Selepas kuliah ini saya lagi getol-getolnya mencari peluang. Menajamkan ‘radar’ dan memperluas networking agar tidak ketinggalan berbagai informasi aktual yang berkaitan dengan dunia kerja.
Seperti cerita beberapa waktu yang lalu, saat saya sibuk-sibuknya mencari informasi tentang perusahaan yang sedang hire pegawai melalui iklan di papan pengumuman dan web.
Setelah memilah dan memilih saya mengirimkan lamaran ke beberapa perusahaan, termasuk perbankan dan kantor berita melalui email ataupun paket. Bahkan si mbak pegawai ekspedisi sampai hapal sama saya saking seringnya.
Setelah menunggu agak lama, saya mendapat pemberitahuan panggilan kerja dan beberapa kali menjalani tes dan interview, namun tak ada kabar selanjutnya.
Setelah menunggu agak lama, saya mendapat pemberitahuan panggilan kerja dan beberapa kali menjalani tes dan interview, namun tak ada kabar selanjutnya.
Namanya masih muda dan semangat masih membara saya terus mencari informasi dan mengirimkan lamaran. Ternyata lama-lama saya merasa lelah dan sempat mengabaikan tiga panggilan di institusi yang sama.
Namun tiba-tiba saya mendapat pemberitahuan kalau saya mendapat panggilan interview dari salah satu perusahaan semen Indonesia, sayangnya itu penipuan.
Di antara ikhtiar saya menggapai masa depan itu, ada masa-masa dimana saya ingin sekali bisa menikmati waktu jalan-jalan agak jauh, misalnya keluar Jawa Timur.
Di antara ikhtiar saya menggapai masa depan itu, ada masa-masa dimana saya ingin sekali bisa menikmati waktu jalan-jalan agak jauh, misalnya keluar Jawa Timur.
Mumpung belum penuh jadwalnya kan, nanti kalau saya sudah jadi eksekutif muda, waaaah mungkin banyak nggak sempat dolan-dolan. Aminkan dong doa saya ini
Saya sudah pernah sih muter-muter di Malang, Bojonegoro, Surabaya, Jember, Probolinggo, Blitar, dan beberapa daerah lain di Jawa Timur. Tapi kok kali ini saya pengin banget ya main ke tempat yang jauh dari ‘wilayah jajahan’.
Saya sudah pernah sih muter-muter di Malang, Bojonegoro, Surabaya, Jember, Probolinggo, Blitar, dan beberapa daerah lain di Jawa Timur. Tapi kok kali ini saya pengin banget ya main ke tempat yang jauh dari ‘wilayah jajahan’.
Beberapa kali saat saya melihat timeline Facebook ada sahabat blogger yang posting beberapa tempat menarik. Bentuknya semacam pagoda, saya pikir itu di luar negeri ternyata saya salah! Bangunan cantik semacam pagoda itu ada di Jawa.
Coba teman-teman tebak apa nama bangunan pagoda itu? Nah, iya benar namanya Pagoda Avalokitesvara yang memikat hati saya. Bangunan pagoda tersebut berada di Kota Semarang, tepatnya di lokasi Vihara Buddhagaya.
Coba teman-teman tebak apa nama bangunan pagoda itu? Nah, iya benar namanya Pagoda Avalokitesvara yang memikat hati saya. Bangunan pagoda tersebut berada di Kota Semarang, tepatnya di lokasi Vihara Buddhagaya.
Saya melihat foto pagoda cantik ini di timeline sosmed Facebook teman blogger saya yang tinggal di Semarang. Kemudian saya coba googling dan hasilnya benar-benar luar biasa.
Pagoda Avalokitesvara (sumber foto : matematikasma[dot]files[dot]com) |
Serius, cantik banget bangunan pagodanya. Gimana bisa saya nggak ngiler dan gak pengin ke sana coba kalau kayak gitu. Betul kan saya bilang, kalau foto di sana seakan-akan lagi pergi jalan-jalan ke Thailand.
Selain Vihara Buddhagaya, di Semarang juga ada Kuil Sam Poo Kong yang bangunannya begitu menakjubkan dan sarat dengan sejarah kedatangan bangsa Cina pertama kali ke Semarang. Bahkan di sana nanti kita bisa menyewa kostum dan berfoto di area kuil. Wah, benar-benar bikin gatel pengin buru-buru ke Semarang!.
Nah, ini yang jadi masalah, nanti di Semarang saya harus jalan-jalan dengan siapa? Ada sih sahabat blogger saya di sana, cuma kalau pas weekday sepertinya dia sibuk dengan pekerjaannya. Jadi, pengennya kalau bisa sih saat jalan-jalan ke Semarang tanpa ngrepoti sahabat yang ada di sana.
Menurut beberapa teman, Semarang itu kota yang asyik untuk dikunjungi. Kotanya juga tidak seberapa besar bila dibandingkan dengan Jakarta. Sepertinya saya gak akan bermasalah kalau jalan-jalan sendirian di sana.
Sewa Baju di Sam Poo Kong (sumber : Tribun Jateng/Hermawan Handaka) |
Nah, ini yang jadi masalah, nanti di Semarang saya harus jalan-jalan dengan siapa? Ada sih sahabat blogger saya di sana, cuma kalau pas weekday sepertinya dia sibuk dengan pekerjaannya. Jadi, pengennya kalau bisa sih saat jalan-jalan ke Semarang tanpa ngrepoti sahabat yang ada di sana.
Menurut beberapa teman, Semarang itu kota yang asyik untuk dikunjungi. Kotanya juga tidak seberapa besar bila dibandingkan dengan Jakarta. Sepertinya saya gak akan bermasalah kalau jalan-jalan sendirian di sana.
Soal rute ke tempat-tempat wisata yang ingin saya kunjungi tadi, bisalah saya tanyakan dulu ke teman-teman yang berdomisili di Semarang.
Nah, terus selama di sana saya wira-wirinya gimana?
Duh, tepok jidat deh. Baru ingat kalau sekarang ada aplikasi pemesanan armada yang bisa mengantar jalan-jalan kemana pun saya mau tanpa harus ngrepoti sahabat.
Nah, terus selama di sana saya wira-wirinya gimana?
Duh, tepok jidat deh. Baru ingat kalau sekarang ada aplikasi pemesanan armada yang bisa mengantar jalan-jalan kemana pun saya mau tanpa harus ngrepoti sahabat.
Smartphone basis android milik saya kan sudah ada aplikasi My Blue Bird, aplikasi ini pernah saya pakai waktu bepergian di Surabaya. Meski di tempat tinggal saya, Kediri tidak ada armada ini, bukan berarti saya ketinggalan jaman dong dengan tidak mengikuti perkembangan teknologi.
