Ya, akhirnya kamera saya yang lama, sudah diganti dengan yang baru.
Akhirnya yah. Tapi, ternyata saya keliru. Kamera jenis ini perawatannya berbeda dengan kamera poket/ kamera- kamera lainnya. Kenapa ? yak. Karena kameramemiliki komponen kecil dan detail serta rumit. Lebih dari itu, karena Indonesia merupakan negara tropis sehingga debu/mikroba berdistribusi sangat cepat. Jadi, perawatan kamera ini di Indonesia harus lebih intens.
Membeli kamera ini, tidak berhenti hanya dengan kamera saja, tapi juga harus membeli tool kit serta cleaning kit. Apalagi setelah saya googling box tempat kamera juga harus dijaga kelembabannya supaya tidak berjamur dan tetap kering. Sebenarnya bisa disiasati dengan silica gel untuk menjaga kelembaban, tapi lebih baik lagi jika menggunakan dry box (kotak tempat kamera yang bisa diatur suhunya).
Nah, saran saya sih buat yang ngebet pengen kamera sejenis dengan saya, mending pikirin dan siapin mental serta dana yang cukup buat punya gadget ini. Saya agak nyesel sebenernya.
Beberapa waktu yang lalu, saya dan teman- teman sedang menikmati makan siang di salah satu tempat yang biasa kami kunjungi. Kebetulan tempatnya tidak begitu jauh dari rumah dan dekat dengan jalan raya, sehingga tempat ini selalu ramai ketika jam makan siang, apalagi didukung dengan tempat yang nyaman, luas dan bersih. Maka tak heran jika tempat ini menjadi tujuan utama, manusia- manusia yang perutnya ingin dimanjakan.
Oke, saya pikir intro diatas begitu formal ya. Sorry, keseringan bikin berita reportase sampe bahasanya pun ga bisa ngepop kayak biasanya. Haha, harap maklum, deadline cetak majalah makin dekat.
Sebenernya, bukan itu inti dari cerita ini. Oke deh langsung saya mulai. Saat saya makan, tentunya banyak orang yang datang dan pergi, bukan hanya untuk makan, tetapi para 'pekerja seni jalanan' juga ikut nimbrung buat dapet recehan- recehan atau sekedar 'ngarep' bisa ditraktir makan.
Nah, kebetulan waktu itu ada 3 orang anak kecil yang menjadi tukang seni alias minta- minta. Beberapa orang respect dengan memberi beberapa recehan, dan ada lagi yang lainnya malah sama sekali tidak menganggap ada. Jadi, sampai beberapa waktu si adek- adek yang harusnya lagi tidur siang/ main ps di rumah ini menunggu sambil menengadahkan tangan dan tak lupa mulutnya terus menerus meminta.
Kemudian ada beberapa lagi yang tidak memberi tapi malah memarahi.
Saya merhatiin semua kejadian itu. dan temen- temen saya juga ikut ngelihatin, malah ada temen saya yang sempat memotret, tapi saya minta dia buat ngehapus karena memotret anak jalanan yang dia sebut dengan human interest itu termasuk eksploitasi, menurut saya. Dan teman saya langsung menghapusnya.
---
Dari semua itu, saya jadi kepikiran. Orang kok ada yang gitu yah ? Maksudnya ga nganggap orang lain ada, kemudian ga ngasih tapi malah marah- marah.
Saya langsung ngejudge orang- orang yang kayak gitu, pasti kehidupan sosialnya buruk. Sesama manusia aja kayak gitu, apalagi sama yang enggak manusia ?, hewan misalnya.
Nah, kemudian kejadian tadi saya ceritain ke ibuk, dan ibuk saya bilang "ya mungkin orang itu belum pernah aja ngerasain nikmatnya diambil sama yang ngasih. Ini kamu ingat- ingat ya mbak (Ibu saya selalu manggil saya mbak, dan adik saya selalu dipanggil dengan sebutan adek), setiap rezeki yang kita dapat, ada sebagian darinya (rezeki itu) hak mereka. Jadi, jangan sampek kita ga bagi- bagi sama mereka, yah walaupun ga banyak tapi seenggaknya mereka ikut ngerasain lah".
Dari omongan ibuk saya, saya jadi nyimpulin gini. Misalnya aja manusia sama kucing. Manusia lagi makan ayam goreng, manusia udah makan dagingnya, dan gak mungkin tulangnya dimakan sampai habis juga, nah kalau manusia itu ga 'serakah', udah pasti tulang itu bakal di kasih ke kucing. Karena manusia udah ga butuh lagi tulang itu. Sama kayak manusia sama manusia, kalau kita punya uang lebih, lebih baik kalau dibagi sama orang yang membutuhkan.
