“Naik- naik ke puncak gunung, tinggi- tinggi sekalii..“ – Ibu Sud.
Lagu yang terus menerus kami dendangkan saat mendaki
Gunung Kelud. Liriknya ya cuma itu saja karena memang gak ada pohon cemara di
area Gunung Kelud Kediri.
Beberapa waktu yang lalu, saya menemani teman yang
datang dari LA untuk mengunjungi beberapa wisata di Kediri. Teman saya namanya
Huny, dia ngidam sekali pengen tau Simpang Lima Gumul dan Gunung Kelud. Sebagai
tuan rumah yang baek hati saya turuti aja maunya kemana.
Kami menyusun rencana, tempat mana saja yang akan
kami kunjungi. Dikarenakan waktunya yang terbatas, hanya dua hari di Kediri,
hari Jum’at dan Sabtu. Keterbatasan waktu inilah yang akhirnya memunculkan ide
untuk berkunjung ke Gunung Kelud. Awalnya sih saya ragu karena memang baru satu
tahun yang lalu erupsi hebat, dan saya sudah lama tidak main- main ke Kelud.
Terakhir tahun 2013 bersama keluarga.
Ada kekhawatiran, nanti di Kelud bagaimana. Apalagi
kami hanya berdua, cewek- cewek dan berkendara menggunakan sepeda motor.
Padahal jarak rumah saya dan loket Gunung Kelud itu jauh, kurang lebih sekitar 40
km. Belum lagi nanti naiknya, melewati jalan sepi yang panjang dan berkelok,
kalau ada begal gimana. Ahh. Sempat galau sendiri. Tapi akhirnya tetap
mengiyakan keinginan teman. Eman- eman, di sudah jauh- jauh datang dari LA
masak mau ke Kelud gak dikabulkan. Ini kan kesempatan langka buat dia, bisa
jalan- jalan di bumi Majapahit yang fenomenal. Haha.
Hari Jum’at kami berangkat, setelah melakukan
berbagai persiapan dengan cek baterai kamera (karena ya saya sering kelupa
belum cabut dari chargernya), tripod, dan air minum. Kalau kamera memang wajib ya dibawa pas jalan-
jalan, biar bisa pamer gitu ke kalian- kalian, terus pengen deh datang ke
Kediri. Hahaha. Tripod juga penting banget nih, biar bisa bareng gitu fotonya.
Air minum juga penting banget, soalnya nanti di Gunung Kelud, kami akan naik ke
Gardu Pandang, dan turun ke sumber air panas. Nah, untuk sampai ke tempat-
tempat itu kami harus menjajaki tangga yang jumlahnya ratusan, kalau dijumlah
jadi ribuan.
“Yookk Hun, selak awan. Panas binggo iki ngko”
Berangkat dari rumah dengan suka cita. Sempat
beberapa kali kesasar karena saya lupa jalan. Duuh ah! Cah Kediri abal- abal
tenan ki aku. Tapi untungnya ada harapan yang muncul ketika kami mulai putus
asa, yap. Petunjuk jalan. Selanjutnya, kami berkendara dengan riang gembira. Sesampainya
di loket kami membayar tiket masuk dan retribusi parkir. Masih murah meriyah
kok.
Sepanjang perjalanan, teman saya bilang “sumpah Sil,
apik Sil”, sambil ketawa- ketawa. Aih, mungkin di LA gak ada yang kayak gini.
Hahaha. Jalanan yang berkelok- kelok, naik turun, pemandangan yang menyegarkan
mata khas pegunungan. Namun, tawa riang kami berhenti seketika, saat sepeda
motor yang kami naiki tidak bisa naik ke atas. Akhirnya salah satu dari kami
harus turun karena kelebihan beban, di beberapa tanjakan kami harus gantian
untuk jalan kaki.
Lalu, ditengah jalan, kami diberhentikan oleh
seorang laki- laki. Kami tidak boleh melanjutkan perjalanan. DEG!. Sempat takut
dan berpikir macam- macam, kenapa kok gak boleh padahal puncak masih jauh.
Ternyata, setelah erupsi pengunjung tidak boleh naik ke puncak dengan
menggunakan motor, harus jalan kaki
menuju parkir utama. Ternyata tadi yang mengehentikan kami adalah tukang
parkir. Oooh.
Setelah bernegosiasi, kami menitipkan barang- barang yang sekiranya akan mengganggu pendakian. Kami hanya membawa barang yang diperlukan. Kamera, tripod, HP, notes, dan air minum. Awalnya, bapak tukang parkir bilang perjalanan hanya 15 menit kalau jalan kaki. Ternyata.. Jalanan menanjak dan akhirnya kami tidak sampai di terowongan. Hanya sampai setengah jalan dan berhenti untuk memotret. Lagi pula, terowongan masih ditutup, begitu juga dengan gardu pandang dan sumber air panas.
Tak lupa kami berdua welfie dengan menggunakan tripod. Berat bo! Apalagi ngatur fokusnya. Kamera tua, jadi autonya sudah gak on lagi. T_T. Kalau dibandingin, tetep enak pakai HP plus tongsis kalau selfie, enteng. Apalagi kalau pakai HP Smartfren kayak punya akang.
Tapii, tadaaa. Jadi kayak orang pacaran gini aku sama Huny, mana fotonya bocor juga ada orang dibelakang dan muka kami yang sudah kumut- kumut keringetan, padahal udah dandan necis banget. Selamat datang di Gunung Kelud Kediri Huny. Enjoy ya..
Yang lain ? Kapan mau ke sini ? Yuk, ditunggu ya.