Inggris, yang dulunya terasa jauh sekarang menjadi "sedikit" lebih dekat. Menulis tentang alasan kenapa saya harus ke Inggris rasanya seperti membangunkan mimpi yang sudah lama tidur. Dulu, saat masa sekolah, entah kenapa saya tergila- gila dengan negara Ratu Elisabeth ini. Sejarahnya, filmnya, aktornya, grup band legendarisnya, kecuali sepak bolanya, tapi sekarang setelah mengenal sepak bola, dan menjadi Manchunian, saya pengen banget bisa pasang display picture BBM di Old Trafford.
Saat masih SMA, kamar penuh dengan segala hal mengenai Inggris. Poster the Beatles, dan Harry Potter, gambar tempat- tempat terkenal di Inggris, seperti London Eye, Tower of London, Buckingham palace, Tafaglar Square, Tate Modern, Museum of London, British Museum, Big Ben, hingga Ratu Elisabeth yang saya cetak di kertas A4. Sampai saya punya inisiatif untuk membuka rekening dengan nama sendiri karena ingin menabung agar bisa pergi ke Inggris suatu saat nanti. Jika ingat masa itu rasanya saya lebay sekali.
Pokoknya waktu itu, I wanna know everythings about British and I wanna be there someday.
Pelajaran saat sekolah yang paling saya sukai adalah bahasa Inggris, meskipun kemampuan speaking saya masih di bawah rata- rata tapi belajar bahasa Inggris selalu menyenangkan untuk saya. Saat itu saya ingat, ibu guru memberi tugas speaking, tema nya tentang "Hal yang akan dilakukan jika berada di Inggris selama 3 bulan", karena saat itu pikiran masih culun dan lugu, saya menceritakan tentang keinginan- keinginan saya berkunjung ke tempat- tempat terkenal di Inggris.
Grammar masih acakadut, tapi saya sangat bersemangat saat itu. Jadi, seperti ini :
Hihi.. Itu karya saya dibantu oleh kakak saat masih SMA. Kalau dulu keinginan pergi ke Inggris hanya untuk liburan, namun sekarang keinginan pergi ke sana lebih dari itu. Berada di tempat baru yang jauh dari rumah pasti akan memberi sensasi baru dan pengalaman yang menyenangkan dan luar biasa.
Jadi, kenapa harus ke Inggris ? karena saya punya mimpi, mimpi yang sejak lama sudah ada di benak saya, mimpi yang membuat saya semangat menabung dan belajar bahasa Inggris, dan mimpi memang seharusnya diwujudkan, bagaimanapun caranya. Mungkin, mimpi menginjakkan kaki di Inggris terlalu tinggi, tapi saya percaya dengan peribahasa yang dikatakan oleh Arai di Laskar Pelangi, “Gantungkan cita- citamu setinggi langit, maka Tuhan akan memeluk mimpi- mimpi itu”
Jadi, kalau dengan tulisan ini bisa pergi ke Inggris. Maka, itulah pertama kalinya saya akan naik pesawat ke luar negeri.
Saat masih SMA, kamar penuh dengan segala hal mengenai Inggris. Poster the Beatles, dan Harry Potter, gambar tempat- tempat terkenal di Inggris, seperti London Eye, Tower of London, Buckingham palace, Tafaglar Square, Tate Modern, Museum of London, British Museum, Big Ben, hingga Ratu Elisabeth yang saya cetak di kertas A4. Sampai saya punya inisiatif untuk membuka rekening dengan nama sendiri karena ingin menabung agar bisa pergi ke Inggris suatu saat nanti. Jika ingat masa itu rasanya saya lebay sekali.
Pokoknya waktu itu, I wanna know everythings about British and I wanna be there someday.
Pelajaran saat sekolah yang paling saya sukai adalah bahasa Inggris, meskipun kemampuan speaking saya masih di bawah rata- rata tapi belajar bahasa Inggris selalu menyenangkan untuk saya. Saat itu saya ingat, ibu guru memberi tugas speaking, tema nya tentang "Hal yang akan dilakukan jika berada di Inggris selama 3 bulan", karena saat itu pikiran masih culun dan lugu, saya menceritakan tentang keinginan- keinginan saya berkunjung ke tempat- tempat terkenal di Inggris.
Grammar masih acakadut, tapi saya sangat bersemangat saat itu. Jadi, seperti ini :
Ok, I want to tell you about my experience if I in Britsh during 3 months. I will go around, visiting many place, like London eye, Tower of London, Buckingham palace, Tafaglar Square, Tate Modern, Museum of London, British Museum, Big Ben, and many place.