Buat teman-teman yang belum install aplikasi My Blue Bird, bisa dicoba ya cara-cara yang saya lakukan. Meski di Kediri tidak bisa digunakan, bukan berarti persiapan tidak saya lakukan jika seandainya bepergian ke kota-kota yang ada taksi Blue Birdnya.
My Blue Bird di Play Store |
Yuk masuk saja ke Playstore dan unduh aplikasi My Blue Bird. Jika sudah ter-install seperti gambar di atas, berarti sudah siap lah jalan-jalan kemana saja diantar oleh si burung biru tanpa merepotkan sahabat-sahabat saya nantinya.
Susah nggak sih pemakaian aplikasi pemesanan di My Blue Bird ini?
Nggak lah, kita cukup memasukkan nomor telepon selular kita saat pertama kali registrasi. Setelah memasukkan nomor tersebut, aplikasi ini akan terus menyimpannya dan menjadikan nomor tersebut sebagai identitas pemesan sekaligus menunjukkan lokasi dimana kita berada. Jangan lupa ya teman ON kan aplikasi Google Map.
Nah misalnya nih saya terdampar di Semarang, tempat mana yang paling gampang dituju dulu sebelum kemana-mana?
Kata teman-teman sih mau kemana saja di Semarang itu belum sah kalau belum ke Simpang Lima. Semacam pusat kota gitu ya Simpang Lima ini.
Susah nggak sih pemakaian aplikasi pemesanan di My Blue Bird ini?
Register |
Nggak lah, kita cukup memasukkan nomor telepon selular kita saat pertama kali registrasi. Setelah memasukkan nomor tersebut, aplikasi ini akan terus menyimpannya dan menjadikan nomor tersebut sebagai identitas pemesan sekaligus menunjukkan lokasi dimana kita berada. Jangan lupa ya teman ON kan aplikasi Google Map.
Nah misalnya nih saya terdampar di Semarang, tempat mana yang paling gampang dituju dulu sebelum kemana-mana?
Center Point : Simpang Lima Semarang |
Kalau dari sini sudah gampang kalau mau kemana-mana. Bahkan pesan taksi pun keluar lokasinya, keliatan banget kalau Simpang Lima pasti tempat yang strategis di Semarang. Kalau di Kediri semacam Arc de Triomphe alias Simpang Lima Gumul.
Saat pesan taksi nanti tinggal masukan saja nama dan lokasi penjemputan. Misal nih saya berada di seputaran Citraland Mall, mall besar yang ada di tengah pusat kota Semarang, nanti aplikasi bakal nge-lock posisi tersebut.
Order-1 |
Order-2 |
Saat pesan taksi nanti tinggal masukan saja nama dan lokasi penjemputan. Misal nih saya berada di seputaran Citraland Mall, mall besar yang ada di tengah pusat kota Semarang, nanti aplikasi bakal nge-lock posisi tersebut.
Jika kita ingin dijemput di lokasi tertentu tinggal tulis saja di kolom-kolom bawahnya itu yg extra address maupun extra guidance.
Kalau sudah selesai memasukkan lokasi dimana kita ingin dijemput, tinggal klik aja tombol Order. Ntar juga bakalan ada estimasi biayanya kok.
Kalau sudah selesai memasukkan lokasi dimana kita ingin dijemput, tinggal klik aja tombol Order. Ntar juga bakalan ada estimasi biayanya kok.
Waaaahhh, asyiknya ya pesan taksi menggunakan aplikasi ini. Bahkan armada nomer berapa dan pergerakannya di Map juga bakal terlihat.
Kalau sudah ada driver dari Blue Bird yang menerima panggilan order kita, tampilannya akan seperti di atas. Jika kita terburu-buru waktu pun kita bisa menelepon driver tersebut dan menanyakan sudah sampai dimana dan agar lebih cepat sedikit.
Tapi berhubung saya mau ke Semarang dalam rangka jalan-jalan, tak perlu buru-buru lah. Saya bakalan tenang pergi mengunjungi Pagoda Avalokitesvara yang berada di daerah Watugong (Kota Semarang bagian atas) hingga ke Kuil Sam Po Kong yang berada di daerah Simongan, bagian barat daya Kota Semarang.
Driver Blue Bird |
Tapi berhubung saya mau ke Semarang dalam rangka jalan-jalan, tak perlu buru-buru lah. Saya bakalan tenang pergi mengunjungi Pagoda Avalokitesvara yang berada di daerah Watugong (Kota Semarang bagian atas) hingga ke Kuil Sam Po Kong yang berada di daerah Simongan, bagian barat daya Kota Semarang.
Meski lokasi keduanya berjauhan, saya tak perlu pusing lagi soal harus naik apa dan turun di mana.
Cerita soal ribet pesan taksi melalui call centre juga gak bakalan saya alami, apalagi saya juga tak tau berapa nomor telepon call centre Blue Bird di Semarang. Tapi karena sudah ada aplikasi My Blue Bird di smartphone ya santai saja.
Cerita soal ribet pesan taksi melalui call centre juga gak bakalan saya alami, apalagi saya juga tak tau berapa nomor telepon call centre Blue Bird di Semarang. Tapi karena sudah ada aplikasi My Blue Bird di smartphone ya santai saja.
Si burung biru bakalan menjadi teman baik saya jalan-jalan di Semarang meskipun harus sendirian tanpa ada yang mengantar.
Itu tadi rencana dan persiapan jalan-jalan saya misalnya nanti jadi berkunjung ke Semarang. Bagi teman-teman yang lain, apa andalan teman-teman saat pergi ke suatu tempat yang kita tidak kenal siapa-siapa di sana? Share yuuuk!.
Tulisan ini diikutsertakan pada My Blue Bird Blogging Competition yang diselenggarakan oleh PT Blue Bird Tbk.
Itu tadi rencana dan persiapan jalan-jalan saya misalnya nanti jadi berkunjung ke Semarang. Bagi teman-teman yang lain, apa andalan teman-teman saat pergi ke suatu tempat yang kita tidak kenal siapa-siapa di sana? Share yuuuk!.
Tulisan ini diikutsertakan pada My Blue Bird Blogging Competition yang diselenggarakan oleh PT Blue Bird Tbk.
Genflix.co.id |
Bicara soal kartun, anime, dan manga tentu hal yang pertama ada di pikiran kita adalah Negara Jepang. Yap, memang Jepang sangat identik dengan tayangan-tayangan tersebut. Maka jangan heran kalau banyak rumah produksi disana saling berkompetisi untuk mengadaptasi komik dan manga menjadi cerita animasi yang seru dan menarik. Salah satunya anime yang baru diproduksi oleh Asahi Production di musim semi ini berjudul “Pan de Peace”. Anime ini menceritakan tentang seorang gadis bernama Minami yang pandai membuat roti dan bersama tiga sahabat baiknya, Yuu, Fuyumi, dan Noa mengalami petualangan seru.
