Setelah 5 hari berada di rumah, saat itu tepatnya hari Sabtu. Mau tidak mau saya harus mulai memikirkan tentang hal yang tidak saya suka, yaitu "gimana nih balikku ke Batam?".
Bagaimana di sini artinya, mau ambil pesawat pagi atau sore, ke Surabaya mau diantar atau naik travel, bawa oleh-oleh apa, dan lain-lain.
Ah iya, saya ambil libur sampai hari Rabu, maka saya berencana kembali ke Batam hari Rabu juga mengingat jarak waktu tempuk rumah bulek dan bandara tidak terlalu jauh, hanya sekitar kurang dari 15 menit saja.
Saat itu, pokoknya saya keukeuh mau balik Rabu, pokoknya Rabu dan harus Rabu. Soalnya saya masih mau di rumah dulu.
Keputusan saya ini bukan tanpa alasan. Kebetulan sepupu saya yang bekerja di Jambi juga akan pergi dan keluarga kami sepakat untuk mengantar ke Juanda. Tapi, sepupu maunya balik Selasa karena mengejar pesawat perintis dari Jambi ke Bungo (kalau naik darat 8 jam perjalanan), nah pesawat perintis ini jadwalnya hanya ada 2 hari sekali dan tepat di hari Selasa.
Galaulah saya. Akhirnya win win solution, saya tetap berangkat Rabu dengan diantar ibu dan sepupu berangkat Selasa naik travel ke Juanda. Kesepakatan sudah final, hari Senin saya mulai booking tiket dan ambil hari Rabu penerbangan pagi jam 5.45 dari Surabaya transit di Cengkareng dan sampai di Batam pukul 11.00.
Okelah sudah tenang, sudah beli tiket. Senin malam sepupu telepon katanya dia membatalkan pembelian tiket pesawat perintis di hari Selasa dan untung saja sifat tiketnya refundable hanya dipotong 10% saja. Intinya kami berangkat di hari yang sama dan satu pesawat.
Wah asyik!
Rabu pagi kami berangkat pukul 02.30 dari rumah, sampai di Juanda sekitar 04.40 karena memang trafficnya sudah lumayan ramai. Begitu sampai kami memutuskan untuk langsung check ini dan suasana di dalam Juanda sepagi itu sudah seperti pasar. Ramai pol!
Agak deg-degan juga karena antrian lumayan panjang dan kami sempat salah counter. Biasanya kan di Juanda itu bebas memilih counternya yang tentu saja sesuai maskapai. Mau di counter 1 boleh, 5 boleh, bebas. Tapi saat itu ditentukan sesuai dengan tujuan dan waktu penerbangan.
5.45 pesawat berangkat, 5.15 kami masih antri check in. Setelah selesai check in dan melakukan pembayaran pemesanan seat, karena sebelumnya kami memang memilih tempat duduk supaya bisa bersebelahan. Kami keluar untuk pamit dengan keluarga.
Saat itu yang mengantar kami adalah Ibuk saya, Pakpuh (ayah sepupu), om, adik Donni dan adik Linda. Bapak saya gak ikut karena ada keperluan yang tidak bisa ditinggal. Tapi doanya selalu menyertai setiap langkah ini.
Waktu semakin mepet, saya salim satu persatu dan terakhir ibuk. Saya peluk erat dan cium pipinya. Saya lihat mata ibuk berkaca-kaca, saya jadi pengen nangis juga. Peluk ibu untuk ke dua kalinya sebelum berangkat. Rasanya jangan ditanya, berat sekali. Tapi mau bagaimana lagi ya, tuntutannya memang harus begini. Tapi ini gak akan lama kok. Yakin.
Juanda masih gelap dan ini pengalaman pertama untuk saya naik shuttle bus menuju pesawat. Sampai di Cengkareng saya menuju outlet makanan cepat saji Amerika dan sepupu mengurus bagasinya, kemudian kami sarapan bersama, saking laparnya tangan kami sampai buyutan, ndredeg.
Penerbangan saya kurang 1,5 jam lagi, sedangkan sepupu masih 6 jam lagi ke Jambi.
Fix, sesaat lagi saya akan meninggalkan pulau Jawa untuk ke dua kalinya. Perjalanan selama 1 jam 40 menit itu saya gunakan untuk berpikir mengenai keputusan yang saya ambil dan mulai melakukan perencanaan-perencanaan yang mungkin akan terwujud setelah saya pulang dari Batam.