In London eye we can seeing the large ferris wheel, by climbing the capsul of Ferris wheel we could see the beautiful panorama of London, in Tower of London there is the British Royal Jewels, this place is an ancient building located in the UK. Formerly, this building was the residence of the British royal family before moving to Buckingham palace. Inside this building saved a lot of English heritage royal heritage, such as gold crown St. Edward, Queen Elisabeth’s crown with the Kohinoor diamond weighing 109 carats and a scepter with a “star of Africa”, the world’s largest diamond hone, everything is stored in secret underground buildings coated steel plate. Coupled with super-tight security of the British Empire troops who are always ready to guard this place. Buckingham Palace is Queen’s official residence, in Tafaglar Square one of the place that is much visited by tourist, famous with four large lion statues, Museum of London we can find the history of London, and also I will go to Wembley Stadium for watching football.
And the last day, I will buy souvenir for family and friends.
Hihi.. Itu karya saya dibantu oleh kakak saat masih SMA. Kalau dulu keinginan pergi ke Inggris hanya untuk liburan, namun sekarang keinginan pergi ke sana lebih dari itu. Berada di tempat baru yang jauh dari rumah pasti akan memberi sensasi baru dan pengalaman yang menyenangkan dan luar biasa.
Jadi, kenapa harus ke Inggris ? karena saya punya mimpi, mimpi yang sejak lama sudah ada di benak saya, mimpi yang membuat saya semangat menabung dan belajar bahasa Inggris, dan mimpi memang seharusnya diwujudkan, bagaimanapun caranya. Mungkin, mimpi menginjakkan kaki di Inggris terlalu tinggi, tapi saya percaya dengan peribahasa yang dikatakan oleh Arai di Laskar Pelangi, “Gantungkan cita- citamu setinggi langit, maka Tuhan akan memeluk mimpi- mimpi itu”
Jadi, kalau dengan tulisan ini bisa pergi ke Inggris. Maka, itulah pertama kalinya saya akan naik pesawat ke luar negeri.
“Kotak pos belum diisi mari kita isi dengan misi- misian mbak Ook minta huruf apa?” Dan yang ditunjuk mengucapkan huruf yang diinginkan misalnya D, lalu permaianan diteruskan “Mbak Ook minta huruf D lama- lama menjadi Dondong, Dan setelah semua anak selesai menyebutkan huruf mereka, dan ada seorang yang tak mendapat giliran mengucapkan huruf menjadi yang kalah dan harus mengejar satu sama lain dengan menyentuh tubuh sang anak sambil menyebutkan nama dari masing- masing yang sudah ditentukan sebelumnya.
Masing- masing dari mereka berlarian menghindari anak yang akan menyentuhnya. Saat ini jarang sekali kita melihat anak- anak bermain seperti itu, kalau ada pun pastinya sangat jarang ditemui. Mereka lebih asyik dengan barbie atau rumah- rumahan elektrik mereka, ini membuat aku prihatin. Aku mempunyai ide untuk menulis seperti ini karena kemarin tepat hari sabtu, saat jam kosong, aku bersama beberapa temanku yang bernama Erlyna, Evy, PW, Mega, dan Eltia bermain kotak pos dan donal bebek, rasanya kami kembali ke masa lalu.
Tapi sejujurnya aku saat kecil belum pernah bermain hal seperti itu.
Tulisanku aneh dari blog ini http://einstein.blogdetik.com/2010/05/13/kembali-ke-masa-lalu-dengan-permainan-sederhana/
Masing- masing dari mereka berlarian menghindari anak yang akan menyentuhnya. Saat ini jarang sekali kita melihat anak- anak bermain seperti itu, kalau ada pun pastinya sangat jarang ditemui. Mereka lebih asyik dengan barbie atau rumah- rumahan elektrik mereka, ini membuat aku prihatin. Aku mempunyai ide untuk menulis seperti ini karena kemarin tepat hari sabtu, saat jam kosong, aku bersama beberapa temanku yang bernama Erlyna, Evy, PW, Mega, dan Eltia bermain kotak pos dan donal bebek, rasanya kami kembali ke masa lalu.
Tapi sejujurnya aku saat kecil belum pernah bermain hal seperti itu.
Tulisanku aneh dari blog ini http://einstein.blogdetik.com/2010/05/13/kembali-ke-masa-lalu-dengan-permainan-sederhana/
Sudah lama sekali rasanya tidak menulis. Sudah hampir dua pekan, dan ini adalah pencapaian yang tidak patut dibanggakan. Sebagai blogger yang mengaku produktif, meski sebenarnya pemalas saya setiap hari kepikiran pengen ngeblog. Hanya saja, lagi- lagi waktu yang menjadi penghalang. *waktu kok dipersalahkan*.
Ohiya, mohon maaf buat teman- teman blogger yang sudah berkunjung ke rumah saya, tapi saya belum bisa mengadakan kunjungan balik. Terimakasih dan sekali lagi mohon maaf. Akhir- akhir ini sibuk dengan kegiatan akademik. Memasuki semester akhir, kegiatan semakin tidak terkendali, demi memenuhi target nilai dan mata kuliah.