Berbagi sama orang lain itu menyenangkan kok. Dunia terlalu indah kalau dinikmati sendirian. Sungguh saya berterimakasih sama ibuk, yang selalu mengikutsertakan saya dalam hal- hal kemanusiaan.
Honestly, saya kurang begitu menykai sebuah perjalanan, itulah kenapa saya sangat ingin mempunyai kantong ajaib seperti doraemon, supaya dapat mengeluarkan pintu kemana saja. Jadi, saya gak perlu capek menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu hingga berjam- jam di jalan.
Sayangnya, semua itu tidak mungkin terjadi di dunia nyata. Atau bisa dibilang hal- hal seperti itu sulit untuk direalisasikan. Pertanyaanya, adakah manusia yang dapat menembus waktu ? Saya rasa, hingga saat ini belum ada.
Dari ketidak sukaan saya akan perjalanan ini, membuat saya berpikir tentang kehidupan. Yah, memang sudah waktunya saya memikirkan tentang hal tersebut, karena usia saya tahun ini memasuki babak ke 20.
Mungkin, kalau Tuhan menciptakan kemudahan untuk manusia, kita tidak akan pernah merasakan yang namanya perjuangan. Jika ada pintu kemana saja, kita tidak akan merasakan proses menuju suatu tempat. Sama halnya dengan jika kita lahir, maka akan langsung mati. Seperti itu.
Jadi, saya mulai menikmati setiap proses yang saya alami selama hidup.
Sama seperti kemarin, saat saya baru pulang dari Kediri dan menuju ke Malang. Seperti sebelumnya, saya menggunakan angkutan kota yang mungkin anda biasa menyebutnya bus, untuk sampai ke terminal di Malang. Saya tidak pernah menyukai kendaraan ini, alasannya ? yah you know lah, hampir semua transportasi umum di Indonesia tidak begitu berpihak baik pada penumpang. Sayangnya, hanya bus ini lah satu- satunya akses yang efisien dan memudahkan saya untuk turun di depan rumah. Jika ada yang ingin mampir, rumah saya berada di dekat jalan raya. Itulah kenapa di KTP saya, (ya saya sudah punya KTP, barusan) tertulis alamatnya : Jalan Raya . . . . .. Kediri.
Sejak awal saya kuliah di Malang, saya memang tidak dibiasakan oleh ibu saya untuk naik bus ini. Saya lebih sering diantar oleh kakak/ travel/ diantar sendiri oleh ayah. ya, kalian boleh bilang saya manja. Apalagi waktu itu ditambah dengan stigma negatif tentang angkutan ini, kurangnya keamanan, banyaknya kecelakaan masuk jurang, dan yang paling parah adalah kriminal di dalam bus.
Lagi- lagi saya sadar. Hidup memang perjuangan. Kesadaran ini memuncak ketika saya pulang dan tidak mendapat tempat duduk dalam bus. Dari Malang hingga turun did epan rumah, dan begitu pula saat saya kembali ke Malang, dari rumah hingga sampai di Malang. Kejadian seperti ini sudah saya alami sekitar 4 kali. Oke, silahkan dibayangkan, berdiri di dalam kendaraan selama 3 jam dengan medan yang berkelok- kelok naik turun. Saat pertama kali berdiri seperti itu, sampai di rumah saya nangis, capek.
Tapi, mungkin disitulah prosesnya. Disitulah serunya.
Seperti kemarin, saya naik bus ini lagi. Untungnya, tidak terlalu ramai sehingga dari rumah hingga malang saya tidak perlu berbagi tempat duduk dengan orang lain. Di beberapa tempat bus berhenti dan menaikkan penumpang, lalu duduk satu keluarga dibelakang bangku saya. Ayah Ibu dan satu Anak.
Selama di perjalanan, si anak laki- laki kecil ini, tidak bisa diam. Menyanyi, berdiri, lalu berbicara apa saja selama perjalanan.
Tentunya, saya risih.
Tapi saya biarkan saja saat itu.
Saat si adek kecil ini berdiri dan berpegangan di bangku tempat saya bersandar, saya melihat keadaannya. dan saya, terenyuh.
Adek ini, mungkin masih berusia sekitar 7- 8 tahunan, dan dia mengalami bibir sumbing. Sebelum saya tau keadaanya pun, saya sudah membatin kalau anak ini pintar dan aktif, karena di setiap pemberhentian bus, adek ini selalu membaca apa saja yang terlihat olehnya. dan yang paling membuat saya malu adalah, saat dia menyebut jalan yang berkelok- kelok. Kanan- Kiri- Kanan lagi- Kiri lagi.