Anime yang tayang pada tanggal 3 April 2016 yang lalu di Jepang ini juga hadir di Indonesia melalui situs steraming online bernama Genflix.co.id, sudah tentu ini merupakan kabar gembira bagi para penggemar anime. Senangnya lagi, bagi kita yang ada di Indonesia tidak perlu menunggu waktu jeda untuk menikmati anime ini karena waktu tayang Pan de Peace sama dengan hari tayang di Jepang. Kita patut berterimakasih pada Genflix untuk gebrakan ini.
Genflix via Android |
Episode terbaru Pan de Peace bisa disaksikan di Genflix.co.id setiap hari Selasa lengkap dengan subtitle Indonesia. Selain itu Genflix juga akan terus mengupgrade layanannya dengan menambah berbagai macam konten, misalnya film Indonesia terbaru yang masih tayang di bioskop seperti Midnight Show, Mantan Terindah, Tuyul, dan yang lainnya.
Apa itu Genflix?
Simpelnnya, Genflix merupakan layanan streaming atau OTT (Over The Top) yang menyajikan ribuan content menarik mulai dari film Hollywood, film Indonesia terbaru, hingga serial animasi Jepang terbaru dan tayangan dokumenter dari National Geographic Channel. Itu saja? Tentu tidak dong, buat kamu penggemar bola, Genflix juga menyajikan dengan lengkap semua siaran pertandingan Liga sepakbola dunia secara LIVE dan lengkap.
Genflix juga ngasih banyak keunggulan dan kemudahan kalau kita streamingan pakai aplikasi ini. Fyi nih, Genflix juga merupakan aplikasi streaming buatan anak negeri yang bisa diakses melalui perangkat seluler dimanapun kita berada dan dengan jaringan apapun, misalnya wifi, 3G/4G atau jaringan fiber. Sebagai layanan streaming premium, Genflix juga sudah menyediakan berbagai media pembayaran yang praktis, mulai dari kartu kredit, online banking, potong pulsa via operator seluler, bahkan yang paling mudah lewat gerai-gerai Alfamart (jika beli voucher di sini gratis EsTee) dan Seven Eleven (7-11) yang terdekat dari tempatmu. Jadi pokoknya buat penggemar anime, jangan sampai melewatkan satu episode pun anime Pan De Piece yang akan tayang di Genflix setiap minggunya.
Bagaimana caranya menggunakan Genflix?
Mudah banget! Kita bisa mengakses Genflix melalui laptop dengan klik www.genflix.co.id, jangan lupa gunakan browser Google Chrome ya. Nah kalau lewat smartphone bisa download aplikasi Genflix di Play Store dengan link Android : http://bit.ly/1PJiUkJ,
IOS : http://apple.co/22U65B6. Tinggal dipakai deh.
Menarik ya, jika ingin tau informasinya lebih lanjut, silahkan menghubungi;
Orange TV
Putra Darmawan (Public Relation Executive)
HP : 0811885578
Situsweb : www.orangetv.co.id
Call Center : 0804 1 911 911
2 April 2016 - Perjalanan menuju Nganjuk dalam bus Kawan Kita.
Dret. Dret. Dret. Dret.
Ponsel saya bergetar pendek tanda kalau ada pesan masuk. Yup, kebiasaan sejak dulu, saya gak pernah mengaktifkan dering ponsel. "sms dari siapa nih?", pikir saya. Sempat kaget karena nomor yang saya gunakan baru dan hanya beberapa orang saja yang tau.
Setelah membaca pesan tersebut, saya baru ngeh kalau isinya merupakan undangan untuk bergabung dalam acara kopdar food blogger yang akan dilaksanakan di salah satu rumah makan, RM Lombok Idjo Kediri. Pembawa pesan memperkenalkan diri dengan nama Mas Ulil.
"Assalamu'alaikum. Apa benar ini nomer Ibu Silviana? Saya Ulil dari RM Lombok Idjo Kediri Ibu. Tanggal 23 April mendatan, kami mau mengadakan kopdar foodblogger, kira-kira bu Silviana bisa hadir atau tidak ya?
Terima kasih dan mohon maaf.
Saya dapat nomor ini dari Bu Reni Madiun"
Setelah membaca pesan tersebut, saya langsung cek kalender. Tanggal 23 April adalah hari Sabtu dan gak ada acara. Saya langsung balas secepat kilat mengenai kehadiran saya di kopdar foodblogger tersebut. Selanjutnya saya dan mas Ulil saling ber-sms ria.
9 April 2016 - Saat di Wisma Guru Surabaya
Saya kembali menerima pesan dari mas Ulil, inti dari pesannya beliau meminta saya untuk mengundang teman-teman blogger yang ada di Kediri dan sekitarnya supaya bisa ikut serta meramaikan acara tanggal 23 April. Kemudian saya meminta mas Ulil mengirimkan undangan melalui email untuk formalitas. Hehe.
Jadi, buat teman-teman yang ada di Kediri dan sekitarnya yang pengen ikut kopdar foodblogger untuk nambah ilmu boleh gabung di acara ini. Cara ikutnya silakan lihat detail infonya di instagram @lombokidjokediri atau boleh melalui saya dengan cara isi nama, email, blog, dan nomer HP yang bisa dihubungi di kolom komentar.
Setelah mendapat undangan resmi dari RM Lombok Idjo, saya mulai japri teman-teman untuk ikut meramaikan acara. Lalu muncul banyak pertanyaan dari mereka, berikut saya rangkum :
1. Saya bukan food blogger, apa masih boleh ikut ?
Boleh, asal memiliki blog aktif dengan platform bebas dan setelah acara bersedia memberi ulasan kuliner di blog masing-masing.
2. Lombok Idjo Kediri itu di mana alamatnya?
Jalan Patiunus 16 Kediri
3. Acaranya jam berapa ?
14.00- 17.00 WIB
Nah, hampir semua pertanyaanya sudah ada di flayer dan caption. :D
A photo posted by Lombok Idjo Kediri (@lombokidjokediri) on
Kopdar tanggal 23 April 2016 ini adalah kopdar pertama saya setelah sekian lama vakum dari komunitas di daerah Kediri. Maka dari itu saya senang sekali ketika mba Reni (mbakcer) dari Madiun memberi kabar kalau beliau memberikan nomor HP saya ke mas Ulil. Terima kasih ya mba Ren. :)
Menikmati perjalanan sendirian ternyata cukup menyenangkan. Buat saya, melakukan perjalanan secara solo adalah pembuktian atau setidaknya challenge kalau saya mampu berdiri di kaki saya sendiri meskipun jauh dari kampung halaman.