Setelah ujian pendadaran atau biasa disebut dengan komprehensif, sekarang saya dan teman- teman yang lain sedang menempuh mata kuliah KKN. Pasti sudah banyak yang tahu mengenai KKN. Kuliah Kerja Nyata atau biasa disebut dengan pengabdian masyarakat.
Sejujurnya, pertama kali mendengar kata KKN, saya langsung spontan bilang ke teman kalau saya mau ambil mata kuliah pengganti atau kalau boleh magang. Sayangnya kebijakan fakultas saya memang tidak pro dengan mahasiswa pemalas seperti saya. Jika di fakultas lain KKN merupakan matakuliah pilihan, yang T I D A K mewajibkan mahasiswanya untuk mengambil MK KKN, fakultas saya malah mewajibkan mahasiswnya untuk menempuh KKN. Padahal sebelumnya saya sudah sangat senang mendengar kabar KKN tahun 2014 ditiadakan, dan akan diganti dengan magang atau PKL (Praktik Kerja Lapangan).
Memasuki semester 6, kabar mengenai magang makin gencar, namun masih simpang siur. Asiiik, liburan 3 bulan PKL, dapat pengalaman dan tentunya kalau hoki dapat duit dari gaji. Mungkin, benar juga kata- kata "jangan terlalu lebih berharap pada sesuatu yang belum pasti". Udah ngareepp, eh ternyata kena PHP. Akhirnya dengan sangat terpaksa, saya mengambil mata kuliah KKN.:(
Jadwal KKN keluar, diputuskan 19 Mei- 6 Juli 2014 kami menempuh KKN. Hampir 2 bulan T_T.
Tenangkan pikiraan..
Tenangkan pikiraaaan..
Sharing sama emak- emak
Sharing sama kakak tingkat
Sharing Sharing ..
Baca ripiu dr buku Klebun Plat M, dan ternyata KKN memang tidak sengeri yang diberitakan. Mungkin, ya cuma homesick.
-Silviana-
Ohiya, mohon maaf buat teman- teman blogger yang sudah berkunjung ke rumah saya, tapi saya belum bisa mengadakan kunjungan balik. Terimakasih dan sekali lagi mohon maaf. Akhir- akhir ini sibuk dengan kegiatan akademik. Memasuki semester akhir, kegiatan semakin tidak terkendali, demi memenuhi target nilai dan mata kuliah.
Setelah ujian pendadaran atau biasa disebut dengan komprehensif, sekarang saya dan teman- teman yang lain sedang menempuh mata kuliah KKN. Pasti sudah banyak yang tahu mengenai KKN. Kuliah Kerja Nyata atau biasa disebut dengan pengabdian masyarakat.
Sejujurnya, pertama kali mendengar kata KKN, saya langsung spontan bilang ke teman kalau saya mau ambil mata kuliah pengganti atau kalau boleh magang. Sayangnya kebijakan fakultas saya memang tidak pro dengan mahasiswa pemalas seperti saya. Jika di fakultas lain KKN merupakan matakuliah pilihan, yang T I D A K mewajibkan mahasiswanya untuk mengambil MK KKN, fakultas saya malah mewajibkan mahasiswnya untuk menempuh KKN. Padahal sebelumnya saya sudah sangat senang mendengar kabar KKN tahun 2014 ditiadakan, dan akan diganti dengan magang atau PKL (Praktik Kerja Lapangan).
Memasuki semester 6, kabar mengenai magang makin gencar, namun masih simpang siur. Asiiik, liburan 3 bulan PKL, dapat pengalaman dan tentunya kalau hoki dapat duit dari gaji. Mungkin, benar juga kata- kata "jangan terlalu lebih berharap pada sesuatu yang belum pasti". Udah ngareepp, eh ternyata kena PHP. Akhirnya dengan sangat terpaksa, saya mengambil mata kuliah KKN.:(
Jadwal KKN keluar, diputuskan 19 Mei- 6 Juli 2014 kami menempuh KKN. Hampir 2 bulan T_T.
Tenangkan pikiraan..
Tenangkan pikiraaaan..
Sharing sama emak- emak
Sharing sama kakak tingkat
Sharing Sharing ..
Baca ripiu dr buku Klebun Plat M, dan ternyata KKN memang tidak sengeri yang diberitakan. Mungkin, ya cuma homesick.