"Saya yang berusia hampir 20 tahun, hingga saat ini masih suka gagap kalau ditanya tentang arah" ya, itulah keterbatasan saya.
Tapi, yang saya suka, adek ini ceria gitu. hehe
Kemudian, ibu nya ngajakin saya ngobrol, dan dari obrolan itulah saya tahu kalau mereka mau berlibur ke Sengkaling (Pemandian di Malang).
Tak lupa saat adek ini akan turun, dia dadahdadah sama saya. Haru banget :')
Dari semua kejadian ini, bolehlah ditarik kesimpulan kalau kejadian tak terduga bisa datang kapan saja dan dimana saja.
Saya punya standart tinggi untuk masalah aksesoris yang saya pakai. Bukan, bukan masalah harga yang tinggi dan branded. Bukan sama sekali.
Standart tinggi yang saya maksud disini adalah bebeda dari yang lain, dan yang pasti nyaman. Nah, kenyamanan ini lah yang sulit sekali saya ciptakan dalam membeli barang. Ada yang bagus, tapi ternyata banyak jenisnya. Saya memang selalu susah jika membeli sesuatu, susah menentukan. Membeli barang itu seperti jatuh cinta, jika suka pada pandangan pertama, dicoba cocok, maka saya akan saya beli. Momen seperti itulah yang seringkali sulit saya dapatkan.
Hingga akhirnya, banyak keluar masuk toko, sampai pulangpun tak membawa apa- apa, capek.
Itulah sebabnya, saya bukan tipe orang yang update untuk masalah penampilan. Saya lebih suka memakai barang yang tahan lama, meskipun harganya lebih tinggi dari biasanya. Karena kepuasan konsumen, ditentukan oleh selera.
Standart tinggi yang saya maksud disini adalah bebeda dari yang lain, dan yang pasti nyaman. Nah, kenyamanan ini lah yang sulit sekali saya ciptakan dalam membeli barang. Ada yang bagus, tapi ternyata banyak jenisnya. Saya memang selalu susah jika membeli sesuatu, susah menentukan. Membeli barang itu seperti jatuh cinta, jika suka pada pandangan pertama, dicoba cocok, maka saya akan saya beli. Momen seperti itulah yang seringkali sulit saya dapatkan.
Hingga akhirnya, banyak keluar masuk toko, sampai pulangpun tak membawa apa- apa, capek.
Itulah sebabnya, saya bukan tipe orang yang update untuk masalah penampilan. Saya lebih suka memakai barang yang tahan lama, meskipun harganya lebih tinggi dari biasanya. Karena kepuasan konsumen, ditentukan oleh selera.
Kamis, 28 Februari 2013.
Saya suka pantai, birunya pantai, dan luasnya langit selalu membuat mata saya dimanja.
Kamis ini, kebetulan saya kosong kuliah , karena dosen saya sedang tugas ke Batam- Kepri. Finger (penanggung jawab kelas atas MK (Mata Kuliah) Ekonomi Internasional dan Moneter) sudah memberitahukan berita ini sejak hari Senin saat kuliah Statistika Inferensial. Akhirnya saya putuskan untuk pulang ke Kediri hari Rabu sore.
Sebelumnya (hari Sabtu/Minggu saya lupa), saya di lobi oleh kakak untuk diajak ke pantai Pelang Trenggalek, dan saat itu saya menolak karena hari Kamis masih ada kuliah. Tapi, ternyata saya Kamis kosong. Akhirnya saya cus ikut ke pantai.
Prepare
Kamis pagi, saya dapat info dari kakak kalau kami berangkat pukul 7. Kami sampai di tempat janjian (STAIN Kediri) pukul setengah 8. Oh ya, kami berangkat bersama 6 orang lainnya. Pukul 8 1/4 kami semua bersiap untuk berangkat. Sayangnya, kami tidak jadi pergi ke Pantai Pelang di Trenggalek, padahal di Pelang ada air terjunnya juga. Jarang.
Kenapa ga jadi ? yip, treknya sulit, primitif runaway banget banyak yang bilang.
Akhirnya kami ganti rencana, bukan ke Pelang tapi ke TambakRejo di Blitar. Lebih dekat dan sama- sama keren.
