Halo..
Haha.. Jujur kagok banget mau mulai cerita perjalanan ini. Entah mungkin karena sudah cukup lama tidak berbagi di blog karena alas an sibuk atau emang sense menulisnya mulai luntur. Sebenernya banyak sekali yang ingin saya ceritakan, tapi lagi- lagi entah kenapa buat mulai kok susah sekali.
Bromo, lagi dan lagi. Tahun ini adalah ketiga kalinya saya berkunjung ke bumi Tengger ini, pertama saat awal tahun, kedua di pertengahan tahun sepulangnya dari Baluran. Ketiga kalinya ini berkunjung karena acara outing bersama kolega kantor, divisi finance & accounting (F&A).
Bosan nggak sih berkunjung ke Bromo lagi, lagi dan lagi? Nggak sama sekali lho. Malahan masih penasaran terus.
Pengalaman baru karena sebelum-sebelumnya kan gak pernah ke Bromo bareng- bareng gini. Kami berangkat hari Sabtu sore menuju ke Surabaya karena sekarang ini Madiun- Surabaya udah ada jalan tol. Jadi bisa lebih cepat dan efisien.
Bayangan malas kalau berkunjung ke Surabaya harus ditempuh dengan waktu berjam-jam juga udah sirna. Intinya perjalanan sangat lancar dan tanpa hambatan. Buktinya pukul 18.30 kami sudah sampai di Rumah Makan Bu Kris Pandaan, padahal saat rombongan sampai di daerah Kertosono pukul 16.00 WIB.
Setelah semua rombongan F&A sudah berkumpul dan makan malam sudah selesai, kami bertolak menuju Bromo. Saya gak begitu memperhatikan jalan karenaaaa tidur. Haha. Maklum deh ini kan perjalanan singkat, Sabtu berangkat, Minggu udah pulang. Jadi harus banget jaga kondisi badan, apalagi niatnya ke Bromo kan mau lihat sunrise, otomatis kita gak tidur malam harinya.
Sekitar pukul 22.30an tau-tau aja kami udah sampai di penginapan untuk coffee break dan istirahat sejenak sebelum melakukan persiapan untuk melihat sunrise. Ohiya, waktu itu juga pas banget mati listrik, jadi karena gabut kami akhirnya pada tidur pulas. Hahaha
Pukul 02.30 WIB jeep datang menjemput dan kami bertolak menuju penanjakkan. Saat itu kondisinya Bromo lagi penuh karena memang sedang weekend dan after libur panjang. Nah karena itu rombongan kami tidak dapat parkir di penanjakkan 1 dan beralih ke bukit cinta.
Di Bromo ini memang ada beberapa spot untuk melihat matahari terbit. Penanjakkan 1,2, Bukit kingkong dan bukit cinta. Masing-masing punya view yang berbeda, maka dari itu ke Bromo tuh gak bisa cukup sekali aja.
Cuaca pagi itu cukup mendukung dan matahari terbit dengan cantiknya. Sungguh jatuh cinta banget sama rona jingga, biru, dan ungu di pagi itu. Karena ini perjalanan dinas jadi saya gak bisa seenaknya menikmati keindahan matahari terbit ini terlalu lama, setelah dirasa cukup kami kembali ke parkir jeep untuk menuju ke pasir berbisik.
Ohya, sayang saat itu kami tidak dapat melihat bukit teletubies karena kondisinya yang masih pemulihan pasca kebakaran beberapa waktu yang lalu. Ah saya hampir lupa, ini pertama kalinya saya ke Bromo saat musim kemarau dan menjadi pengalaman baru karena dapat melihat Bromo dengan view yang berbeda, kering, gersang dan badai pasir.
Makin siang Bromo makin panas dan kami juga sempat mengalami terpaan badai pasir saat melakukan perjalanan menuju jeep. Begitu sampai di kendaraan pak sopir yang bahkan saya lupa bertanya siapa namanya itu meminta kami semua untuk lekas masuk ke dalam untuk menghindari badai.