-Silviana-
Saya tidak menyukai suasana ramai atau gaduh. Telinga saya seperti mengalami kesakitan kalau mendengar orang- orang yang berteriak kencang kemudian berlanjut kepala menjadi pusing. Sejak dia berpulang, saya merasa menjadi pribadi yang berbeda. Ya, memang membutuhkan proses, dan saya tahu akan hal itu. Tapi, sekarang sebisa mungkin saya tidak membicarakan mengenai dia kepada orang lain, padahal saya sangat butuh kawan bicara untuk sekedar mendengar apa yang saya rasakan. Tapi, beberapa orang menganggap jika menceritakan dia, saya akan bersedih. Sudah barang tentu saya bersedih, tapi hanya saya yang bisa mengerti dan tahu apa yang saya rasakan. Bukan orang lain. Mungkin orang lain bisa saja bilang "aku tahu bagaimana rasanya di posisimu Sil". Ya, mungkin memang orang- orang yang berkata demikian pernah juga merasakan kehilangan. Siapa yang tidak, semua orang pasti pernah. Tapi, menceritakan kembali mengenai dia adalah cara saya meyakinkan dan menyadarkan kalau dia benar- benar sudah berpulang ke rumah sebenarnya.
Sejujurnya saya sangat terbuka jika ada teman yang ingin tahu cerita dia secara langsung, tapi kebanyakan dari mereka merasa takut kalau saya semakin sedih. Terimakasih teman- teman untuk perhatiannya. Tapi, mungkin bagi orang lain merasa demikian, tapi saya tidak begitu. Saya merasa menjadi pribadi yang lebih kuat seiring waktu berjalan, semakin sering menceritakan mengenai dia, intensitas menangis saat bercerita semakin berkurang. Dulu, setiap di tanya saya selalu menangis, tapi semakin lama, semakin biasa saja. Meskipun ya akan sembab sedikit.
Siang ini saya kembali melewati jalanan Malang, dengan menggunakan moda trasportasi umum seperti biasanya. Disitu, tiba- tiba perasaan saya buncah. Banyak sekali cerita yang menggantung di sepanjang jalan itu. Mulai dari bukit yang ingin kami daki karena pemandangannya bagus, tapi sekarang sudah gersang karena dibuat perkebunan, jembatan bambu yang saya selalu bilang pengen foto disitu setiap lewat tapi tidak pernah saya mau berhenti, dan sekarang sudah hilang diterjang banjir, dan masih banyak lagi.
Beberapa waktu lalu, teman saya, sebut saja namanya Lek Ri. Dia bercerita mengenai tantenya yang juga kecelakaan dan mengalami koma. Kasusnya sama seperti dia, luka berat di kepala yang dekat dengan batang otak. Namun, beda cerita, tante teman saya ini tidak menjalani operasi, karena mengambil tindakan konservatif (semoga gak salah). Namun, koma hingga hampir dua bulan atau bahkan lebih, namun saat ini sudah mulai pemulihan.
Hanya bisa bilang, semoga khusnul khotimah.
Alhamdullilah, yes!
Semester enam selesai. Astaga, cepat sekali berlalu! Wosh! Waktu sangat melenakan. Seperti yang dibilang Sapardi Joko Darmono – Yang Fana adalah Waktu.
Maafkan saya ya blog, lama tidak memberi asupan nutrisi tulisan. Sudah mulai fokus, sudah mulai harus menentukan arah hidup.
Oh ya, kemarin saya sudah ujian kompre, kalau di tempat saya namanya pendadaran. Istilahnya kayak UNAS nya anak Ekonomi Pembangunan. Mata kuliah wajib, dan pilihan yang diajarkan sejak semester satu hingga enam diujikan. Saya nyebutnya Pe(MODAR)an. Gimana enggak, materinya jelas sudah lupa toh. Apalagi belajarnya sendiri, bahkan saya yang punya catatan lengkap aja heran kalau dulu pernah nulis nulis materi kuliah begitu. Duh.
Setelah ujian itu, minggu depan saya dan teman- teman berangkat KKN, untuk melaksanakan tri dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian.
Saya sudah mulai cari judul dan jurnal ilmiah, tapi lagi lagi malas melanda. Sepertinya saya harus mengucapkan dadah bye bye sama liburan yang dijanjikan ibu kalau bisa lulus 7 semester. Ya nggak apa- apa lah wis, lebih baik lulus tepat waktu, bukan prematur.
Semester enam selesai. Astaga, cepat sekali berlalu! Wosh! Waktu sangat melenakan. Seperti yang dibilang Sapardi Joko Darmono – Yang Fana adalah Waktu.
Maafkan saya ya blog, lama tidak memberi asupan nutrisi tulisan. Sudah mulai fokus, sudah mulai harus menentukan arah hidup.
Oh ya, kemarin saya sudah ujian kompre, kalau di tempat saya namanya pendadaran. Istilahnya kayak UNAS nya anak Ekonomi Pembangunan. Mata kuliah wajib, dan pilihan yang diajarkan sejak semester satu hingga enam diujikan. Saya nyebutnya Pe(MODAR)an. Gimana enggak, materinya jelas sudah lupa toh. Apalagi belajarnya sendiri, bahkan saya yang punya catatan lengkap aja heran kalau dulu pernah nulis nulis materi kuliah begitu. Duh.