Berbagai macam pertanyaan seringkali dilontarkan saat teman online maupun offline tau saya sering berpergian. "Apa tidak takut?" atau misal "kok orang tuamu ngasih ijin sih?" dan pertanyaan ekstrem yang terkadang menyentil sisi sensitif saya, seperti "nekat banget sih, apa yang kamu cari sebenernya?".
Baiklah, saya akan jawab satu persatu ya.
Apa tidak takut?
Takut. Tapi cuma sebentar saja, misalnya saat melihat wajah orang tua saya saat pamitan. Hal yang selalu ada dalam pikiran saya ketika akan berpergian adalah 'masih bisa gak ya nanti ketemu mereka?'. Setelah itu yasudah selesai, toh semua yang pergi akan kembali pulang. Entah pulang kemana.
Kok orang tuamu ngasih izin, sih?
Seperti halnya orang tua pada umumnya, awalnya bapak dan ibuk tidak mengizinkan saya pergi terlalu jauh. Alasannya klasik "kamu perempuan!". Memang sejak kecil hingga SMA saya hampir tidak pernah berpergian sendiri jika keluar Kediri, selalu didampingi orang tua atau saudara. Begitu juga saat mereka melepas saya untuk menuntut ilmu di Malang, katanya tak tega. Saya jadi ingat perjalanan pertama saya tanpa orang tua adalah Madura, saya berpergian bersama mba Tiwwi dengan naik bus lanjut kapal.
Baca juga : Menuju Madura
Perlu waktu lama sekali meyakinkan bapak ibuk kalau saya akan baik-baik saja, apalagi setiap perjalanan selalu ada hal positif yang saya dapat.
Pada akhirnya bapaklah yang meyakinkan saya kalau saya ini harus punya banyak pengalaman selagi muda, jangan sampai menyesal nantinya. Sebetulnya, benar ungkapan "jangan cuma di rumah saja", soalnya sekali keluar rumah kamu akan mendapatkan pengalaman baru paling tidak supaya sedikit lebih open minded, gak ngeyelan, dan kurang piknik.
Nekat banget sih, apa yang kamu cari sebenernya?
"Beda kepala, beda isi", kayak gitu kira-kira. Jadi apa sih yang saya cari dari semua perjalanan ini ? Jawabannya adalah "kepuasan diri". Kepuasan kok dicari, gak bakalan terpenuhi. Iya sih, cuma setidaknya sesuatu yang saya inginkan bisa tercapai meskipun tidak maksimal, ya paling tidak mendekati. Dalam pikiran saya sih, mumpung masih muda jadi saya harus cari pengalaman sebanyak yang saya mampu. Soalnya semakin bertambah usia kesibukan akan semakin padat dan hal lainnya yang belum terpikirkan oleh saya.
Contohnya, seperti kemarin saat saya melakukan perjalanan sendiri ke Bojonegoro. Sebelumnya saya belum pernah datang ke Bojonegoro dan kali ini saya berpergian sendiri ke daerah yang memiliki makanan khas ledre itu dengan menggunakan moda transportasi bus. Takut? Jelas. Was-was? Iya. Parno ? Sangat.
Apalagi kemarin saya sempat spaneng karena ketinggalan bus. Nah ini yang baru saya tahu, transportasi bus atau kereta dari Kediri ke Bojonegoro itu tidak ada yang direct, otomatis harus oper dulu. Jadi jika ingin ke Bojonegoro bisa via Nganjuk atau via Jombang. Jika ingin lewat Nganjuk rutenya Kediri- Nganjuk- Bojonegoro artinya 2 kali oper bus, jika ingin lewat Jombang maka Kediri- Pare- Jombang- Babat- Bojonegoro artinya 3 kali oper.
Nganjuk : Naik bus dari terminal Kediri ke terminal Nganjuk lalu dilanjutkan ke terminal Bojonegoro.
Jombang : Naik bus dari terminal Kediri ke terminal Jombang, pindah bus ke Babat, dari Babat naik bis lagi Bojonegoro.
Lebih cepat lewat Nganjuk ya sebenarnya, tapi ternyata bus dari Nganjuk ke Bojonegoro hanya ada sampai pukul 15.15 saja. Selebihnya tidak ada. Begitu juga sebaliknya, bus dari Babat ke Jombang juga tidak ada setelah ashar.
Awalnya saya berpikir, kenapa ya kok moda transportasi umum tidak selalu ada dari ataupun ke Bojonegoro ? Jawabannya adalah karena Bojonegoro tidak dilewati jalan Daendles atau jalan raya utama.
Awalnya mula saya bisa ketinggalan bus saat di Nganjuk begini, pukul 12.00 bapak sudah bilang ke saya untuk segera siap-siap, takutnya nanti kemalaman sampai di Bojonegoro. Tapi saya masih santai-santai karena cuaca di luar rumah panas sekali. Pukul 13.00 saya baru siap-siap dan sampai di terminal Kediri sekitar pukul 14.00, sepeda motor saya titipkan di parkiran terminal. Sebelum naik bus, saya memutuskan untuk makan soto ayam Mbok Idjo dulu. Jaga-jaga kalau misalnya di bus tidak ada penjual makanan.
Perjalanan dilanjutkan naik bus Kawan Kita ke Nganjuk dengan tarif Rp 10.000, selama perjalanan saya ditemani dengan musik dangdut tiada henti. Ohya, ini pertama kalinya saya naik bus ke Nganjuk. Sesampainya di terminal Nganjuk sekitar pukul 15.30, turun dari bus saya ditanya oleh seorang calo.
Calo : "Mau ke mana mbak ?"
Saya : "Bojonegoro, pak"
Calo : "bisnya sudah jalan 15 menit yang lalu mbak"
Saya : "Bus selanjutnya jam berapa ya pak ?"
Calo : "Itu tadi bis terakhir, mbak"
Kemudian saya diam dan berpikir. Melihat saya berpikir, calo tadi mengambil kesempatan menawarkan jasa ojek untuk mengejar bus terakhir ke Bojonegoro, disinilah perdebatan terjadi dan saya sempat jengkel.
Awalnya saya tertarik dengan penawarannya, lalu saya tanya berapa tarifnya (belajar dari pengalaman sebelumnya, suka keblondrok-kemahalan kalau gak tanya harga dulu).
Saya : "Berapa pak ngojek?"
Calo : "ya seratus ribu aja mbak"
CELEGUK!
Saya : "Itu ngojek naik mobil, pak ?"
