Liburan saya jadi punya kegiatan baru. Tiap pagi nonton berita sambil nyeruput teh. hehe
Nah, saya juga jadi ngikuti berita soal BBM naik dan riwehnya pembagian BLSM. Saya lihat Trans 7, ada Aa ganteng Roland Lagonda lagi bacain berita, kapan yah saya diajakin keliling Indonesia bareng sama dia ? *salah fokus*
Jadi, setelah BBM naik, pemerintah memberikan BLSM sebagai pengganti subsidi BBM. Sayang, distribusinya kurang tepat, banyak warga yang seharusnya dapat malah ga dapat.
Di berita tadi, ada seorang ibu bernama Siti, saya lupa daerah mana. Jika dilihat dari penampilan seharusnya beliau ini masuk kedalam kategori menengah keatas. Baju bagus, bawa sepeda motor, pakai perhiasan, daaaaan pengguna BB. Seharusnya ada yang lebih layak kan dapat BLSM ?
Nah, gini nih susahnya orang kita, dibantu dalam hal finansial malah mau, padahal kan mampu juga. Malah seneng gitu dapat bantuan nggak mampu.
Kalau saya yang jadi penasehat pemerintah, saya gak akan ngasih BLSM, kan kayak gitu menimbulkan sifat menggantungkan diri pada orang lain dalam hal ini pemerintah. Kalau saya sih yaudah ga usah di kasih bantuan- bantuan gitu, tapi fasilitas umum diperbaiki, layanan kesehatan diberi gratis.
Manusia itu gak perlu risau, selama Tuhan masih ngasih jatah kita hidup, DIA pasti juga akan memberi kita jatah makan, gimanapun caranya. Kita kan gak bisa memahami cara kerja Tuhan, benar apa benar ?
"Yaudah, gfvvvvvvvv-000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000 ,m" (ketikan kucing saya, Madit)
Kayaknya ini kesalahan nenek moyang deh. Beliau- beliau itu ngasih tau kita gini " Gemah Ripah Loh Jinawi" , nah jadinya kan anak cucu jadi leha- leha. Jadi menggantungkan sesuatu.
Saya gak munafik loh, siapa sih yang gak mau di kasih bantuan ? Apalagi dalam bentuk uang void. Lumayan kan, kalau saya yang dapat bisa pake buat beli paketan internet. haha
Tapi, saya sadar. Banyak banget yang lebih butuh. Saya udah bisa makan 3x sehari aja sudah syukur, kalau bisa beli yang lainnya, itu bonus.
yah, semoga dunia ini adil.
*Kucing saya ikutan ngetik ini.
Nah, saya juga jadi ngikuti berita soal BBM naik dan riwehnya pembagian BLSM. Saya lihat Trans 7, ada Aa ganteng Roland Lagonda lagi bacain berita, kapan yah saya diajakin keliling Indonesia bareng sama dia ? *salah fokus*
Jadi, setelah BBM naik, pemerintah memberikan BLSM sebagai pengganti subsidi BBM. Sayang, distribusinya kurang tepat, banyak warga yang seharusnya dapat malah ga dapat.
Di berita tadi, ada seorang ibu bernama Siti, saya lupa daerah mana. Jika dilihat dari penampilan seharusnya beliau ini masuk kedalam kategori menengah keatas. Baju bagus, bawa sepeda motor, pakai perhiasan, daaaaan pengguna BB. Seharusnya ada yang lebih layak kan dapat BLSM ?
Nah, gini nih susahnya orang kita, dibantu dalam hal finansial malah mau, padahal kan mampu juga. Malah seneng gitu dapat bantuan nggak mampu.
Kalau saya yang jadi penasehat pemerintah, saya gak akan ngasih BLSM, kan kayak gitu menimbulkan sifat menggantungkan diri pada orang lain dalam hal ini pemerintah. Kalau saya sih yaudah ga usah di kasih bantuan- bantuan gitu, tapi fasilitas umum diperbaiki, layanan kesehatan diberi gratis.