Setelah ujian itu, minggu depan saya dan teman- teman berangkat KKN, untuk melaksanakan tri dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian.
Saya sudah mulai cari judul dan jurnal ilmiah, tapi lagi lagi malas melanda. Sepertinya saya harus mengucapkan dadah bye bye sama liburan yang dijanjikan ibu kalau bisa lulus 7 semester. Ya nggak apa- apa lah wis, lebih baik lulus tepat waktu, bukan prematur.
#SELFIE as always
mba +Tutut Widyawati bilang "duuh yang main keyboard"
wekekekeke
Unit Kegiatan Mahasiswa BLERO | Universitas Negeri Malang punyaa
Alun - Alun Batu
chocolate Arema
out of focus
nb : untuk hasil lebih baik bawalah tripod, Silviana!
Good Mood
Choco Bloreo
Fatkhi
Weekend kemarin terasa istimewa. (26/4), saya bersama ke 19 teman saya berangkat mendaki Gunung Panderman. Diawali dari postingan pengumuman salah satu teman kami, Juan Carlo di WA kelas, mengenai rencana camping di Panderman. Katanya iseng, biasanya gak ada yang respon. Ternyata anak perempuan banyak yang respon dan pengen ikut, termasuk saya.
Saya pengen ke Panderman udah lama, dulu dikasih janji sama Kahim (ketua himpunan) saya di HMJ, Satyani. Tapi karena waktu belum memugkinkan sampai sekarang kami belum jadi kesana, gak taunya malah saya pergi sama teman sekelas.
Kami janjian di kampus, berangkat bersama pukul 16.00, namun karena hujan deras ditunda sampai reda. Sampai Maghrib, hingga pukul 19.00. Alhamdulillah hujan reda, dan kami berangkat. 10 kendaraan, dan seperti biasa saya dibonceng Mbah Nang (Danang) teman sekolah saya sejak SMP hingga kuliah.
Kami berhenti sejenak di SPBU, dan melanjutkan perjalanan ke Panderman. Di tengah perjalanan, hujan kembali turun, makin lama makin deras. Lalu, kami berbelanja di toko xxx, sebagai pemberhentian terakhir. Mengisi amunisi.
Pukul 20.30 kami mulai naik menuju pos Panderman. Jalanan menanjak, apalagi saya dan Danang membawa tenda, makin berhati- hati. Suasana berkabut tebal. Jarak pandang terbatas. Tapi, pemandangan Batu benar- benar indah. Hiasan dari lampu- lampu rumah penduduk.#GaAdaFoto
Setelah parkir, berdoa, dan membayar tiket masuk. Kami memulai perjalanan, mendaki.
Perjalanan awal begitu menyenangkan, jalanan masih didominasi batu paving. Mudah, meskipun menanjak. Makin lama, jalanan mulai becek, memang kami mendaki setelah hujan. Tidak safety ya.
Tujuan awal kami adalah Latar Ombo Panderman, tempat dimana para pendaki membangun tenda untuk istirahat. Kemudian esok paginya naik ke puncak. Untuk sampai di latar ombo, seharusnya dapat ditempuh 30- 45 menit. Ada penunjuk jalan yang di paku di pohon.
Penunjuk jalan adalah Adrian, teman kami yang sudah empat kali naik Panderman.Cuaca memang tidak mendukung, tapi pikir kami "sudah begini, naik ya naik lah". Hutan, selalu mengerikan. Sepi, apalagi saat itu sudah malam. Seharusnya kami sudah sampai di latar ombo paling lambat pukul 21.30, namun sampai 00:00 kami masih tersesat mencari jalan. Berkali- kali nemu jalan 'aneh', tebu- tebu gitu. Selain Adrian, ada Juan, dan Danang yang juga sudah empat kali naik Panderman, dan mereka berdua (Danang en Juan) sering bilang "sek sek, iki bener opo ora kok dalane ngene" (sebentar, ini bener apa enggak kok jalannya gini?) | Adrian : "iyo bener kok, aku iling" (iya bener kok, aku ingat). Kemudian kami melanjutkan perjalanan yang entah kemana ujungnya.