Calo : "Naik motor mbak"
Saya : "Mahal pak, ndak jadi"
Calo : "Lha mbak maunya berapa?"
Saya : "Ini ngejar bus yang pergi 15 menit yang lalu, kan?" saya memastikan.
Calo : "Iya mbak, lha sudah jauh busnya"
Saya : "Masih dekat itu pak, kok mahal banget"
Calo : "Ya mbak maunya berapa?"
Saya : "dua puluh ribu kalau mau"
Calo : "wah gak bisa mbak, biasanya juga seratus"
Saya : "mboten pun pak, suwun"
Sebetulnya saya masih bingung, tapi bapak calo tadi masih terus menawarkan jasanya meskipun saya sudah menolak. Salah saya sendiri sih, kalau memang tidak berminat harusnya tidak perlu tanya-tanya. Dalam kebingungan, ternyata otak saya masih bisa diajak kompromi. Saya telpon kak Didik teman yang ada di Bojonegoro dan mendapat solusi kalau sebaiknya saya naik bus ke Jombang.
Tidak lama kemudian bus ke Jombang hampir berangkat, saya lari supaya tidak ketinggalan. Saya lupa busnya apa, tarif dari Nganjuk ke Jombang Rp 7.000. Saat sampai di terminal Jombang saya harus menunggu beberapa saat, ternyata bus yang akan saya gunakan untuk menuju Babat adalah Puspa Indah. Ew. Lalu saya baru ingat kalau Babat itu Tuban dan Puspa Indah adalah satu-satunya armada yang melintasi trayek Tuban- Malang. Oh tapi sekarang sudah ada bus Bagong, hanya saja saya kurang tau apakah Bagong juga menambah trayek ke Tuban.
Seperti halnya bus Pupsa Indah pada umumnya, bus kecil dengan sopir yang memiliki kekuatan ekstraseperti kuda binal melewati jalur Jombang- Babat dengan sangat istimewa, lagi-lagi ini adalah pengalaman pertama saya lewat jalur ini, kondisi jalan berkelok seperti di Malang, namun bergelombang dan rusak. Tarif naik bus Puspa Indah dari Jombang ke Babat Rp 15.000.
Saat maghrib tiba, saya masih ada di tengah hutan rute Jombang- Babat. Sesampainya di Babat saya bertanya ke bapak penjaga pos, kemudian saya diarahkan ke sisi barat untuk menunggu bus dari Surabaya ke Bojonegoro. Beruntung sekali saya bertemu dengan seorang ibu yang baik hati, selanjutnya kita sebut Ibu Bojonegoro saja, mungkin beliau melihat ada sosok perempuan kecil dengan tas ransel super penuh bonus muka kucel dan lelah naik bus sendiri. Saya ditanya akan pergi ke mana, dan dari mana.
"saya mau ke terminal Bojonegoro, bu. Rumah saya di Kediri"
Bus menuju Bojonegoro sampai, tidak saya sangka ibu tersebut mengamit pergelangan tangan saya dan menarik saya untuk segera naik bus. WOW! Busnya penuh sekali sampai kami berdua tidak mendapat kursi. Kami berdiri dengan posisi ibu tersebut di depan dan saya dibelakangnya.
Saya : "Bayar berapa, buk?"
Ibu Bojonegoro : "tujuh ribu, neng".
Saya mengeluarkan uang dengan pecahan lima ribu dan dua ribu.
Ibu Bojonegoro : "kamu bayar lima ribu saja"
Tapi saya tetep kasih 2000 ke ibu tersebut, tapi beliau menolak dengan membimbing tangan saya memasukkan uang 2000an ke dalam kantong tas saya di sisi kiri. Kondektur datang dan saya kena bagian di-go-da-in.
Kondektur : "Mau ke mana, sayang?"
Tanpa menjawab, saya menunjuk ibu sebelah saya.
Ibu Bojonegoro : "terminal"
Kondektur : "anaknya bu? cantik kayak ibunya"- kemudian berlalu ke depan untuk menarik tarif.
Setelah kondektur pergi, ibu Bojonegoro tersebut bilang ke saya "terlalu banyak omong dia", saya hanya tersenyum saja. Tak lama kemudian ada penumpang turun dan ibu tersebut mempersilakan saya untuk duduk, tapi sebagai anak muda yang masih perkasa saya nolak dong, lalu mempersilakan beliau duduk. Nah, selang beberapa menit saja, penumpang yang duduk di kursi depan saya turun dan akhirnya saya bisa duduk. Rejekinya anak sholehah kan.
Ternyata, ibu tersebut benar-benar baik. Saat kami sampai di terminal Bojonegoro pun, beliau masih menunggu saya dan gandeng tangan saya. Saat sudah turun bus, beliau memastikan kalau saya sudah ada yang jemput. Kemudian kami berpisah dengan saling mengucapkan salam.
Sampai di terminal, mbak Rahmah beserta suami sudah menunggu saya dan kami sama-sama menunggu jemputan dari teman-teman Bojonegoro.
Jadi pelajarannya adalah :
1. Selalu berpikir positif di manapun berada,
2. Jangan panik saat menghadapi permasalahan,
3. Harus mencari informasi detail ketika akan melakukan perjalanan,
4. Selalu siap sedia uang kecil (pecahan 2000, 5000, 10.000, 20.000) dan recehan untuk persediaan penyanyi bus,
Cerita keseruan, #RoadblogBojonegoro di post selanjutnya, ya!
Berbagai macam pertanyaan seringkali dilontarkan saat teman online maupun offline tau saya sering berpergian. "Apa tidak takut?" atau misal "kok orang tuamu ngasih ijin sih?" dan pertanyaan ekstrem yang terkadang menyentil sisi sensitif saya, seperti "nekat banget sih, apa yang kamu cari sebenernya?".
Baiklah, saya akan jawab satu persatu ya.
Apa tidak takut?
Takut. Tapi cuma sebentar saja, misalnya saat melihat wajah orang tua saya saat pamitan. Hal yang selalu ada dalam pikiran saya ketika akan berpergian adalah 'masih bisa gak ya nanti ketemu mereka?'. Setelah itu yasudah selesai, toh semua yang pergi akan kembali pulang. Entah pulang kemana.
Kok orang tuamu ngasih izin, sih?
Seperti halnya orang tua pada umumnya, awalnya bapak dan ibuk tidak mengizinkan saya pergi terlalu jauh. Alasannya klasik "kamu perempuan!". Memang sejak kecil hingga SMA saya hampir tidak pernah berpergian sendiri jika keluar Kediri, selalu didampingi orang tua atau saudara. Begitu juga saat mereka melepas saya untuk menuntut ilmu di Malang, katanya tak tega. Saya jadi ingat perjalanan pertama saya tanpa orang tua adalah Madura, saya berpergian bersama mba Tiwwi dengan naik bus lanjut kapal.
