesai dikunci dengan jarum pentul. Setelah menjadi banyak, kemudian dijahit. Untuk bagian ini ibu yang menjahit, dan tadaaa.. Jadilah seperti ini. Hohoho..
Punya banyak waktu luang nih, jadi daripada nganggur, buat seperti ini saja. Hemat ongkos beli keset. XD
Beberapa waktu yang lalu, saat saya berada di luar rumah saya disms ibu untuk cepat pulang. Isi pesannya singkat saya "mbak, ndang mantuk" (kak, segera pulang). Saya pikir ada apa, padahal sedang asyik- asyiknya nih di luar rumah, tapi saya akhirnya memilih untuk segera pulang, karena saya gak mau dikutuk ibu menjadi batu seperti Malin Kundang. Lebay XD
Belum sampai kendaraan masuk garasi, ibu berteriak supaya motornya ditaruh luar saja. Mau kemana, pikir saya. Ternyata saya diajak untuk mengambil kucing di rumah teman ibu. XD
Ceritanya ibu ditawari untuk memelihara kucing temannya sebut saja mbak Mar, karena kucing-yang-akan-diberikan-itu sering di uyel- uyel, apa ya bahasa uyel- uyel ? oleh mbak Mar, jadi lebih baik supaya dipelihara saja oleh ibu, begitu pikirnya.
Akhirnya, berangkatlah kami berdua ke rumah mbak Mar, dengan membawa kardus bekas mie instan, karena selama ini pengalaman saya cuma punya kucing alas atau kucing yang ambil dari pasar atau biasa disebut dengan kucing lokal, sehingga kami pun merawatnya alakadarnya saja tidak perlu perawatan ekstra seperti kucing angora atau kucing persia dan sejenisnya. Sayapun gak punya peralatan seperti tas kucing, tempat makan kucing, atau yang sejenisnya.
Nah, saya sebetulnya sejak lama kepengen punya kucing peranakan, gak asli dari angora atau persia gak apa apa lah yang penting ada unsur peranakan. Eh tapi, bukan berarti saya gak suka sama kucing lokal ya, bukan seperti itu. Kebetulan kucing yang akan diberikan ke saya ini peranakan angora dan kucing alas.
Sesampainya di rumah mbak, kami disambut dengan rengekan anak mbak Mar, namanya Amad. Amad masih kecil, usia TK B. Mbak Mar memberikan kucing kepada saya, warnanya hitam legam dengan mata berwarna kuning tua. Saat saya menggendong kucing tersebut, Amad memukul- mukul saya. Saya paham, Amad mungkin patah hati karena kucingnya akan saya bawa. :D.
Lalu, saya bilang ke Amad menggunakan bahasa Jawa "Mat, sampean sok mben tak paringi sing luwih apik warnane, anak e iki ya, iki mbak Silvi gowo ben dadi akeh disik", (Mat, kamu nanti tak beri yang lebih bagus warnanyam anaknya ini ya, ini mbak Silvi bawa dulu biar anaknya jadi banyak). Amad berhenti memukul saya dan bilang "Tenan? Ojo ngapusi aku!". Lalu, drama badan saya dipukuli selesai. Fyi, Amad ini badannya gendut besar. hahaha
Sesampainya di rumah, kucing hitam tersebut saya masukkan ke ruangan tertutup, karena saya takut nanti kabur. Ohya, namanya Ces (Cara bacanya kayak bilang 'lontong ces', bukan bilang ces atau charger dalam bahasa Jawa). Haha. Apasih ini. :D
Gak taunya, kucing saya yang lama (Moshi) cemburu. Buat yang sering tau kucing berantem ya begitulah posisinya. Ibarat kuda- kuda mau menyerang. Tapi, semakin lama ternyata semakin akrab. Kalau awal- awal dulu ada suara menggerung- nggerung ketika Moshi melihat Ces, sekarang malah sering bermain berdua.
Pengalaman punya kucing sebelum- sebelumnya yang jenis kelaminnya cowok mereka selalu kabur selepas usia 2 tahun, jadi saya malas deh punya kucing cowok. Nah, Moshi ini cewek, dan gak taunya Ces ini cowok, dan saya sudah kadung jatuh cinta sam Ces karena dia anteng dan bulunya lembut.
Saya masih pengen punya kucing lagi, yang banyak. Adanya mereka di rumah bisa jadi hiburan kalau penat. Hehehe
Belum sampai kendaraan masuk garasi, ibu berteriak supaya motornya ditaruh luar saja. Mau kemana, pikir saya. Ternyata saya diajak untuk mengambil kucing di rumah teman ibu. XD
Ceritanya ibu ditawari untuk memelihara kucing temannya sebut saja mbak Mar, karena kucing-yang-akan-diberikan-itu sering di uyel- uyel, apa ya bahasa uyel- uyel ? oleh mbak Mar, jadi lebih baik supaya dipelihara saja oleh ibu, begitu pikirnya.
Memperebutkan singgasana.
Akhirnya, berangkatlah kami berdua ke rumah mbak Mar, dengan membawa kardus bekas mie instan, karena selama ini pengalaman saya cuma punya kucing alas atau kucing yang ambil dari pasar atau biasa disebut dengan kucing lokal, sehingga kami pun merawatnya alakadarnya saja tidak perlu perawatan ekstra seperti kucing angora atau kucing persia dan sejenisnya. Sayapun gak punya peralatan seperti tas kucing, tempat makan kucing, atau yang sejenisnya.