Beberapa kali kami bertemu rombongan lain, dan ternyata mereka juga tersesat. Teman kami teriak SOS (tanda bahaya gitu ya), sambil lampu senternya diredup- terang kan, ngasih tanda kalau ada kami di suatu tempat dan maksudnya biar mereka ngasih bantuan. Kemudian, tiba- tiba ada mas- mas "macak" pendaki yang nyamperin kami, ngajak ngobrol, dia juga cari jalan. Selang berapa waktu mas- mas itu sudah gak ada, entah sudah naik dan kembali ke rombongannya atau malah . . . . . . :x. Apalagi di beberapa titik perjalanan sering ada bau- bau mie kuah. Mungkin halusinasi kami karena kelaparan. :|
Alhamdulillah, di Panderman masih ada sinyal. ALHAMDULILLAH. Kalau enggak ? Mungkin kami gak bakalan nemu latar ombo sampai pagi. Kebetulan saat itu ada teman kami yaitu Kitib dan Hafidz yang juga naik Panderman bersama adik- adik Himpunan. Namun, kami berangkat sendiri- sendiri. Saya dan teman kelas berangkat dulu, tapi mereka sampai duluan di latar ombo. Danang menghubungi Kitib, minta petunjuk jalan. Bener! Ternyata kami kebablasan juaaaaaauh sakpole! Dari naik sampai turun lagi. Duh Gusti, salah apa kami. T_T.
Akhirnya kami turun lagi, jauh, bener bener jauh. Disitu, pertahanan saya udah mau jebol. Mau nangis. Tapi saya diem aja, takut temen- temen yang lain terpengaruh dan down.Mata saya beberapa kali nemu obyek yang ya begitulah. Jalanan licin, salahnya lagi saya nyeker (gak pakai alas kaki) karena sandal yang saya pakai bukan sandal gunung, tapi swalow. Dingin, licin, becek. Beberapa kali jumpalitan jatuh. Setelah turun jauh, kami mendengar suara Kitib dan Hafidz, "Alhamdulillah". Selang beberapa waktu kami menemukan jalan naik ke latar ombo. Disini gak kalah ekstrem. Menanjak curam dan licinnya dua kali lipat. Kayak berlumut gitu. Saya gandengan sama temen, Nanda. Waktu naik ke atas bukit, kaki saya kena besi tenda. Beuh! Cuma bisa meringis.
Ternyata, naik ke latar ombo butuh perjuangan juga. Salah melangkah bisa turun ke semak- semak. Apalagi jalananya gelap, dan senter terbatas. Mblasak- mblasak.
Alhamdulillah. Pukul 00.30 kami menemukan sebuah tempat dimana banyak tenda berdiri, ya! kami sampai di latar ombo. Crowded sampai kami gak dapat lahan untuk mendirikan tenda. Saya dan teman perempuan yang lain, sudah hampir tepar. Kemudian memutuskan untuk istirahat bareng temen- temen HMJ yang lagi main poker.
01.30 teman- teman cowok mengajak kami untuk pindah tempat, mendirikan tenda. Bobok time, seluruh badan ngilu semua. Saya tidur, karena punya misi pengen ketemu sunrise di puncak. Dingin, brrrrr! Sudah gak sempat mikir cuci kaki. Kaki penuh lumpur yang sudah kering, langsung saya pakein kaos kaki. Gak peduli kotor. haha. Tapi, tetep gosok gigi sebelum tidur. B|
Saya tidur di paling ujung, dengan kontur tanah miring, jadi kalau saya tidur miring saya melorot :D. Benar- benar bukan tidur yang berkualitas. Tapi, cukup untuk menghilangkan pegal - pegal. Sayang sekali, saat bangun badan saya sudah kaku semua, dan memutuskan untuk tidak naik puncak. Lanjut tidur.
Setelah bangun, gosok gigi dan cuci muka lanjuuut foto- foto. Hahaha
Gak taunya, temen- temen yang lain sudah bangun semua. Mereka kedinginan, saya dong udah lepas jaket :D
Kembali dari foto- foto saya kelaparan, makan mie instan ala chef kami, Oppa Adri. Jujur, saya udah lama gak makan mie instan. Sekitar 4 bulan. Kemarin, makan mie instan enak tapi aneh. hahaha.
Keluwen Kelaparan
Kemudian saya balik tidur. Entahlah, teman- teman sedang ramai membicarakan apa, pukul 8 saya bangun, dan ternyata mereka sudah siap- siap packing. Kabut mulai turun, dan anak perempuan sudah ngajak turun. Kami semua berkemas, masih sempetnya foto- foto. Oke itu memang naluri ya.
Turun gunung, kami gak percaya kalau semalam melewati medan se ekstrem
itu. Pulang dan kelaparan, acara camping Panderman ditutup dengan makan
bersama di lalapan Haza Merjosari.
Terimakasih,teman- temanku. Untuk semua kerjasamanya, kesabarannya, dan kebesaran hatinya. Memorable! Gak akan pernah kulupakan.
Tulisan ini, spesial untuk teman- teman yang ikut naik Panderman.
Laki- laki : Juan Carlo, Danang Bagus Prabowo, Adriansyah, Ardhi Kitib, Mualimin, Eko Setyo, Sofyan Andri, Feri Febriandi, Fendi (kangmasnya Agrifina).
Perempuan : Agrifina Widya, Nanda Puspita, Chusnul, Nofi Wulandari, Dian Lestari, Nina Aprilia, Soimatul, Didin Elok, Diah Rosita, dek Intan (sayangnya Sofyan).
