Perjalanan Membersamai Screening TBC

Januari 27, 2024

Perjalanan Membersamai Screening TBC pada Anak. ~ Sudah lama banget ya gak cerita-cerita di sini. Banyak yang terlewat tapi Insya Allah akan kuceritakan semua sebagai arsip. Kali ini saya mau cerita mengenai hal yang agak bikin kaget dan menguras perasaan sebagai ibu anak satu.

Selama bulan Desember kemarin bahkan sejak awal Desember, kami sering banget healing dengan jalan-jalan mengunjungi Dokter Spesialis Anak dan juga rumah sakit satu dan rumah sakit lainnya.

Awal Desember tiba-tiba anak demam tanpa gejala, mulai dari siang sampai malam. Mencoba beri asupan air dan asi lebih sering, minum pereda demam, pakai jalur tradisional balur bawang merah dan telon pun sudah dilakukan.

Namun demamnya hanya turun sesekali setelah minum asi, tidak lama setelah itu demam lagi. Hal yang membuat saya dan Ilham (suami) khawatir adalah anak tidur dengan sesekali tekejut, seperti tanda-tanda mau kejang.

Sekitar pukul 22.00 kita putuskan untuk segera bawa ke RS terdekat dari rumah, RSM Siti Khodijah. Setelah melakukan pendaftaran, kami diarahkan untuk ke IGD dan benar saja demam anak mencapai 39,8 derajat.

Karena demam sudah terlalu tinggi, gak perlu nunggu lama dokter minta izin ke saya untuk memasukkan obat via dubur. Kami juga diresepkan vitamin dan obat penurun demam, saat obat pertama masuk ternyata demam gak kunjung turun sampai pagi. Baru setelah obat ke-dua masuk, demamnya mulai turun perlahan.

Beberapa hari kemudian, kami merasa belum puas dengan kondisi kesehatan anak. Makan belum kembali normal dan tetap terlihat lemas. Sampai akhirnya kami sepakat bahwa anak ini harus dibawa ke dokter spesialis anak.

Setelah diskusi dan juga berdebat, akhirnya kami putuskan untuk datang ke dr. Wasis Setiadi di Kediri kota. Kebetulan saat itu kami datang ke kliniknya yang ada di depan Olivia Bakery, Jl. Hayam Wuruk.

Yang tinggal di kota Kediri tentunya familiar dengan DSA ini. Ohya dr. Wasis ini juga buka praktik di Jl. Penanggungan Kediri, ini sekaligus menjadi rumah beliau.

Setelah screening dan yang lainnya, dr. Wasis menemukan ada benjolan di leher Deeva bagian kiri, ini menandakan bahwa ada kemungkinan mengalmi TBC Ekstra Paru (TB Kelenjar). Maka kami harus melakukan serangkaian tes untuk memastikan hal ini, yaitu tes mantoux. 

Beliau membuatkan pengantar untuk melakukan lab di salah satu laborat yang cukup terkenal di wilayah kami. Selain itu, kami juga diberi opsi untuk mencari rujukan. Karena screening kesehatan anak semacam ini ga bisa selesai dalam sekali pertemuan. Pasti akan bolak balik sampai tuntas.

Nah, jadi sebenernya bukan cuma karena Deeva sakit demam yang membuat kami bawa anak periksa ke DSA. Melainkan juga masalah berat badannya yang sangat irit, padahal porsi makan sudah sesuai. Jadi ada apa nih? Pasti ada yang gak beres.

Berkali-kali saya sampaikan ke suami, pengen bawa ke DSA kalau BB ga naik dalam 3 bulan. Tiap kali ada niatan untuk itu rasanya anak kami selalu menunjukkan bahwa he's fine dengan kenaikan BBnya, dan begitu seterusnya sampai dia memberi tanda gawat dengan demamnya itu. 

Sepulang dari DSA, kami coba untuk lab dan bertanya mengenai mekanisme lab yang akan dilakukan dan juga estimasi biaya. Pikiran sedikit kalut tapi berusaha tenang supaya tetap bisa berpikir dengan jernih.