Manusia itu gak perlu risau, selama Tuhan masih ngasih jatah kita hidup, DIA pasti juga akan memberi kita jatah makan, gimanapun caranya. Kita kan gak bisa memahami cara kerja Tuhan, benar apa benar ?
"Yaudah, gfvvvvvvvv-000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000 ,m" (ketikan kucing saya, Madit)
Kayaknya ini kesalahan nenek moyang deh. Beliau- beliau itu ngasih tau kita gini " Gemah Ripah Loh Jinawi" , nah jadinya kan anak cucu jadi leha- leha. Jadi menggantungkan sesuatu.
Saya gak munafik loh, siapa sih yang gak mau di kasih bantuan ? Apalagi dalam bentuk uang void. Lumayan kan, kalau saya yang dapat bisa pake buat beli paketan internet. haha
Tapi, saya sadar. Banyak banget yang lebih butuh. Saya udah bisa makan 3x sehari aja sudah syukur, kalau bisa beli yang lainnya, itu bonus.
yah, semoga dunia ini adil.
*Kucing saya ikutan ngetik ini.
[ Tulisan ngulang ]
jadi, sebenarnya tadi saya udah nulis tuh tentang ini, eh kompi saya ngadat dan HILANG !
--
Pengumuman penjurusan telah tiba, seperti libur :D.
Jadi, setelah galaw- galaw konsentrasi apa yang mau diambil, akhirnya jawabannya sudah keluar.
Alhamdulillah.
Semenjak semester 4 akhir, teman- teman saya udah koar- koar soal konsentrasi. Gara- gara program pendidikan saya murni, di ekonomi semester VI harus ngambil konsentrasi. Saya gak begitu paham, jujur. Pilihannya ada 3 (tiga) :
Nah, setelah menimbang, ngobrol sana sini dengan emak, kakak tingkat dan juga nengok nilai di Hasil Studi, akhirnya saya milih PPD untuk pilihan pertama, Keuangan ke dua, dan koperasi ke tiga.
Kenapa milih PPD ?
Keuangan - ga minat akuntansinya. UMKM dan Koperasi - halo, hare gene koperasi, udah banyak yg ga percaya sama itu. dan sebenarnya, tidak ada alasan khusus memilih konsetrasi PPD, kan tujuan saya kuliah bukan buat cari kerja, tapi sekedar cari pengalaman. Kalau nantinya dapat kerja sesuai dengan jurusan ya anggap saja itu bonus.
---
Kemudian ada beberapa kesalah pahaman yang terjadi, katanya formulir di kumpulkan terakhir 7 Juli, entah kenapa jadi maju sebulan. Jadinya 7 Juni lalu. Saya dapet sms tanggal 4, tanggal 6 tanggal merah. Akhirnya, hari Rabu, 5 Juni saya berangkat ke Malang, karena Kamis kan libur, dan Kamis Sore ada tahlilan mengirim doa untuk akung saya, jadi riweh. Pengennya sih nginep dan Jumat baru pulang, sekalian ketemu sama anak- anak. Tapi, saya putuskan untuk langsung balik sorenya.
Sebelumnya, saya juga udah janjian dulu sama Jijah. temen saya. dan dia juga milih sama kayak saya. di PPD. dan waktu perpisahan kami (saya balik Kediri, dia balik ke rumahnya), she said "yung, nanti KRS annya bareng yak. Aku gak mau pisah dari kamu" | dan tentunya saya bilang "yippey, amin semoga kita barengan".
dan terkabul. Akhirnya la saya dan Jijah di PPD bareng. He he he
KOK KAMU TERKESAN MILIH- MILIH GITU SIH, SIL ?
ya, pandangan orang boleh gitu, tapi sebenar- benarnya saya bukan pemilih, saya selektif dalam berteman. :D
JADI, KALAU DI PPD JADI APA ?
Banyaaaaaaaaaak, di pemda bisa, di bapennas bisa, di instansi pemerintahan lah. Tapi saya berharap nantinya bisa kerja jadi editor bukunya orang- orang keren. he he he.. duduk di balik komputer, nyeruput kopi/ teh.. dan tentunya kerjanya di rumah.. he he he
yah, saya sudah pensiun dini jadi orang tipe textbook. Kapok.