Dan buat yang belum ikut. Next ya. Duh rugi kalau kalian gak ikutan reeek.
*Sampai kosan langsung mandi keramas dan istirahat*
Rombongan kami gak ada yang naik ke puncak. Nyasar hampir 4 jam, sudah sama saja seperti naik ke puncak ya. Maka dari itu, kami akan melakukan pendakian lagi ke Panderman, dan harus sampai puncak.
Saya pengen ke Panderman udah lama, dulu dikasih janji sama Kahim (ketua himpunan) saya di HMJ, Satyani. Tapi karena waktu belum memugkinkan sampai sekarang kami belum jadi kesana, gak taunya malah saya pergi sama teman sekelas.
Kami janjian di kampus, berangkat bersama pukul 16.00, namun karena hujan deras ditunda sampai reda. Sampai Maghrib, hingga pukul 19.00. Alhamdulillah hujan reda, dan kami berangkat. 10 kendaraan, dan seperti biasa saya dibonceng Mbah Nang (Danang) teman sekolah saya sejak SMP hingga kuliah.
#Selfshoes
Kami berhenti sejenak di SPBU, dan melanjutkan perjalanan ke Panderman. Di tengah perjalanan, hujan kembali turun, makin lama makin deras. Lalu, kami berbelanja di toko xxx, sebagai pemberhentian terakhir. Mengisi amunisi.
Pukul 20.30 kami mulai naik menuju pos Panderman. Jalanan menanjak, apalagi saya dan Danang membawa tenda, makin berhati- hati. Suasana berkabut tebal. Jarak pandang terbatas. Tapi, pemandangan Batu benar- benar indah. Hiasan dari lampu- lampu rumah penduduk.#GaAdaFoto
Setelah parkir, berdoa, dan membayar tiket masuk. Kami memulai perjalanan, mendaki.
Perjalanan awal begitu menyenangkan, jalanan masih didominasi batu paving. Mudah, meskipun menanjak. Makin lama, jalanan mulai becek, memang kami mendaki setelah hujan. Tidak safety ya.
Tujuan awal kami adalah Latar Ombo Panderman, tempat dimana para pendaki membangun tenda untuk istirahat. Kemudian esok paginya naik ke puncak. Untuk sampai di latar ombo, seharusnya dapat ditempuh 30- 45 menit. Ada penunjuk jalan yang di paku di pohon.
Penunjuk jalan adalah Adrian, teman kami yang sudah empat kali naik Panderman.Cuaca memang tidak mendukung, tapi pikir kami "sudah begini, naik ya naik lah". Hutan, selalu mengerikan. Sepi, apalagi saat itu sudah malam. Seharusnya kami sudah sampai di latar ombo paling lambat pukul 21.30, namun sampai 00:00 kami masih tersesat mencari jalan. Berkali- kali nemu jalan 'aneh', tebu- tebu gitu. Selain Adrian, ada Juan, dan Danang yang juga sudah empat kali naik Panderman, dan mereka berdua (Danang en Juan) sering bilang "sek sek, iki bener opo ora kok dalane ngene" (sebentar, ini bener apa enggak kok jalannya gini?) | Adrian : "iyo bener kok, aku iling" (iya bener kok, aku ingat). Kemudian kami melanjutkan perjalanan yang entah kemana ujungnya.
Beberapa kali kami bertemu rombongan lain, dan ternyata mereka juga tersesat. Teman kami teriak SOS (tanda bahaya gitu ya), sambil lampu senternya diredup- terang kan, ngasih tanda kalau ada kami di suatu tempat dan maksudnya biar mereka ngasih bantuan. Kemudian, tiba- tiba ada mas- mas "macak" pendaki yang nyamperin kami, ngajak ngobrol, dia juga cari jalan. Selang berapa waktu mas- mas itu sudah gak ada, entah sudah naik dan kembali ke rombongannya atau malah . . . . . . :x. Apalagi di beberapa titik perjalanan sering ada bau- bau mie kuah. Mungkin halusinasi kami karena kelaparan. :|
Alhamdulillah, di Panderman masih ada sinyal. ALHAMDULILLAH. Kalau enggak ? Mungkin kami gak bakalan nemu latar ombo sampai pagi. Kebetulan saat itu ada teman kami yaitu Kitib dan Hafidz yang juga naik Panderman bersama adik- adik Himpunan. Namun, kami berangkat sendiri- sendiri. Saya dan teman kelas berangkat dulu, tapi mereka sampai duluan di latar ombo. Danang menghubungi Kitib, minta petunjuk jalan. Bener! Ternyata kami kebablasan juaaaaaauh sakpole! Dari naik sampai turun lagi. Duh Gusti, salah apa kami. T_T.