Baca juga : Menuju Madura
Perlu waktu lama sekali meyakinkan bapak ibuk kalau saya akan baik-baik saja, apalagi setiap perjalanan selalu ada hal positif yang saya dapat.
Pada akhirnya bapaklah yang meyakinkan saya kalau saya ini harus punya banyak pengalaman selagi muda, jangan sampai menyesal nantinya. Sebetulnya, benar ungkapan "jangan cuma di rumah saja", soalnya sekali keluar rumah kamu akan mendapatkan pengalaman baru paling tidak supaya sedikit lebih open minded, gak ngeyelan, dan kurang piknik.
Nekat banget sih, apa yang kamu cari sebenernya?
"Beda kepala, beda isi", kayak gitu kira-kira. Jadi apa sih yang saya cari dari semua perjalanan ini ? Jawabannya adalah "kepuasan diri". Kepuasan kok dicari, gak bakalan terpenuhi. Iya sih, cuma setidaknya sesuatu yang saya inginkan bisa tercapai meskipun tidak maksimal, ya paling tidak mendekati. Dalam pikiran saya sih, mumpung masih muda jadi saya harus cari pengalaman sebanyak yang saya mampu. Soalnya semakin bertambah usia kesibukan akan semakin padat dan hal lainnya yang belum terpikirkan oleh saya.
Contohnya, seperti kemarin saat saya melakukan perjalanan sendiri ke Bojonegoro. Sebelumnya saya belum pernah datang ke Bojonegoro dan kali ini saya berpergian sendiri ke daerah yang memiliki makanan khas ledre itu dengan menggunakan moda transportasi bus. Takut? Jelas. Was-was? Iya. Parno ? Sangat.
Apalagi kemarin saya sempat spaneng karena ketinggalan bus. Nah ini yang baru saya tahu, transportasi bus atau kereta dari Kediri ke Bojonegoro itu tidak ada yang direct, otomatis harus oper dulu. Jadi jika ingin ke Bojonegoro bisa via Nganjuk atau via Jombang. Jika ingin lewat Nganjuk rutenya Kediri- Nganjuk- Bojonegoro artinya 2 kali oper bus, jika ingin lewat Jombang maka Kediri- Pare- Jombang- Babat- Bojonegoro artinya 3 kali oper.
Nganjuk : Naik bus dari terminal Kediri ke terminal Nganjuk lalu dilanjutkan ke terminal Bojonegoro.
Jombang : Naik bus dari terminal Kediri ke terminal Jombang, pindah bus ke Babat, dari Babat naik bis lagi Bojonegoro.
Lebih cepat lewat Nganjuk ya sebenarnya, tapi ternyata bus dari Nganjuk ke Bojonegoro hanya ada sampai pukul 15.15 saja. Selebihnya tidak ada. Begitu juga sebaliknya, bus dari Babat ke Jombang juga tidak ada setelah ashar.
Awalnya saya berpikir, kenapa ya kok moda transportasi umum tidak selalu ada dari ataupun ke Bojonegoro ? Jawabannya adalah karena Bojonegoro tidak dilewati jalan Daendles atau jalan raya utama.
Awalnya mula saya bisa ketinggalan bus saat di Nganjuk begini, pukul 12.00 bapak sudah bilang ke saya untuk segera siap-siap, takutnya nanti kemalaman sampai di Bojonegoro. Tapi saya masih santai-santai karena cuaca di luar rumah panas sekali. Pukul 13.00 saya baru siap-siap dan sampai di terminal Kediri sekitar pukul 14.00, sepeda motor saya titipkan di parkiran terminal. Sebelum naik bus, saya memutuskan untuk makan soto ayam Mbok Idjo dulu. Jaga-jaga kalau misalnya di bus tidak ada penjual makanan.
Perjalanan dilanjutkan naik bus Kawan Kita ke Nganjuk dengan tarif Rp 10.000, selama perjalanan saya ditemani dengan musik dangdut tiada henti. Ohya, ini pertama kalinya saya naik bus ke Nganjuk. Sesampainya di terminal Nganjuk sekitar pukul 15.30, turun dari bus saya ditanya oleh seorang calo.
Calo : "Mau ke mana mbak ?"
Saya : "Bojonegoro, pak"
Calo : "bisnya sudah jalan 15 menit yang lalu mbak"
Saya : "Bus selanjutnya jam berapa ya pak ?"
Calo : "Itu tadi bis terakhir, mbak"
Kemudian saya diam dan berpikir. Melihat saya berpikir, calo tadi mengambil kesempatan menawarkan jasa ojek untuk mengejar bus terakhir ke Bojonegoro, disinilah perdebatan terjadi dan saya sempat jengkel.
Awalnya saya tertarik dengan penawarannya, lalu saya tanya berapa tarifnya (belajar dari pengalaman sebelumnya, suka keblondrok-kemahalan kalau gak tanya harga dulu).
Saya : "Berapa pak ngojek?"
Calo : "ya seratus ribu aja mbak"
CELEGUK!
Saya : "Itu ngojek naik mobil, pak ?"
Calo : "Naik motor mbak"
Saya : "Mahal pak, ndak jadi"
Calo : "Lha mbak maunya berapa?"
Saya : "Ini ngejar bus yang pergi 15 menit yang lalu, kan?" saya memastikan.
Calo : "Iya mbak, lha sudah jauh busnya"
Saya : "Masih dekat itu pak, kok mahal banget"
Calo : "Ya mbak maunya berapa?"
Saya : "dua puluh ribu kalau mau"
Calo : "wah gak bisa mbak, biasanya juga seratus"
Saya : "mboten pun pak, suwun"
Sebetulnya saya masih bingung, tapi bapak calo tadi masih terus menawarkan jasanya meskipun saya sudah menolak. Salah saya sendiri sih, kalau memang tidak berminat harusnya tidak perlu tanya-tanya. Dalam kebingungan, ternyata otak saya masih bisa diajak kompromi. Saya telpon kak Didik teman yang ada di Bojonegoro dan mendapat solusi kalau sebaiknya saya naik bus ke Jombang.
Tidak lama kemudian bus ke Jombang hampir berangkat, saya lari supaya tidak ketinggalan. Saya lupa busnya apa, tarif dari Nganjuk ke Jombang Rp 7.000. Saat sampai di terminal Jombang saya harus menunggu beberapa saat, ternyata bus yang akan saya gunakan untuk menuju Babat adalah Puspa Indah. Ew. Lalu saya baru ingat kalau Babat itu Tuban dan Puspa Indah adalah satu-satunya armada yang melintasi trayek Tuban- Malang. Oh tapi sekarang sudah ada bus Bagong, hanya saja saya kurang tau apakah Bagong juga menambah trayek ke Tuban.