POKOKNYA, WELCOME PPD, SELAMAT MEMBANGUN DAERAH DENGAN IDE CEMERLANG KITA !
jadi, sebenarnya tadi saya udah nulis tuh tentang ini, eh kompi saya ngadat dan HILANG !
--
Pengumuman penjurusan telah tiba, seperti libur :D.
Jadi, setelah galaw- galaw konsentrasi apa yang mau diambil, akhirnya jawabannya sudah keluar.
Alhamdulillah.
Semenjak semester 4 akhir, teman- teman saya udah koar- koar soal konsentrasi. Gara- gara program pendidikan saya murni, di ekonomi semester VI harus ngambil konsentrasi. Saya gak begitu paham, jujur. Pilihannya ada 3 (tiga) :
- Keuangan
- Perencanaan Pembangunan Daerah
- UMKM dan Koperasi
Nah, setelah menimbang, ngobrol sana sini dengan emak, kakak tingkat dan juga nengok nilai di Hasil Studi, akhirnya saya milih PPD untuk pilihan pertama, Keuangan ke dua, dan koperasi ke tiga.
Kenapa milih PPD ?
Keuangan - ga minat akuntansinya. UMKM dan Koperasi - halo, hare gene koperasi, udah banyak yg ga percaya sama itu. dan sebenarnya, tidak ada alasan khusus memilih konsetrasi PPD, kan tujuan saya kuliah bukan buat cari kerja, tapi sekedar cari pengalaman. Kalau nantinya dapat kerja sesuai dengan jurusan ya anggap saja itu bonus.
---
Kemudian ada beberapa kesalah pahaman yang terjadi, katanya formulir di kumpulkan terakhir 7 Juli, entah kenapa jadi maju sebulan. Jadinya 7 Juni lalu. Saya dapet sms tanggal 4, tanggal 6 tanggal merah. Akhirnya, hari Rabu, 5 Juni saya berangkat ke Malang, karena Kamis kan libur, dan Kamis Sore ada tahlilan mengirim doa untuk akung saya, jadi riweh. Pengennya sih nginep dan Jumat baru pulang, sekalian ketemu sama anak- anak. Tapi, saya putuskan untuk langsung balik sorenya.
Sebelumnya, saya juga udah janjian dulu sama Jijah. temen saya. dan dia juga milih sama kayak saya. di PPD. dan waktu perpisahan kami (saya balik Kediri, dia balik ke rumahnya), she said "yung, nanti KRS annya bareng yak. Aku gak mau pisah dari kamu" | dan tentunya saya bilang "yippey, amin semoga kita barengan".
dan terkabul. Akhirnya la saya dan Jijah di PPD bareng. He he he
KOK KAMU TERKESAN MILIH- MILIH GITU SIH, SIL ?
ya, pandangan orang boleh gitu, tapi sebenar- benarnya saya bukan pemilih, saya selektif dalam berteman. :D
JADI, KALAU DI PPD JADI APA ?
Banyaaaaaaaaaak, di pemda bisa, di bapennas bisa, di instansi pemerintahan lah. Tapi saya berharap nantinya bisa kerja jadi editor bukunya orang- orang keren. he he he.. duduk di balik komputer, nyeruput kopi/ teh.. dan tentunya kerjanya di rumah.. he he he
yah, saya sudah pensiun dini jadi orang tipe textbook. Kapok.
POKOKNYA, WELCOME PPD, SELAMAT MEMBANGUN DAERAH DENGAN IDE CEMERLANG KITA !
Minggu ke ... liburan (sampai lupa), saya beneran pengangguran. Ga ada kegiatan selain mantengin komputer, ngetik, online, makan, tiduran, mandi, dan nonton tv. Semenjak uti saya meninggal, rencana liburan saya kayak berantakan, padahal planning saya sebelum liburan lalu sederhana "kalau nanti libur panjang saya mau nungguin uti yang lagi sakit".
Makanya, waktu temen- temen saya pada galau liburan mau ngapain, saya lempeng aja karena memang planning nya sudah ditata rapi.