Karena kondisi badan yang sudah lelah kami sepakat untuk segera kembali ke penginapan untuk sarapan dan bersih diri karena akan melanjutkan perjalanan ke Bee Jay Bakau Resort (BJBR) di daerah Mayangan Probolinggo.
Next..
Haha.. Jujur kagok banget mau mulai cerita perjalanan ini. Entah mungkin karena sudah cukup lama tidak berbagi di blog karena alas an sibuk atau emang sense menulisnya mulai luntur. Sebenernya banyak sekali yang ingin saya ceritakan, tapi lagi- lagi entah kenapa buat mulai kok susah sekali.
Bromo, lagi dan lagi. Tahun ini adalah ketiga kalinya saya berkunjung ke bumi Tengger ini, pertama saat awal tahun, kedua di pertengahan tahun sepulangnya dari Baluran. Ketiga kalinya ini berkunjung karena acara outing bersama kolega kantor, divisi finance & accounting (F&A).
Bosan nggak sih berkunjung ke Bromo lagi, lagi dan lagi? Nggak sama sekali lho. Malahan masih penasaran terus.
Pengalaman baru karena sebelum-sebelumnya kan gak pernah ke Bromo bareng- bareng gini. Kami berangkat hari Sabtu sore menuju ke Surabaya karena sekarang ini Madiun- Surabaya udah ada jalan tol. Jadi bisa lebih cepat dan efisien.
Bayangan malas kalau berkunjung ke Surabaya harus ditempuh dengan waktu berjam-jam juga udah sirna. Intinya perjalanan sangat lancar dan tanpa hambatan. Buktinya pukul 18.30 kami sudah sampai di Rumah Makan Bu Kris Pandaan, padahal saat rombongan sampai di daerah Kertosono pukul 16.00 WIB.
Setelah semua rombongan F&A sudah berkumpul dan makan malam sudah selesai, kami bertolak menuju Bromo. Saya gak begitu memperhatikan jalan karenaaaa tidur. Haha. Maklum deh ini kan perjalanan singkat, Sabtu berangkat, Minggu udah pulang. Jadi harus banget jaga kondisi badan, apalagi niatnya ke Bromo kan mau lihat sunrise, otomatis kita gak tidur malam harinya.
Sekitar pukul 22.30an tau-tau aja kami udah sampai di penginapan untuk coffee break dan istirahat sejenak sebelum melakukan persiapan untuk melihat sunrise. Ohiya, waktu itu juga pas banget mati listrik, jadi karena gabut kami akhirnya pada tidur pulas. Hahaha
Pukul 02.30 WIB jeep datang menjemput dan kami bertolak menuju penanjakkan. Saat itu kondisinya Bromo lagi penuh karena memang sedang weekend dan after libur panjang. Nah karena itu rombongan kami tidak dapat parkir di penanjakkan 1 dan beralih ke bukit cinta.
Di Bromo ini memang ada beberapa spot untuk melihat matahari terbit. Penanjakkan 1,2, Bukit kingkong dan bukit cinta. Masing-masing punya view yang berbeda, maka dari itu ke Bromo tuh gak bisa cukup sekali aja.
Ohya, sayang saat itu kami tidak dapat melihat bukit teletubies karena kondisinya yang masih pemulihan pasca kebakaran beberapa waktu yang lalu. Ah saya hampir lupa, ini pertama kalinya saya ke Bromo saat musim kemarau dan menjadi pengalaman baru karena dapat melihat Bromo dengan view yang berbeda, kering, gersang dan badai pasir.
Makin siang Bromo makin panas dan kami juga sempat mengalami terpaan badai pasir saat melakukan perjalanan menuju jeep. Begitu sampai di kendaraan pak sopir yang bahkan saya lupa bertanya siapa namanya itu meminta kami semua untuk lekas masuk ke dalam untuk menghindari badai.
Karena kondisi badan yang sudah lelah kami sepakat untuk segera kembali ke penginapan untuk sarapan dan bersih diri karena akan melanjutkan perjalanan ke Bee Jay Bakau Resort (BJBR) di daerah Mayangan Probolinggo.
Next..