Moshi waspada dengan keberadaan Ces
Lalu, saya bilang ke Amad menggunakan bahasa Jawa "Mat, sampean sok mben tak paringi sing luwih apik warnane, anak e iki ya, iki mbak Silvi gowo ben dadi akeh disik", (Mat, kamu nanti tak beri yang lebih bagus warnanyam anaknya ini ya, ini mbak Silvi bawa dulu biar anaknya jadi banyak). Amad berhenti memukul saya dan bilang "Tenan? Ojo ngapusi aku!". Lalu, drama badan saya dipukuli selesai. Fyi, Amad ini badannya gendut besar. hahaha
Sesampainya di rumah, kucing hitam tersebut saya masukkan ke ruangan tertutup, karena saya takut nanti kabur. Ohya, namanya Ces (Cara bacanya kayak bilang 'lontong ces', bukan bilang ces atau charger dalam bahasa Jawa). Haha. Apasih ini. :D
Gak taunya, kucing saya yang lama (Moshi) cemburu. Buat yang sering tau kucing berantem ya begitulah posisinya. Ibarat kuda- kuda mau menyerang. Tapi, semakin lama ternyata semakin akrab. Kalau awal- awal dulu ada suara menggerung- nggerung ketika Moshi melihat Ces, sekarang malah sering bermain berdua.
Pengalaman punya kucing sebelum- sebelumnya yang jenis kelaminnya cowok mereka selalu kabur selepas usia 2 tahun, jadi saya malas deh punya kucing cowok. Nah, Moshi ini cewek, dan gak taunya Ces ini cowok, dan saya sudah kadung jatuh cinta sam Ces karena dia anteng dan bulunya lembut.
Molly - kucing saya yang kabur dari rumah tapi sering pulang kalau lagi lapar dan pergi lagi. The King of Cats di RT 005, menghamili banyak kucing wanita. Superb!
Moshi- beutifull one
Ces
Saya masih pengen punya kucing lagi, yang banyak. Adanya mereka di rumah bisa jadi hiburan kalau penat. Hehehe
Nah, ngeblog juga begitu. Dulunya saya taunya ngeblog cuma nulis dowang. Iya nulis tok. Ternyata saya salah. Memang sih dalam suatu tampilan blog content atau tulisan adalah raja, dan hal lainnya adalah penyokong. Tapi, mau tidak mau mereka melengkapi. Jadilah saya belajar keduanya, dan hal lainnya. Ya belajar nulis yang baik dan benar meski ngepop bahasanya, lalu belajar utak- atik blog mulai dari widget sampai layout, dan salah satunya adalah memasukkan foto dalam tulisan.
Saya ingat pertama kali saya menulis di blog awal masa SMA, tulisan saya gak ada fotonya sama sekali. Iya, dalam satu postingan isinya tulisan tok. Tapi, beberapa saat yang lalu, saat saya mulai kenal dengan salah satu web penyedia jasa tiket di Indonesia, dan dia meluncurkan web rujukan wisata di berbagai daerah Indonesia dan saya beruntung sekali dapat ikut serta meramaikan khasanah penulisan tema wisata di web tersebut, saya mulai belajar tentang bagaimana caranya me resize foto supaya presisi dan tidak penyok. Pokoknya pas dengan ukuran yang ditentukan.
Saat itu saya sudah mencoba menggunakan office picture manager, namun ternyata tidak tepat dengan ukuran yang saya inginkan. Lalu, saya sharing dengan mbak Rahmah teman blogger dari Makassar dan saat ini tinggal sementara di Kertosono yang notabene dekat dengan Kediri, jadi saya dan Mak Rahmah beberapa kali berjumpa. Akhirnya saya tahu, bagaimana membuat ukuran foto supaya presisi. Salah satunya menggunakan Paint. Kalau belum tahu, ikuti cara- caranya ya. Mudah banget cuma ada 4 step doang, dan gratis :p
1. Buka aplikasi paintnya
2. Pilih resize
3. Lalu akan muncul kotak resize and skew seperti di bawah ini
4. Jika ingin presisi sesuai dengan ukuran yang kita inginkan, maka ganti Precentage ke Pixel, lalu hilangkan centang di Maintain aspect ratio dan isi sesuai angka yang diinginkan. Jika sudah klik OK.
5. Tadaaaa... Foto kita sudah sesuai dengan yang diinginkan, dan siap di upload.
Nah, mudah kan, mudah kaaaaan. Sekarang, kalau kamu mau edit foto gak perlu bingung lagi. Tapi, ada satu yang harus kamu tahu. Ukuran yang saya pakai tersebut untuk jenis foto landscape ya, 500x 350. Kalau kamu pakai foto potrait, tinggal dibalik aja ukuranya, jadi 350x500. Mudahnya begini nih :
Nah, ini hasil edit foto potrait dengan ukuran 350x 500.
Kalau kamu ukuran 500x350, hasilnya cemet :
Sudah mengerti anak - anak ? Hehehe
Semoga bermanfaat. ^.^