Seperti halnya bus Pupsa Indah pada umumnya, bus kecil dengan sopir yang memiliki kekuatan ekstra
Saat maghrib tiba, saya masih ada di tengah hutan rute Jombang- Babat. Sesampainya di Babat saya bertanya ke bapak penjaga pos, kemudian saya diarahkan ke sisi barat untuk menunggu bus dari Surabaya ke Bojonegoro. Beruntung sekali saya bertemu dengan seorang ibu yang baik hati, selanjutnya kita sebut Ibu Bojonegoro saja, mungkin beliau melihat ada sosok perempuan kecil dengan tas ransel super penuh bonus muka kucel dan lelah naik bus sendiri. Saya ditanya akan pergi ke mana, dan dari mana.
"saya mau ke terminal Bojonegoro, bu. Rumah saya di Kediri"
Bus menuju Bojonegoro sampai, tidak saya sangka ibu tersebut mengamit pergelangan tangan saya dan menarik saya untuk segera naik bus. WOW! Busnya penuh sekali sampai kami berdua tidak mendapat kursi. Kami berdiri dengan posisi ibu tersebut di depan dan saya dibelakangnya.
Saya : "Bayar berapa, buk?"
Ibu Bojonegoro : "tujuh ribu, neng".
Saya mengeluarkan uang dengan pecahan lima ribu dan dua ribu.
Ibu Bojonegoro : "kamu bayar lima ribu saja"
Tapi saya tetep kasih 2000 ke ibu tersebut, tapi beliau menolak dengan membimbing tangan saya memasukkan uang 2000an ke dalam kantong tas saya di sisi kiri. Kondektur datang dan saya kena bagian di-go-da-in.
Kondektur : "Mau ke mana, sayang?"
Tanpa menjawab, saya menunjuk ibu sebelah saya.
Ibu Bojonegoro : "terminal"
Kondektur : "anaknya bu? cantik kayak ibunya"- kemudian berlalu ke depan untuk menarik tarif.
Setelah kondektur pergi, ibu Bojonegoro tersebut bilang ke saya "terlalu banyak omong dia", saya hanya tersenyum saja. Tak lama kemudian ada penumpang turun dan ibu tersebut mempersilakan saya untuk duduk, tapi sebagai anak muda yang masih perkasa saya nolak dong, lalu mempersilakan beliau duduk. Nah, selang beberapa menit saja, penumpang yang duduk di kursi depan saya turun dan akhirnya saya bisa duduk. Rejekinya anak sholehah kan.
Ternyata, ibu tersebut benar-benar baik. Saat kami sampai di terminal Bojonegoro pun, beliau masih menunggu saya dan gandeng tangan saya. Saat sudah turun bus, beliau memastikan kalau saya sudah ada yang jemput. Kemudian kami berpisah dengan saling mengucapkan salam.
Sampai di terminal, mbak Rahmah beserta suami sudah menunggu saya dan kami sama-sama menunggu jemputan dari teman-teman Bojonegoro.
Jadi pelajarannya adalah :
1. Selalu berpikir positif di manapun berada,
2. Jangan panik saat menghadapi permasalahan,
3. Harus mencari informasi detail ketika akan melakukan perjalanan,
4. Selalu siap sedia uang kecil (pecahan 2000, 5000, 10.000, 20.000) dan recehan untuk persediaan penyanyi bus,
Cerita keseruan, #RoadblogBojonegoro di post selanjutnya, ya!
Siapaa di sini yang pekerjaanya mengharuskan untuk duduk berjam-jam di depan komputer atau di meja kursi kerja? Pekerja kantoran, pekerja lapangan, atau yang lainnya?. Mungkin teman-teman yang kerja kantoran yang banyak angkat tangan. Yup, kerja kantoran memang lebih menyenangkan dibandingkan kerja lapangan, karena mayoritas semua hal dilakukan di dalam kantor, nggak perlu kena panas matahari, kena debu dan sebagainya. Namun, ternyata kerja kantoran memiliki beberapa dampak negatif. Apa saja itu?
Biasanya seseorang yang bekerja di kantor diharuskan untuk duduk berjam-jam di depan komputer, menurut penelitian orang-orang yang duduk selama berjam-jam memiliki risiko terkena beberapa penyakit, diantaranya :
1. Pinggul Sejajar
Jika kamu lebih sering parkir duduk di kursi selama berjam-jam itu artinya ada banyak tekanan di pinggul, lutut, dan tulang belakang. Hal ini menyebabkan resiko pada pinggul yang menyebabkan pinggul sejajar.
2. Nyeri Leher
Rasa nyeri pada leher ditimbulkan salah satunya akibat duduk dalam posisi tegak dalam waktu yang lama. Rasa sakit ini karena di bagian sendi tulang belakang terjadi peradangan atau pengapuran.
3. Nyeri Punggung
Salah satu akibat duduk terlalu lama adalah nyeri punggung bagian bawah atau bagian tulang belakang secara keseluruhan. Hal ini terjadi, karena otot menjadi kaku akibat duduk terlalu lama.
Meskipun berdampak pada kesehatan, bukan berarti kita harus mengurangi jam kerja yang berakibat menurunnya produktivitas. Untuk itu, kita bisa mencegahnya dengan beberapa cara salah satunya mengonsumsi suplemen. Salah satu suplemen yang dapat membantu mencegah nyeri sendi ialah H2 SUPERBA KRILL OIL.
H2 SUPERBA KRILL OIL merupakan suplemen kesehatan menyeluruh (hollistic wellness) yang terutama berguna untuk meningkatkan kesehatan persendian dan meningkatkan kesehatan jantung karena mengandung 100% Pure Superba Krill Oil 500 mg, Total Omega-3 110 mg, EPA 60 mg, DHA 28 mg.
Nggak cuma itu H2 SUPERBA KRILL OIL juga memiliki banyak manfaat yaitu :
Efektif menurunkan kadar lemak jahat (LDL dan Trigliserida), menjaga kesehatan jantung, memelihara kesehatan persendian, terbuat dari ekstrak Krill Oil yang diambil dari kedalaman Laut Antartika, dan memiliki sumber Omega 3 dalam bentuk Phospolipid.
