Senang sekali rasanya bisa turut serta hadir di acara keren dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Surabaya kemarin. Pengalaman warbiyasak yang menambah kedewasaan saya bermain sosial media.
"Temenin aku ke perpus yuk, aku mau cari buku buat tugas Ekonometrika!"
"Lah, search aja di google kan ada!"
Percakapan yang sering diucapkan oleh dua orang teman saat masa kuliah lalu. Adanya internet membuat kami merasa mudah, sekaligus perlahan menggiring ke bagian bernama kemalasan. Bukan salah teknologi bernama internet, tapi para pengguna yang kurang bijak dalam menggunakannya.
Saat bertemu teman baru, biasanya hal pertama yang ditanyakan pun kadang bukan kabar, tapi akun sosial media!.
"FB kamu apa nama akunnya? mau aku add nih"
"Twitter kamu? mau aku follow"
"Instagram kamu apa namanya? seberapa banyak sih fotonya?"
"Kalau path kamu punya?"
"Minta ID Line, PIN BBM dan nomor WhatsApp kamu dong biar mudah aku hubunginya"
Nah, saya yakin sebagai manusia serba modern dengan smartphone di tangan kanan dan remot di tangan kiri, masing- masing dari kita tentu punya paling tidak salah satu dari sosial media yang saya sebutkan diatas. Masalahnya, apakah kita sudah cukup mengerti bagaimana menggunakan semua itu? Tak sekedar dari sisi aplikasinya saja, tapi ada yang lebih penting lagi, yaitu dari sisi etikanya.
Beruntung sekali saya bisa hadir di acara Uji Coba Draft Model Pendampingan Pendayagunaan TIK Bagi Perempuan di Jawa Timur, yang digagas oleh KPPA bersama KOMINFO dan bertempat di Hotel Garden Palace Surabaya.
Sesuai dengan acaranya, audiencenya pun mayoritas perempuan. Baik ibu- ibu PKK, ibu- ibu penggiat UMKM, ibu- ibu dari dinas, pemerhati IT, blogger, dan adik- adik dari SMA di sekitar Surabaya.
Acara ini diadakan untuk memberikan edukasi kepada para perempuan dan anak- anak tentang pentingnya menjaga diri saat bermain internet, karena ternyata pengguna internet paling banyak berasal dari gender perempuan.
Melihat banyaknya permasalahan yang terjadi yang diakibatkan oleh penggunaan internet dan sosial media yang kurang bijak, maka dengan adanya acara ini diharapkan para wanita mulai aware dan siap defence terhadap segala kejahatan yang mengintai yang asalnya dari internet. Seperti misalnya kejahatan pelecehan seksual, bullying, kekerasan, penculikan, bahkan sampai pembunuhan.
Miris sekali rasanya saat pak Soetjipto staff Kominfo Jawa Timur, menunjukkan beberapa video mengenai akibat dari penggunaan sosial media yang kurang tepat, dan yang perlu digaris bawahi banyak dari kasus tersebut korbannya adalah perempuan.
Dalam video tersebut gadis remaja mulai berkenalan dengan laki- laki di Facebook, semakin lama semakin akrab, karena banyak kata manis dan romantis yang terucap, kemudian mereka mulai membuat janji untuk bertemu, dan ternyata gadis ini disekap dan diculik oleh teman yang selama ini memberi rasa aman dalam bentuk visual. Satu kata saja, menakutkan.
Video kedua, lagi- lagi yang diceritakan adalah gadis, dia diminta oleh teman FBnya untuk mengirimkan "FLASH" atau foto yang memperlihatkan buah dadanya, tentunya si teman tersebut berjanji untuk tidak menyebarkan kepada siapapun. Entah apa yang dipikirkan, gadis tersebut mengirimkan foto bugilnya.
Satu tahun kemudian, muncul laki- laki yang menghubungi si gadis dan mengirimkan foto lama yang memperlihatkan buah dadanya, dan mengancamnya. Jika tidak mengirimkan foto yang lebih (bugil), maka foto tersebut akan disebar luaskan. Sampai pada suatu ketika, pagi- pagi saat liburan rumah si gadis didatangi oleh polisi, memberi tahukan bahwa foto dirinya sudah tersebar luas di sosial media. Gadis tersebut shock, dan depresi.
Sampai hal yang paling parah harus pindah sekolah beberapa kali karena menjadi korban Bully teman- temannya. Apa yang ada dibenak kita jika hal tersebut terjadi pada diri kita sendiri ?. Sedih? Marah?. Tak karuan tentunya.
Hal- hal semacam inilah yang seharusnya menjadi perhatian lebih para orang tua untuk mengawasi anak- anaknya. Ada beberapa hal yang dipaparkan oleh Pak Tjip tentang Do's dan Don'ts dalam bermain sosial media sesuai dengan panduan Internet Sehat yang Aman.
Do’s
Manfaatkan sebagai narasumber.
Posting hal positif.
Selektif dalam memilih teman.
Tempatkan komputer di ruang tamu.
Buat aturan.
Jauhi semua yang ilegal
Don’ts
Jangan beri informasi tentang anda terlalu detail. Terutama untuk para ibu yang gemar mengunggah informasi tentang buah hatinya.
Mencurahkan isi hati.
Terlalu banyak update.
Mengunduh apapun yang negatif.
Nah, informasi dari pak Tjip memang sangat bermanfaat untuk kita supaya tetap aware dengan apapun yang terjadi yang berasal dari sosial media.
Selain pak Tjip, Mbak Ani Berta sebagai pemateri juga memberikan edukasi tentang penggunaan sosial media yang memberikan benefit lebih kepada para penggunanya. Jadi, setelah tau etika bersosial media, kita juga bisa menggunakan sosial media sebagai ajang untuk mengasi rejeki. Misalnya dengan menggunakan sosmed untuk promosi barang dagangan kita, lalu menunjukkan karya kita baik melalui tulisan maupun foto.
Intinya, sosial media itu seperti dua sisi mata uang. Jika digunakan tidak sesuai dengan etika maka akan merugikan, namun jika digunakan dengan baik maka akan menguntungkan. Sekali saja kamu membuat kesalahan di sosial media, maka hal itu akan terus terkenang di mata para pengguna lainnya. Sekali kamu terperosok, maka reputasimu akan rusak begitu saja.
Maka dari itu, think before posting, karena apapun yang kamu unggah di sosial media, meskipun kamu sudah merasa menghapusnya, sebetulnya hal tersebut akan tetap ada disana selamanya. Selamanya.
Jadi, yok pakai sosial media dengan bijak.