Apalagi kalau pas main ke Malang Kabupaten, sudah pasti banyak tempat yang recommended untuk dikunjungi. Salah satunya adalah Desa Wisata Gubugklakah atau disingkat dengan DWG, salah satu desa yang berada di lereng gunung Bromo dan memiliki banyak potensi wisata yang sudah berkembang. Salah satu yang menjadi primadona adalah wisata rafting dan tubing. Wisata ini memang sudah sangat hits di kalangan wisatawan yang ingin menguji adrenalinnya.
| [Foto dari http://ghozaliq.com/] | 
Buat
 yang belum tau, River Tubing adalah permainan yang menggunakan ban 
dalam ukuran besar. Cara mainnya hampir sama seperti rafting namun kita 
hanya sendirian di atas ban, kemudian ikut arus air dengan menghanyutkan
 diri mengikuti aliran sungai. Lokasi untuk River tubing sendiri ada di 
Ledok Amprong dan untuk bisa sampai di lokasi kita bisa mencapainya 
dengan jeep atau mobil offroad. Medannya cukup curam dan bergelombang, 
buktinya saat kami naik jeep tubuh ini gak berhenti goyang dan terpental
 kesana-kemari.
![]()  | 
| [Tetep pose di atas jeep- Foto dari : http://ghozaliq.com/] | 
Begitu sampai di lokasi, kami menunggu giliran 
untuk bermain tubing. Ohya meskipun ramai wisatawan kita gak perlu 
khawatir bakal berdesak-desakan di sungai, karena jadwalnya sudah diatur
 masing-masing sesuai dengan kelompok oleh petugas. Jadi meskipun ramai 
kita tetap bisa menikmati permainan.  
![]()  | 
| [Foto: http://ghozaliq.com/] | 
 Sebelum bermain tubing, kami
 diarahkan untuk memakai perlengkapan safety terlebih dulu, seperti life
 jacket dan helm. Setelah semua peserta dalam kelompok berkumpul, kami 
dibriefing atau diberi arahan oleh petugas mengenai tata cara bermain tubing. Tentang 
bagaimana posisi duduk, posisi tangan, posisi kaki, harus bagaimana jika
 badan tersangkut batu, posisi tubuh ketika melewati batu supaya pantat 
tidak sakit, bagaimana ketika ban terbalik di air terjun mini, dan 
lainnya.
![]()  | 
| [Briefing- Foto: http://ghozaliq.com/] | 
| [Kelompok lain saat briefing] | 
Petugas juga memberitahu kedalaman sungai Amprong ini 
tidak lebih dari atas lutut, jadi kalaupun kita terbalik tidak perlu 
khawatir tenggelam. Selain itu kami juga disarankan untuk lepas saat 
bermain, maksudnya bebas berekspresi. Mau teriak ya teriak, mau 
hore-hore ya hore- hore. Intinya jangan dipendam sendiri, nanti takutnya
 kalau deg-deg an terus gak dikeluarkan dengan teriakan malah 
terkencing-kencing. Haha.
Biasanya nih buat yang pertama kali 
main rafting atau tubing di sungai, pasti deg-deg an dan takut ya. Nah 
biar gak takut dan makin semangat untuk main, petugas mengajak kami tos 
dan meneriakkan jargon. Gimana jargonnya? Begini:
Petugas : “Mau ngapain kita?”
Peserta : “Selulup.. Selulup.. Selulup..”, diikuti dengan gerakan tangan kanan seperti wave/ gelombang.
Petugas : “Mau ngapain kita?”
Peserta : “Selulup.. Selulup.. Selulup..”, diikuti dengan gerakan tangan kanan seperti wave/ gelombang.
![]()  | 
| [Before tubing- Foto: http://ghozaliq.com/] | 
Setelah
 siap, kami memilih ban yang sesuai dengan ukuran tubuh, lalu… 
perjalanan dimulai. Kebetulan kami tubing di jalur pendek, sehingga 
harus berjalan kaki dengan membawa ban. Perjalananya memang cukup jauh 
meskipun tubing kami dijalur pendek (kurang lebih 30 menit perjalanan 
air), tapi tenang aja gak akan capek karena perjalanan kita disuguhi 
sama bentang alam Gubugklakah yang cantik. 
![]()  | 
| [Bawa ban mu sendiri] | 
Saat sampai di lokasi,
 saya mulai sedikit nerveos. Apalagi saat melihat satu-persatu teman 
saya meluncur. Padahal awalnya kami saling tunjuk siapa yang harus 
pertama meluncur. Gak taunya pas sudah mulai habis peserta ribut juga 
gak mau jadi yang paling belakang. Haha. Saat itu saya meluncur ke dua 
dari belakang dan yang paling terakhir adalah Hannif Andy- 
Insanwisata.com.
