FamsTrip #MenduniakanMadura : Menyusuri Jejak BPWS di Bangkalan dan Sampang
Journey Desember 03, 2016Hidup ini rasanya gak ada istirahatnya, baru selesai di satu tempat sudah harus beranjak pergi ke tempat lain. Mumpung masih muda, jajaki semua peristiwa. Biar tau kalau bertemu dengan orang baru itu seru dan bikin bahagia. Perjalanan untuk #MenduniakanMadura kali ini saya mulai dengan berangkat dari Malang pukul 06.00, janjian dengan mas Ndop untuk tiba di Terminal Bungurasih kurang dari jam 09.00. Gak taunya saya malah telat banget sampai jam 9 lebih dikit. Sepanjang perjalanan saya tidur setelah menenggak 2 pil anti mabuk perjalanan. Maklum sudah hampir 2 tahun tidak pernah naik kendaraan umum lintas daerah, buat jaga-jaga aja. Selama perjalanan Berri Anam selaku panitia terus memonitor posisi saya, karena Kontingen Bungurasih hanya tinggal menunggu kedatangan saya.
Setelah harap-harap
cemas, akhirnya sampai juga di sekitar terminal Bungurasih. Kontingen ini
dijemput dengan menggunakan mobil Avanza warna hitam, di dalamnya sudah ada Pak
Latief sebagai sopir, Berri Anam, Mas Ndop dari Nganjuk, Kang Pardi Ponorogo,
Mas Whiz Rembang, dan Mas Halim Solo. Karena saya datang paling lambat maka untuk
permintaan maaf, saya menyogok mereka dengan membagikan roka-roka asli Johor
(ASLI YA). Ohya, Kontingen Bungurasih itu adalah nama yang kami buat untuk
peserta yang melakukan perjalanan menuju Surabaya dengan menggunakan bus dan
dijemput di terminal. Keren yak namanya. Hehe
Setelah semua personel
lengkap, pak Latief membawa kami menuju kantor BPWS. Buat yang belum tahu BPWS
adalah singkatan dari Badan Pengembangan Wilayah Surabaya- Madura. Letak kantor
BPWS ada di sekitar kaki jembatan Suramadu sisi Surabaya, ada di kanan jalan
kalau kamu mau menuju Madura. Setelah sampai di kantor BPWS kami yang baru
datang langsung diarahkan untuk sarapan, menunya nase’ serpang yang punya
berbagai macam lauk dan merupakan salah satu kuliner khas Madura. Namun
sebelumnya, saya dan Kontingen Bungurasih say hi dengan teman-teman
panitia.
Baca juga : Pengalaman Pertama Berkendara Melintasi Jembatan Suramadu
Acara pembukaan #JejakBPWS dan #MenduniakanMadura dimulai, beberapa perwakilan blogger naik ke lantai 2 kantor BPWS untuk ikut serta. Saya yang datang terlambat dapat jatah berkeliling Jembatan Suramadu sisi Surabaya untuk mengabadikan moment. Setelah dirasa cukup kami kembali ke kantor BPWS untuk menjemput teman-teman blogger yang masih tinggal.
Acara pembukaan #JejakBPWS dan #MenduniakanMadura dimulai, beberapa perwakilan blogger naik ke lantai 2 kantor BPWS untuk ikut serta. Saya yang datang terlambat dapat jatah berkeliling Jembatan Suramadu sisi Surabaya untuk mengabadikan moment. Setelah dirasa cukup kami kembali ke kantor BPWS untuk menjemput teman-teman blogger yang masih tinggal.
[Jembatan Suramadu sisi Surabaya] |
Perjalanan dari kantor
BPWS menuju Bangkalan tidak memakan waktu lama, semua ini berkat adanya jembatan
Suramadu yang pembangunannya selesai di tahun 2009 lalu dan memiliki panjang
5,4 KM, sehingga akses menuju pulau Madura dari Surabaya menjadi semakin mudah dan cepat.
Kawasan Kaki Jembatan
Suramadu Sisi Madura (KKJSM)- Rest Area
Saat sampai di
Bangkalan tujuan pertama kami adalah melihat rest area yang sedang dalam proses
pembangunan. Para pedagang yang sebelumnya berada di sisi kiri kanan tepi jalan
raya nantinya akan direlokasi untuk menempati rest area ini. Bakalan semakin
cantik dan menarik untuk para wisatawan yang berkunjung ke Madura.
Kawasan Khusus Madura
(KKM) Kecamatan Klampis[Rest Area dalam proses] |
[Perwakilan dari BPWS menjelaskan tentang tujuan pembangunan Rest Area] |
Perjalanan selanjutnya
kami dibawa untuk melihat calon Pelabuhan Internasional Madura. Lokasinya ada
di Desa Tolbuk Kecamatan Klampis, berbeda dengan rest area di Bangkalan tadi
ya, di sini memang belum ada apa-apa karena memang masih dalam masterplan dari
BPWS. Wah saya langsung bayangin Kecamatan Klampis ini bakalan jadi mirip kayak
Harbourfront, di Singapura atau Harbour Bay , Batam. Bakalan kece banget gak sih kalau Madura
punya pelabuhan internasional? Sudah pasti perekonomian akan berkembang pesat
dan cost untuk barang dan jasa yang keluar masuk dari berbagai macam daerah
termasuk luar negeri dapat langsung sampai di Madura. Semoga secepatnya bisa terlaksana,
ya!.
