Lihat kalender keliatan tanggal merah di hari Sabtu, nah pas banget tuh waktunya ada di minggu ketiga bulan Maret. Awalnya saya berencana untuk pergi ke Taman Nasional Baluran, pengen lihat Afrikanya Jawa Timur.
Namun
rencana mendadak berubah karena di hari Sabtu tanggal 17 Maret itu,
saya ada undangan nikah teman karib masa sekolah di Pare. Udah sohib
banget masa iya gak datang kan gak enak. Yaudah mungkin lain kali bisa
merencanakan liburan ke sana.
Malam harinya saya coba chat Ilham yang bukan kebetulan masih stay di Malang, karena melanjutkan studi S2nya. Pas banget juga udah lama gak ketemu, jadi sekalian silaturahim melepas emosi karena selama ini komunikasinya cuma lewat chatting yang kebanyakan banyak gak akurnya. Haha
"Aku besok ke Malang, ajak jalan-jalan!"
"Mau kemana?"
"Ya kamu yang nentuin lah, kan kamu yang ngajak"
Yaudah, akhirnya ke Masjid Turen.
Sebetulnya saya sendiri sudah pernah pergi ke Masjid ini, cuma udah lama banget. Di bawah tahun 2010 kayaknya sih, sekitar SMP- SMA. Ilham sendiri juga katanya sudah pernah datang ke tempat ini tahun 2012 saat ada kunjungan ke rumah dosennya.
Setelah sekian lama, akhirnya bisa kembali berkunjung ke tempat ini dengan suasana yang baru, karena sudah cukup banyak lokasi yang bisa dilihat. Namun masih banyak juga yang dalam proses renovasi dan pembangunan.
Kami memarkir kendaraan di dekat pintu masuk dan langsung jalan kaki menuju lokasi. Nah, di sisi kiri dan kanan ini banyak penjual yang menjajakan berbagai macam oleh-oleh khas Malang. Seperti keripik buah dan juga menjual baju-baju Turen.
Baca juga : Wisata Religi Masjid Tiban
Suasananya memang sangat ramai tapi Alhamdulillah cuacanya sejuk. Kami mulai mengambil foto-foto sekitar dan setelah cukup puas menuju ke pusat informasi untuk meminta izin masuk. Di sini nanti setiap pengunjung yang akan masuk, diberi kertas yang isinya nama, alamat, dan informasi lainnya.
Kertas itu nanti digunakan sebagai bukti kalau kita memang sudah meminta izin masuk. Ohya, tidak perlu mengeluarkan uang karena memang tidak ada tiket masuk untuk bisa melihat keindahan masjid Turen.
Saya sebetulnya kurang tahu juga kenapa harus diberi kertas seperti itu, apakah akan ada random check seperti di MRT Chang I atau gimana. Tapi Alhamdulillah selama perjalanan berkeliling tidak ada random check sama sekali.
Jadi di Majid ini memang memiliki pemandangan yang indah, ukirannya sendiri banyak yang berlafadzkan huruf arab dan lafadz Al- Qur'an.
Let me tell you something, masjid ini bukan masjid Goib dan dibangun oleh jin seperti yang dikabarkan orang-orang ya. Karena yang membangun dan menghias masjid ini adalah para santri dari ponpes Turen.
Masjid Tiban ini memiliki 10 lantai, di lantai 8 terdapat sarana jual beli yang tokonya dijaga oleh para santriwati. Nama toko-tokonya pun berdasarkan nama-nama ulama' terdahulu. Saat itu menjelang sholat Dhuhur sehingga semua santri/santriwati serta pengunjung diajak untuk sholat berjamaah. Maka, mereka (santri/santriwati) wajib menutup tokonya dan akan dibuka kembali saat sudah selesai beribadah.
Ohya, fasilitas di tempat ini juga sudah lengkap kok. Banyak toilet yang bersih dan tempat istirahat yang nyaman, meskipun sekedar duduk-duduk.
Tempat yang indah dan menyenangkan. Semoga suatu saat kalau mau berkunjung lagi, semua lokasi sudah selesai tahap pembangunanya.