Melihat hal ini, akhirnya suami menyerahkan 100 persen keputusan pengobatan anak ke saya. Karena dia percaya kalau insting seorang ibu pasti mendekati benar.

Akhirnya saya menawarkan opsi untuk mencari rujukan ke faskes 1 dulu. Kebetulan saya mendapatkan fasilitas jaminan kesehatan dari kantor yaitu BPJS, sehingga 1 KK bisa ikut semua. 

Nah kalau memang prosesnya ribet dan lama maka kami akan ambil opsi kedua yaitu melakukan lab mandiri. Syukur Alhamdulillah nih, cukup dengan 2 jam screening dokter dan juga ahli gizi di faskes 1, akhirnya kami bisa bawa pulang rujukan dengan ambil di RSUD SLG.

Infonya ada DSA yang bagus di RS SLG. Mulanya kami datang ke DSA 1, saat itu beliau menyarankan untuk cek darah lengkap dan urin namun tidak fokus di benjolan leher.

Alhamdulillah Deeva sangat koperatif selama pengambilan darah. Untuk urin kami belum bisa antarkan untuk lab karena kendala anaknya masih pakai pampers.

Belum ada beberapa hari, Deeva tiba-tiba demam lagi. Tapi demamnya itu hanya saat malam hari saja. Gak mau ambil resiko, kita bawa ke RS SLG lagi untuk berobat.

Gak memerhatikan hari, ternyata kami berjumpa sama DSA yang berbeda, yaitu dr. Eko. Karena sudah melakukan cek darah lengkap dan urin berdasar rekom dokter sebelumnya, dr. Eko menyarankan kami untuk melakukan mantoux test. 

Sayangnya kita tidak bisa melakukan tes ini di RSUD SLG, sehingga kami diberi rujukan untuk melakukan tes di RSUD Gambiran. Long story short kita ke Gambiran dan ternyata belum bisa melakukan tes karena kendala libur Natal dan cuti bersama. 

Selain itu mantoux juga harus dibaca ±42-72 jam setelah injeksi diberikan. Jadi kita harus kembali di lain hari dan 2 hari setelahnya diharuskan datang lagi untuk membaca hasilnya. 

Setelah mendapat pengantar mengenai mantoux kita bawa hasilnya ke RSUD SLG saat check up lagi untuk dibaca oleh dr. Eko. Qadarullah hasilnya 8mm.

Namun dimantapkan untuk ikut tetapi TB karena kenaikan BB anak memang kurang baik selama beberapa bulan. Kami sebagai orang tua ikhlas menerima hal ini karena yakin bahwa tidak ada hasil yang mengkhianati proses. 

Maka sejak tanggal 3 Januari itulah anak kami mulai terapi TB dengan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang berwarna merah. Juga dijadwalkan terapi selama 180 hari (6 bulan) ke depan sampai zero TB. 

Pemberian OAT ini tidak boleh terlewat 1 hari pun. Jika terlupa maka harus mengulang kembali dari hari pertama. Kami juga diharuskan check up setiap 2 minggu sekali. 

Hal ini untuk melihat progress dari terapi pengobatan. Alhamdulillah selama prosesnya anak sangat kooperatif, meskipun ya ada drama telenovelanya.

Terbukti setelah 2 minggu terapi TB, saat check up BB naik 600gr dalam waktu 2 minggu saja. Karena memang nafsu makan anak jadi bagus sekali.

Next, saya akan cerita soal ditemukannya ISK pada Deeva, ya. 

Terima kasih untuk support dan doa teman-teman untuk kesembuhan putra kami. Semoga kita senantiasa dalam keadaan sehat walafiat. 


You Might Also Like

0 comments

Keep Blogwalking!

BLOGGER PEREMPUAN

Blogger Perempuan

KUMPULAN EMAK BLOGGER

BLOGGERHUB