Kemarin- kemarin waktu saya liburan jalan 3 mingguan, saya di rumah uti terus, gak pulang- pulang, cuma ada festik di Surabaya Sabtu dan Ahad dan ngumpulin formulir penjurusan itu aja keluarnya.
Selama di rumah uti, saya nungguin beliau sambil mainan komputer di sampingnya, ngajakin ngobrol biar beliau ga jenuh. Padahal ya gitu- gitu aja loh, tapi saya nggak ngerasa bosen sama sekali.
Jadi, saya pikir sudah mantap lah ini planning liburan saya.
Tapi, namanya juga manusia. Ga punya daya kalau lawannya Tuhan. Manusia berencana, Tuhan yang menentukan.
Hidup itu realistis. Saya baru kali ini merasakan kehilangan yang amat sangat. Padahal masih banyak lagi kehilangan- kehilangan lain yang menanti. ya kan ?.
Sampai akhirnya, saya dibilangi ibuk untuk liburan.. Menghilangkan penat dan supaya pikiran nggak buntu.
Sampai akhirnya hari ini saya janjian sama Satria buat ngopi di Pare. Sahabat saya yang satu ini gak ada yang berubah, cuma kulitnya aja yang makin menghitam, semua masih sama. Masih seperti dulu. Sepulang ngopi, saya janjian sama Chandra untuk nyobain wifi di Telkom Pare.
Sayangnya tempatnya kecil dan penuh, akhirnya saya ngajak dia buat ngadem aja terserah dimana, karena Chandra emang rajanya jalan blusukan. Pokoknya kalau mau jalan di daerah Kediri dan bingung, tanya aja ke dia, dijamin masalah anda akan teratasi. Pegadaian aja kalah. Minat ? mungkin kalian bisa ngehubungi dia di twitternya @ChandraBJ.
Waktu diperjalanan, saya kepikiran buat ke Waduk Siman aja. Waduk Siman terletak di Desa Siman, Puncu. Sama kayak waduk pada umumnya yang buat nampung air hujan. Tapi yang bikin waduk ini beda adalah suasananya. Banyak pohon besar yang bikin udara di sekitar waduk jadi sejuk, ditambah dengan panorama yang bikin mata serasa dimanja, banyak gunungnya.
Banyak masyarakat sekitar yang memanfaatkan keindahan ini buat sekedar ngadem, kumpul keluarga, dan mancing. Eh tapi yang paling penting dari yang terpenting adalah kita gak perlu bayar sepeserpun buat nikmatin alam ini di waduk siman, gak ada tiket masuk maupun parkir. Semuanya G R A T I S.
Meskipun cantik, sayangnya waduk ini kurang begitu terjaga kebersihannya. Banyak sampah plastik dan dedaunan yang berserakkan di pinggir waduk dan juga ada beberapa bangkai binatang yang entah sengaja di buang atau memang mati disitu.
Kalau saya lihat dari pandangan ekonomi sih *tsah*, lebih baik jika tempat ini dirawat dengan baik, yah setidaknya jika memang tidak ada tiket masuk, disediakan lahan parkir sehingga para pengunjung dapat bebas menikmati pemandangan tanpa terganggu suara kendaraan lain yang lalu lalang, dengan adanya dana parkir tersebut dapat digunakan pula untuk pelestarian lingkungan sekitar, atau untuk dana kebersihan.
*foto bonus
------
Malamnya, saya di telepon kakak sepupu saya, mas Andik, dia ngajakin muter Kediri ngantar bulek yang dari Batam. Meskipun asli Kediri, tapi bulek saya ini udah 16 tahun ga pulang, jadi yah banyak yang berubah dari Kediri.
Setelah puas ( baca : capek) muterin Kediri, kami singgah di Simpang Lima Gumul, poto- poto 'dikit', pulang dan makan pecel mbok Adjir di Gurah. Nyem Nyem..
mas Andik, Bulek Mamik, Adek Donni, mas Angga
Sekarang saya sudah dirumah dan waktunyaaaaaaa ngerjakan DL tulisan kehutanan yang besok pagi dikirim imel :3 #GutNacht yaaa