Misalnya lemari baju, dewasa ini saya sebetulnya tidak hobi beli baju, tapi saya masih punya baju- baju zaman SMP dan SMA yang saya simpan. Nah, lulus kuliah ini baju- baju tersebut sudah tidak muat. Jika masih bagus akan dilungsurkan atau diberikan kepada anak- anak sekitar, dan yang sudah bolong akibat dimakan rayap disisihkan untuk lap. Begitu juga dengan lemari bekakas, kadang kami hanya membersihkannya supaya tetap awet.
Nah, ternyata baju- baju kemarin lebih banyak yang sudah jelek, entah kenapa masih saya keep saja. Kadang saya suka eman- eman kalau baju yang saya suka dilungsurkan, soalnya saya merasa adem kalau pakai baju itu, enak dipakai tiduran.
Akhirnya, muncul inisiatif untuk mendaur ulang baju- baju tersebut. Bukan didaur tuk jadi baju lagi, tapi jadi keset.
keset/ke·set/ /kését/ n pengesat kaki, terbuat dari sabut kelapa dan sebagainya. (*KBBI)
Awalnya kami memotongnya menjadi bentuk segitiga panjang, sebanyak mungkin, lalu kain segitiga tersebut dibentuk menjadi segitiga gendut. Setelah selesai dikunci dengan jarum pentul. Setelah menjadi banyak, kemudian dijahit. Untuk bagian ini ibu yang menjahit, dan tadaaa.. Jadilah seperti ini. Hohoho..
Punya banyak waktu luang nih, jadi daripada nganggur, buat seperti ini saja. Hemat ongkos beli keset. XD