Liburan cepat sekali berlalu. Fisik saya memang di Batam, tapi hati dan pikiran saya ada di rumah. Saya harus berjuang keras sampai awal tahun depan.
Batam hujan deras, menggambarkan hati saya yang menangis pilu meninggalkan rumah.
Ah, zona nyaman memang melenakkan.
~ Silviana
Bagaimana di sini artinya, mau ambil pesawat pagi atau sore, ke Surabaya mau diantar atau naik travel, bawa oleh-oleh apa, dan lain-lain.
Ah iya, saya ambil libur sampai hari Rabu, maka saya berencana kembali ke Batam hari Rabu juga mengingat jarak waktu tempuk rumah bulek dan bandara tidak terlalu jauh, hanya sekitar kurang dari 15 menit saja.
Saat itu, pokoknya saya keukeuh mau balik Rabu, pokoknya Rabu dan harus Rabu. Soalnya saya masih mau di rumah dulu.
Keputusan saya ini bukan tanpa alasan. Kebetulan sepupu saya yang bekerja di Jambi juga akan pergi dan keluarga kami sepakat untuk mengantar ke Juanda. Tapi, sepupu maunya balik Selasa karena mengejar pesawat perintis dari Jambi ke Bungo (kalau naik darat 8 jam perjalanan), nah pesawat perintis ini jadwalnya hanya ada 2 hari sekali dan tepat di hari Selasa.
Galaulah saya. Akhirnya win win solution, saya tetap berangkat Rabu dengan diantar ibu dan sepupu berangkat Selasa naik travel ke Juanda. Kesepakatan sudah final, hari Senin saya mulai booking tiket dan ambil hari Rabu penerbangan pagi jam 5.45 dari Surabaya transit di Cengkareng dan sampai di Batam pukul 11.00.
Okelah sudah tenang, sudah beli tiket. Senin malam sepupu telepon katanya dia membatalkan pembelian tiket pesawat perintis di hari Selasa dan untung saja sifat tiketnya refundable hanya dipotong 10% saja. Intinya kami berangkat di hari yang sama dan satu pesawat.
Wah asyik!
Rabu pagi kami berangkat pukul 02.30 dari rumah, sampai di Juanda sekitar 04.40 karena memang trafficnya sudah lumayan ramai. Begitu sampai kami memutuskan untuk langsung check ini dan suasana di dalam Juanda sepagi itu sudah seperti pasar. Ramai pol!
Agak deg-degan juga karena antrian lumayan panjang dan kami sempat salah counter. Biasanya kan di Juanda itu bebas memilih counternya yang tentu saja sesuai maskapai. Mau di counter 1 boleh, 5 boleh, bebas. Tapi saat itu ditentukan sesuai dengan tujuan dan waktu penerbangan.
5.45 pesawat berangkat, 5.15 kami masih antri check in. Setelah selesai check in dan melakukan pembayaran pemesanan seat, karena sebelumnya kami memang memilih tempat duduk supaya bisa bersebelahan. Kami keluar untuk pamit dengan keluarga.
Saat itu yang mengantar kami adalah Ibuk saya, Pakpuh (ayah sepupu), om, adik Donni dan adik Linda. Bapak saya gak ikut karena ada keperluan yang tidak bisa ditinggal. Tapi doanya selalu menyertai setiap langkah ini.
Waktu semakin mepet, saya salim satu persatu dan terakhir ibuk. Saya peluk erat dan cium pipinya. Saya lihat mata ibuk berkaca-kaca, saya jadi pengen nangis juga. Peluk ibu untuk ke dua kalinya sebelum berangkat. Rasanya jangan ditanya, berat sekali. Tapi mau bagaimana lagi ya, tuntutannya memang harus begini. Tapi ini gak akan lama kok. Yakin.
Melintas di atas pulau Madura menuju Jakarta |
Penerbangan saya kurang 1,5 jam lagi, sedangkan sepupu masih 6 jam lagi ke Jambi.
Fix, sesaat lagi saya akan meninggalkan pulau Jawa untuk ke dua kalinya. Perjalanan selama 1 jam 40 menit itu saya gunakan untuk berpikir mengenai keputusan yang saya ambil dan mulai melakukan perencanaan-perencanaan yang mungkin akan terwujud setelah saya pulang dari Batam.
karena yang cepat berlalu adalah waktu. |
Batam hujan deras |
Ah, zona nyaman memang melenakkan.
~ Silviana