Akhirnya kami turun lagi, jauh, bener bener jauh. Disitu, pertahanan saya udah mau jebol. Mau nangis. Tapi saya diem aja, takut temen- temen yang lain terpengaruh dan down.
Ternyata, naik ke latar ombo butuh perjuangan juga. Salah melangkah bisa turun ke semak- semak. Apalagi jalananya gelap, dan senter terbatas. Mblasak- mblasak.
Alhamdulillah. Pukul 00.30 kami menemukan sebuah tempat dimana banyak tenda berdiri, ya! kami sampai di latar ombo. Crowded sampai kami gak dapat lahan untuk mendirikan tenda. Saya dan teman perempuan yang lain, sudah hampir tepar. Kemudian memutuskan untuk istirahat bareng temen- temen HMJ yang lagi main poker.
Anak HMJ EKP
Lelaki offering K
01.30 teman- teman cowok mengajak kami untuk pindah tempat, mendirikan tenda. Bobok time, seluruh badan ngilu semua. Saya tidur, karena punya misi pengen ketemu sunrise di puncak. Dingin, brrrrr! Sudah gak sempat mikir cuci kaki. Kaki penuh lumpur yang sudah kering, langsung saya pakein kaos kaki. Gak peduli kotor. haha. Tapi, tetep gosok gigi sebelum tidur. B|
Latar Ombo
Saya tidur di paling ujung, dengan kontur tanah miring, jadi kalau saya tidur miring saya melorot :D. Benar- benar bukan tidur yang berkualitas. Tapi, cukup untuk menghilangkan pegal - pegal. Sayang sekali, saat bangun badan saya sudah kaku semua, dan memutuskan untuk tidak naik puncak. Lanjut tidur.
Setelah bangun, gosok gigi dan cuci muka lanjuuut foto- foto. Hahaha
Hallo, selamat pagi, fellas!
Chusnul pose dulu di Latar Ombo Panderman
Ini Chusnul sama Agrifina
Ada Matahari ngintip dibelakang
Kalau ini cewek statusnya masih - On The Way -
editan : dicerahkan soalnya gelap banget
Gak taunya, temen- temen yang lain sudah bangun semua. Mereka kedinginan, saya dong udah lepas jaket :D
Danang, Silviana, Eko Setyo.
Tenda para perempuan tangguh! Seterooooooong!!
Cloud in Panderman
Kembali dari foto- foto saya kelaparan, makan mie instan ala chef kami, Oppa Adri. Jujur, saya udah lama gak makan mie instan. Sekitar 4 bulan. Kemarin, makan mie instan enak tapi aneh. hahaha.
-Gak ngerti kalau di foto, terlalu fokus sama mie.-
Foto dari kamera Nanda
Kemudian saya balik tidur. Entahlah, teman- teman sedang ramai membicarakan apa, pukul 8 saya bangun, dan ternyata mereka sudah siap- siap packing. Kabut mulai turun, dan anak perempuan sudah ngajak turun. Kami semua berkemas, masih sempetnya foto- foto. Oke itu memang naluri ya.
Haihoo..
Formasi lengkap.
photo by : Akangnya Agrifina, Fendi.
Fix!
photo by : me
Leren sik yo.
istirahat lagi, cuci kaki..
sambil makan jajan.
Habis cuci muka, cerah- cerah ya.
selain efek kamera :D
Kitib, Juan, and Me
kamu hebat Juan!
Legaaaa. Akhirnya kami sampai di rumah warga. Rumah terakhir sebelum naik ke Panderman.
-kok aku genit ya gayanya-
Silvi w/ the girls. #eh
Terimakasih,teman- temanku. Untuk semua kerjasamanya, kesabarannya, dan kebesaran hatinya. Memorable! Gak akan pernah kulupakan.
Tulisan ini, spesial untuk teman- teman yang ikut naik Panderman.
Laki- laki : Juan Carlo, Danang Bagus Prabowo, Adriansyah, Ardhi Kitib, Mualimin, Eko Setyo, Sofyan Andri, Feri Febriandi, Fendi (kangmasnya Agrifina).
Perempuan : Agrifina Widya, Nanda Puspita, Chusnul, Nofi Wulandari, Dian Lestari, Nina Aprilia, Soimatul, Didin Elok, Diah Rosita, dek Intan (sayangnya Sofyan).
Dan buat yang belum ikut. Next ya. Duh rugi kalau kalian gak ikutan reeek.
*Sampai kosan langsung mandi keramas dan istirahat*
Rombongan kami gak ada yang naik ke puncak. Nyasar hampir 4 jam, sudah sama saja seperti naik ke puncak ya. Maka dari itu, kami akan melakukan pendakian lagi ke Panderman, dan harus sampai puncak.
Pembaca, dapat salam dari puncak Panderman.
Photo by Yunindyo Sasmito
- Adik HMJ-