Hari mulai sore dan
perjalanan kami masih panjang untuk menuju kabupaten Sampang. Meskipun agak
lama, tapi perjalanan kami sama sekali tidak membosankan karena ditemani oleh
musik Madura dan diselingi dengan alunan 80-90’s. Saya memutuskan untuk tidur
ayam guna saving mode. Setelah sampai di Desa Batioh, bus kami tidak dapat
masuk terlalu jauh karena kondisi jalan desa yang minim. Kami (para peserta)
semua olahraga sore-sore berjalan kaki sambil membawa barang pribadi untuk
menuju homestay. Malam pertama kami akan menginap di Sampang, homestay-nya
terletak tidak jauh dari pantai Nepa.[Lokasi pembangunan Pelabuhan Internasional, Madura] |
[Teman-teman Blogger Indonesia] |
Setelah semua peserta
berkumpul di homestay dan selesai melakukan tugasnya masing-masing (sholat dan
istirahat), kami diajak untuk pergi nengok saudara tua di Hutan Kera Nepa.
Dinamai demikian karena memang di tempat ini banyak terdapat kera yang tumbuh
dan berkembang biak. Lokasi Hutan Kera Nepa ini tidak jauh dari homestay kami,
sekitar 1 km saja. Datang ke Hutan Kera Nepa ini seperti mendapat double
jackpot, karena kamu gak cuma dapat 1 wisata saja tapi 2 sekaligus. Anak hutan
dan anak pantai bersatu di Desa Batioh. Perjalanan menuju Hutan Kera Nepa saya
gunakan untuk mengabadikan momen, foto levitasi bersama teman-teman blogger dan
membuat VLOG ala-ala.
[Menyambut Blogger yang datang] |
Hutan Kera Nepa ini
sama seperti hutan pada umumnya, hijau dan creepy. Saat masuk semakin dalam ada
perasaan kurang nyaman, seperti ada yang memperhatikan setiap gerak-gerik kami
tapi it’s oke karena kami pergi ramai-ramai. Btw, yang memperhatikan kami itu
kera ya saudara. Jangan mikir aneh-aneh. Haha. FamsTrip ini aman kok soalnya
selama perjalanan di Hutan Kera Nepa kami ditemani oleh juru kunci, penduduk
asli Desa Batioh. Sore itu kami tidak masuk terlalu dalam di Hutan Kera Nepa,
perjalanan kami berhenti sampai di pohon besar di tengah hutan, semacam
petilasan. Kabarnya sih, kalau misalnya kamu datang ke tempat ini lalu punya nadzar
dan nadzar itu terkabul kamu harus datang lagi ke Hutan Kera Nepa untuk
melakukan doa atau sebagainya sesuai dengan kepercayaan masing-masing.
[Pict by : Mas Ndop] |
Fiuh, akhirnya keluar
juga dari hutan kera ini dan saya buru-buru kembali ke homestay untuk mandi,
sedangkan teman-teman yang lain masih ada di pantai Nepa untuk bermain bola
volley dan membuat video Mannequin Challenge. Suasana kebersamaan
terasa kental sekali, apalagi saat makan malam tiba. Jujur saya selalu takjub
dengan jamuan makan masyarakat Madura, kalau orang Kediri bilang “Ngajeni-nya
gak tanggung-tanggung”, malam itu menu kami adalah sayur daun kelor, sambal pencit,
dengan lauk tahu, tempe, dan tidak ketinggalan olahan ikan laut. Setelah makan
besarpun kami masih dimanjakan dengan pohung (ketela/ubi) rebus. Perfecto!
[Makan sambil bercerita] |
[Singkong tannpa keju] |
Oh, kedatangan kami ke
Sampang gak dibiarkan begitu saja, loh. Kami disambut oleh Kepala Desa Batioh,
bapak Haji Ali Suud, beliau banyak bercerita tentang potensi daerah ini. Padahal kalau
kalian tahu nih, Sampang itu merupakan daerah yang paling rendah tingkat
perekonomiannya jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Madura. Tapi Sampang
juga punya banyak potensi wisata, salah duanya ya itu tadi Pantai Nepa dan
Hutan Kera Nepa. Selain itu ada komoditas andalan yang dibudidayakan di Sampang,
yaitu semangka kuning. Wah kalau bicara soal potensi dan perekonomian, ini
tugasnya anak Perencanaan Perekonomian Ekonomi Daerah nih. Ehm, benerin jilbab.
Kalau bicara soal potensi, BPWS pasti sudah paham betul tentang bagaimana cara mengembangkan daerah supaya menjadi lebih baik dari sebelumnya, tapi kan BPWS gak mungkin bisa sendiri. Maka perlu kesadaran dari masyarakat sekitar untuk turut serta membantu prosesnya. Ketika semua elemen bersinergi, maka bim salabim Sampang akan menjadi salah satu tempat yang must visit, dan saya optimis perekonomian secara perlahan akan terangkat. Jadi gak ada tuh ceritanya Madura jadi daerah ekonomi rendah. Malam itu tidak hanya kebersamaan yang kami dapat, tapi juga wawasan yang mencerahkan. Saking serunya kami tidak sadar kalau waktu berjalan begitu cepat. Malam semakin larut dan kami harus istirahat untuk menyambut FamsTrip selanjutnya.
[Ini jam 05.00] |
[Nepa Band] |
[Menghirup udara segar Pantai Nepa] |
Saya bersama beberapa teman blogger menyusuri pantai Nepa dan menemukan spot cantik untuk foto-foto, bahkan saking asyiknya kami sampai lupa waktu. Tau-tau ada kabar kalau makan pagi sudah siap di homestay, karena perut naga sudah meronta maka kami yang terbuai ombak asmara pantai Nepa kembali ke homestay untuk sarapan dan bersiap melanjutkan perjalanan menuju Sumenep.
[Foto bersama dengan kamera instan mas Ndop] |