Nah, buat kamu atau anggota keluargamu yang sedang bekerja dikantor dan sering duduk berlama-lama bisa mencoba H2 SUPERBA KRILL OIL. Cek informasi lebih lanjut di sini http://www.kalbestore.com/Product/Varian/h2-health-and-happiness-Superba-Krill-Oil
Biasanya seseorang yang bekerja di kantor diharuskan untuk duduk berjam-jam di depan komputer, menurut penelitian orang-orang yang duduk selama berjam-jam memiliki risiko terkena beberapa penyakit, diantaranya :
1. Pinggul Sejajar
Jika kamu lebih sering parkir duduk di kursi selama berjam-jam itu artinya ada banyak tekanan di pinggul, lutut, dan tulang belakang. Hal ini menyebabkan resiko pada pinggul yang menyebabkan pinggul sejajar.
2. Nyeri Leher
Rasa nyeri pada leher ditimbulkan salah satunya akibat duduk dalam posisi tegak dalam waktu yang lama. Rasa sakit ini karena di bagian sendi tulang belakang terjadi peradangan atau pengapuran.
3. Nyeri Punggung
Salah satu akibat duduk terlalu lama adalah nyeri punggung bagian bawah atau bagian tulang belakang secara keseluruhan. Hal ini terjadi, karena otot menjadi kaku akibat duduk terlalu lama.
Meskipun berdampak pada kesehatan, bukan berarti kita harus mengurangi jam kerja yang berakibat menurunnya produktivitas. Untuk itu, kita bisa mencegahnya dengan beberapa cara salah satunya mengonsumsi suplemen. Salah satu suplemen yang dapat membantu mencegah nyeri sendi ialah H2 SUPERBA KRILL OIL.
H2 SUPERBA KRILL OIL merupakan suplemen kesehatan menyeluruh (hollistic wellness) yang terutama berguna untuk meningkatkan kesehatan persendian dan meningkatkan kesehatan jantung karena mengandung 100% Pure Superba Krill Oil 500 mg, Total Omega-3 110 mg, EPA 60 mg, DHA 28 mg.
Nggak cuma itu H2 SUPERBA KRILL OIL juga memiliki banyak manfaat yaitu :
Efektif menurunkan kadar lemak jahat (LDL dan Trigliserida), menjaga kesehatan jantung, memelihara kesehatan persendian, terbuat dari ekstrak Krill Oil yang diambil dari kedalaman Laut Antartika, dan memiliki sumber Omega 3 dalam bentuk Phospolipid.
Nah, buat kamu atau anggota keluargamu yang sedang bekerja dikantor dan sering duduk berlama-lama bisa mencoba H2 SUPERBA KRILL OIL. Cek informasi lebih lanjut di sini http://www.kalbestore.com/Product/Varian/h2-health-and-happiness-Superba-Krill-Oil
Gak bakalan mau pulang kalau sudah di Malang, sepertinya cocok banget buat menggambarkan kota Malang yang penuh cinta ini. Tsah. Ngomong-ngomong soal Malang, saya jadi rindu sama apapun yang ada di sana utamanya kamu, kamu semua. Empat tahun berlalu dan kini saya tak lagi tinggal di sana, saya sudah pulang ke kota kelahiran. Basi sebetulnya kalau bilang waktu berlalu begitu cepat dan singkat, tapi memang begitulah kenyataanya.
Hari ini 1 April 2016, sosial media saya dipenuhi dengan ucapan ulang tahun dalam bahasa walikan (terbalik). Di sana tertulis "Tamales Ngalu Nuhat #Malang102". Artinya hari ini adalah hari jadi kota Malang, kota singgah tercinta sedang ulang tahun ke 102. Bumi yang warganya mencintai sepak bola lebih dari apapun, Arema.
Bagi saya sendiri, Malang adalah rumah ke 2 setelah Kediri, daerah yang dianugerahi kelengkapan oleh semesta, maksudnya mau main ke Gunung ada, ke pantai tersedia, pengen rileks di taman tinggal pilih, mau makan yang enak-enak gak bingung, dan yang paling penting banyak tempat asyik yang bisa di datangi. Jadi kalau sudah pernah tinggal di Malang asli gak bakalan bisa move on. Kayak saya, soalnya dulu pernah punya pengalaman bersepeda berkeliling Malang di sore hari. Syahdunya itu lho yang bikin saya gak bisa lupa.
Kegiatan bersepeda ini saya lakukan ketika masih semester awal, nah sembari naik sepeda keliling kota Malang biasanya saya mampir ke beberapa lokasi yang seru. Seperti Stasiun Kota Baru, Alun-alun Tugu, Museum Brawijaya dan Pasar Splendid. Biasanya saya cuma lihat-lihat saja, lalu pulang. Tapi kalau mau keliling wisata Malang ternyata masih banyak yang belum saya singgahi, seperti Museum Malang Tempoe Doeloe, Museum Bentoel, Museum Empu Purwa, dan masih banyak yang lainnya.
Pertanyaan pentingnya, naik sepeda biasanya sama siapa ? .... sendirian saja. *kalem.
One Day One Post Day 5 ~ (1 April 2016)
A photo posted by mahasiswamlg (@mahasiswamalang) on
Hari ini 1 April 2016, sosial media saya dipenuhi dengan ucapan ulang tahun dalam bahasa walikan (terbalik). Di sana tertulis "Tamales Ngalu Nuhat #Malang102". Artinya hari ini adalah hari jadi kota Malang, kota singgah tercinta sedang ulang tahun ke 102. Bumi yang warganya mencintai sepak bola lebih dari apapun, Arema.
Bagi saya sendiri, Malang adalah rumah ke 2 setelah Kediri, daerah yang dianugerahi kelengkapan oleh semesta, maksudnya mau main ke Gunung ada, ke pantai tersedia, pengen rileks di taman tinggal pilih, mau makan yang enak-enak gak bingung, dan yang paling penting banyak tempat asyik yang bisa di datangi. Jadi kalau sudah pernah tinggal di Malang asli gak bakalan bisa move on. Kayak saya, soalnya dulu pernah punya pengalaman bersepeda berkeliling Malang di sore hari. Syahdunya itu lho yang bikin saya gak bisa lupa.
Kegiatan bersepeda ini saya lakukan ketika masih semester awal, nah sembari naik sepeda keliling kota Malang biasanya saya mampir ke beberapa lokasi yang seru. Seperti Stasiun Kota Baru, Alun-alun Tugu, Museum Brawijaya dan Pasar Splendid. Biasanya saya cuma lihat-lihat saja, lalu pulang. Tapi kalau mau keliling wisata Malang ternyata masih banyak yang belum saya singgahi, seperti Museum Malang Tempoe Doeloe, Museum Bentoel, Museum Empu Purwa, dan masih banyak yang lainnya.
Pertanyaan pentingnya, naik sepeda biasanya sama siapa ? .... sendirian saja. *kalem.
One Day One Post Day 5 ~ (1 April 2016)