Saya dibantu oleh petugas untuk duduk di ban, karena memang kondisinya ban terapung di air. Jadi harus dipegang supaya tidak bergeser. Saat mulai duduk dan menyentuh air, rasa dingin seperti es langsung menyentuh kulit saya. Posisi duduk diatur senyaman mungkin, setelah siap ban dilepas oleh petugas.
Begitu ban yang saya duduki meluncur terbawa oleh arus sungai, perasaan nerveous itu sirna. Saya tidak takut sama sekali, yang ada malah perasaan senang dan excited. Rasanya jadi kayak anak kecil yang pertama kali diperbolehkan main air. Tak perlu khawatir, karena di titik-titik tertentu ada petugas yang siap berjaga dan membantu kita jika tersangkut di batu. Malahan ada juga yang menemani kita meluncur.
Beberapa kali saya tersangkut batu dan stuck di satu tempat, tapi berkat goyangan maut tubuh ini saya akhirnya bisa lolos. Jadi triknya kalau ban tersangkut batu, sebisa mungkin bergoyang kiri kanan atau dengan posisi seolah berusaha memutar supaya bisa lolos. Apalagi kalau pas ada di air terjun posisi kita harus siap siaga, supaya tidak sampai jatuh atau tenggelam. Sebetulnya intinya hanya di perasaan tenang dan fokus.
Saya dibantu oleh petugas untuk duduk di ban, karena memang kondisinya ban terapung di air. Jadi harus dipegang supaya tidak bergeser. Saat mulai duduk dan menyentuh air, rasa dingin seperti es langsung menyentuh kulit saya. Posisi duduk diatur senyaman mungkin, setelah siap ban dilepas oleh petugas.
Begitu ban yang saya duduki meluncur terbawa oleh arus sungai, perasaan nerveous itu sirna. Saya tidak takut sama sekali, yang ada malah perasaan senang dan excited. Rasanya jadi kayak anak kecil yang pertama kali diperbolehkan main air. Tak perlu khawatir, karena di titik-titik tertentu ada petugas yang siap berjaga dan membantu kita jika tersangkut di batu. Malahan ada juga yang menemani kita meluncur.
Beberapa kali saya tersangkut batu dan stuck di satu tempat, tapi berkat goyangan maut tubuh ini saya akhirnya bisa lolos. Jadi triknya kalau ban tersangkut batu, sebisa mungkin bergoyang kiri kanan atau dengan posisi seolah berusaha memutar supaya bisa lolos. Apalagi kalau pas ada di air terjun posisi kita harus siap siaga, supaya tidak sampai jatuh atau tenggelam. Sebetulnya intinya hanya di perasaan tenang dan fokus.
![]()  | 
| [Take action- Foto: https://insanwisata.com/] | 
Beberapa
 kali kami berhenti bersamaan untuk menunggu teman-teman yang belum 
sampai. Nah kesempatan seperti ini tentunya tidak disia-siakan dong, 
langsung jepret-jepret asyik. HAHA. Saat sudah terlihat garis finish 
aliran air sungai ini membawa ban saya menepi, jadilah saya menabrak 
rumput-rumput yang ada di tepi sungai.
Bahkan saya sampai teriak "PAAAAK TOLOONG AKU MBLASAK-MBLASAAAAAK".
Bahkan saya sampai teriak "PAAAAK TOLOONG AKU MBLASAK-MBLASAAAAAK".
Tapi tidak digubris dan dibiarkan saja sama bapak petugasnya. -___-.
![]()  | 
| [Berbagai macam pose- http://ghozaliq.com/] | 
Ah
 Alhamdulillah, sudah melewati garis finish. Saya turun dibantu oleh 
salah satu teman, tak lupa dapat bonus disiram-siram dan dijatuhkan ke 
air. Saat sudah mulai seimbang, saatnya balas dendam. HAHA. Teman-teman 
yang baru datang dan belum siap untuk turun, buru-buru kami balikkan ban
 yang mereka duduki dan jadilah langsung kelelep. HAHAHAHA. *Evil Laugh. 
| [Foto dari: http://ghozaliq.com/] | 
![]()  | 
| [Yihaaaaa!- Source: http://ghozaliq.com/] | 
Desa Wisata Gubugklakah (DWG)
Ds Gubugklakah, Kec Poncokusumo, Kab Malang
River tubing jalur pendek : 1,5 km, biaya 100K/pax sudah termasuk jeep.
CP : 0878 5947 8177 (Bapak Purnomo Anshori)





