Perjalanan
Selama perjalanan, kami banyak bercengkerama satu sama lain, padahal sih belum kenal semua saya. Hehe.. Diantara mereka ber 7, hanya saya yang selundupan. Yang lain mahasiswa STAIN, dan saya bukan. Selama 2 jam berjuang dengan perut mual dan pusing karena jalannya memang gak mudah, meskipun sudah halus tapi medannya berkelok- kelok curam. Tiket masuk ke pantai ini sangat terjangkau, 2k untuk anak- anak, dan 3k untuk dewasa. Oh ya, saya gak begitu ingat jalan apa saja yang kami lewati. Tapi, kalau diajak kesana lagi dan jadi GPS, Insya'Allah saya masih ingat kok. B|
Sampai juga
yay. Sampai juga akhirnya. Kesan pertama saya waktu nyampe adalah PANAS. Yaiyalah namanya juga pantai bre. Saya langsung lepas sepatu dan jalan- jalan di pasirnya. Kami mengambil spot bagian kiri jika menghadap ke laut, air tenang dan cantik. Jika ingin memacu adrenalin dengan ombak yang lebih besar dapat mengambil spot kanan.
Oke deh, langsung aja saya pamerin foto- fotonya.
See ? Gimana ? KEREN ya.
Untuk penutupnya, terimakasih untuk sis Tiwwi ; Fitria ; mba Asfa ; mba Faiq ; Ma'ruf ; Muh ; dan mas Shofa.
*foto koleksi pribadi*
Saya suka pantai, birunya pantai, dan luasnya langit selalu membuat mata saya dimanja.
Kamis ini, kebetulan saya kosong kuliah , karena dosen saya sedang tugas ke Batam- Kepri. Finger (penanggung jawab kelas atas MK (Mata Kuliah) Ekonomi Internasional dan Moneter) sudah memberitahukan berita ini sejak hari Senin saat kuliah Statistika Inferensial. Akhirnya saya putuskan untuk pulang ke Kediri hari Rabu sore.
Sebelumnya (hari Sabtu/Minggu saya lupa), saya di lobi oleh kakak untuk diajak ke pantai Pelang Trenggalek, dan saat itu saya menolak karena hari Kamis masih ada kuliah. Tapi, ternyata saya Kamis kosong. Akhirnya saya cus ikut ke pantai.
Prepare
Kamis pagi, saya dapat info dari kakak kalau kami berangkat pukul 7. Kami sampai di tempat janjian (STAIN Kediri) pukul setengah 8. Oh ya, kami berangkat bersama 6 orang lainnya. Pukul 8 1/4 kami semua bersiap untuk berangkat. Sayangnya, kami tidak jadi pergi ke Pantai Pelang di Trenggalek, padahal di Pelang ada air terjunnya juga. Jarang.
Kenapa ga jadi ? yip, treknya sulit, primitif runaway banget banyak yang bilang.
Akhirnya kami ganti rencana, bukan ke Pelang tapi ke TambakRejo di Blitar. Lebih dekat dan sama- sama keren.
Perjalanan
Selama perjalanan, kami banyak bercengkerama satu sama lain, padahal sih belum kenal semua saya. Hehe.. Diantara mereka ber 7, hanya saya yang selundupan. Yang lain mahasiswa STAIN, dan saya bukan. Selama 2 jam berjuang dengan perut mual dan pusing karena jalannya memang gak mudah, meskipun sudah halus tapi medannya berkelok- kelok curam. Tiket masuk ke pantai ini sangat terjangkau, 2k untuk anak- anak, dan 3k untuk dewasa. Oh ya, saya gak begitu ingat jalan apa saja yang kami lewati. Tapi, kalau diajak kesana lagi dan jadi GPS, Insya'Allah saya masih ingat kok. B|
Sampai juga
yay. Sampai juga akhirnya. Kesan pertama saya waktu nyampe adalah PANAS. Yaiyalah namanya juga pantai bre. Saya langsung lepas sepatu dan jalan- jalan di pasirnya. Kami mengambil spot bagian kiri jika menghadap ke laut, air tenang dan cantik. Jika ingin memacu adrenalin dengan ombak yang lebih besar dapat mengambil spot kanan.
Oke deh, langsung aja saya pamerin foto- fotonya.
Ombaknya besar dan eksotis
Sisi kiri pantai, tenang dan cantik
wow
Muh dan mas Shofa
oke, abaikan
momen yang tepat
|
Baju Biru : Mba Faiq ; Garis- garis : Mba Asfa ; Orange : Sis Tiwwi ; Jilbab biru muda : Fitria ; Merah : Silvi (saya) ; Baju Coklat : mas Shofa ; Baju Putih : Muh
See ? Gimana ? KEREN ya.
Untuk penutupnya, terimakasih untuk sis Tiwwi ; Fitria ; mba Asfa ; mba Faiq ; Ma'ruf ; Muh ; dan mas Shofa.