Buat yang punya interest sama cerita di masa lampau, pasti seneng banget kalau pas datang ke suatu tempat terus daerah itu punya destinasi wisata sejarah. Salah satu daerah yang punya destinasi wisata sejarah adalah ibukota Jawa Timur, yaitu Surabaya.
Siapa sih yang gak tau kalau Surabaya punya tempat- tempat yang must visit banget di daerah “Surabaya Lama”. Salah satunya adalah House of Sampoerna. Saya sendiri meski cukup sering berkunjung ke Surabaya, baru kali ini bisa berkunjung dan melihat ke dalam bangunan HoS.
Awalnya memang agak rikuh saat saya dan adik mau masuk ke area House of Sampoerna, ragu- ragu, bener gak ini tempatnya. Karena memang terkesan eksklusif tempatnya. Datang ke House of Sampoerna tidak dipungut biaya sama sekali, baik untuk parkir atau tiket masuk. Jadi semuanya GE-RA-TIS.
Kami hanya diberi karcis untuk parkir saja dan menunjukkanya kembali bersamaan dengan Surat Tanda Kendaraan kalau sudah mau meninggalkan area. Tempat pertama yang kami kunjungi saat sampai di House of Sampoerna adalah toilet. Hahaha.
Selanjutnya kami menuju Tanamera, nah Tanamera adalah sebuah coffee shop yang ada di musem. Menyajikan berbagai macam kopi yang bisa dinikmati sambil bersantai di House of Sampoerna.. Jadi semacam ngopi a la- a la meneer gitu.
Udah puas ngadem di Tanamera meski nggak ngopi, saya dan adik lanjut ke bangunan inti museum. Nah buat kamu yang usianya belum 18 tahun, jangan harap bisa masuk dan melihat isi dari gedung House of Sampoerna, ya! Karena hanya yang berusia 18 tahun ke atas saja yang boleh masuk ke sini.
Petugas yang berjaga bisa tahu usiamu, karena setiap orang yang akan masuk ke museum ini, diwajibkan untuk menunjukkan identitas diri. Jadi jangan terkejut kalau ada yang meminta kamu untuk menunjukkan KTP/Kitas kita.
Hal ini dikarenakan, museum HoS adalah museum rokok, cengkeh dan tembakau. Sesuai dengan peraturan pemerintah, hal- hal yang berhubungan dengan rokok hanya boleh untuk usia 18 tahun ke atas. Jadi buat yang belum berusia 18 tahun jangan mencoba untuk merokok ya.. Tapi, bukan berartii yang sudah 18 tahun juga boleh merokok. Jadi gimana dong? Kembali ke masing- masing aja deh. Mana baiknya. Hehehe.
Saat pertama kali masuk ke museum inti ini, mata saya tertuju pada kolam ikan ditengah ruangan yang dikelilingi dengan dekorasi old school dan antik. Lampunya juga terkesan dibuat temaram sehingga membuat suasana jadi homey banget. Apalagi aroma cengkeh juga menyeruak diseluruh ruangan.
Nah, museum inti ini dulunya adalah rumah singgah dari pendiri Sampoerna, yaitu Liem Seeng Tek. Makanya gak heran kalau cukup banyak swafoto dari keluarga pendiri Sampoerna ini. Di sisi kanan pintu masuk ada banyak ditampilkan perkakas porselen yang pada zaman dulu digunakan oleh keluarga Liem Seeng Tek.
Sedangkan di sisi kanan ditampilkan sebuah replika toko yang didirikan pertama kali oleh pendiri Sampoerna. Selain itu juga terdapat rumah oven untuk memasak tembakau serta macam-macam tembakau yang didatangkan dari berbagai macam daerah, seperti Madura, Gunung Sumbing, bahkan Manado.
Masuk ke ruangan ke dua, di sini lebih banyak pigura beukuran besar dan juga sejarah korek yang pernah masuk ke Indonesia. Ternyata ada banyak sekali ragam jenis korek yang pernah dipakai. Namun saya hanya tau dua tipe saja. Selain itu juga ada penjelasan mengenai silsilah dari pemegang saham Sampoerna ini.
Nah, di ruangan ketiga ini lebih luas dan pemandangan lebih beragam dan suasananya juga lebih terang. Ada marching band milik Sampoerna, ada mesin pencetak kotak pembungkus rokok bahkan inti plakat yang digunakan untuk mencetak cover rokok serta peta penyebaran rokok milik Sampoerna di Indonesia.
Gedung ini ternyata punya dua lantai, jadi udah masuk ke sini sayang dong kalau gak lihat ke atas sekalian. Sayangnya saat di lantai 2 ini, kita tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar. Jadi di tempat ini digunakan untuk meracik resep rokok dan di balik kaca tebal terdapat ruangan seperti pabrik. Karena terdapat banyak meja dan kursi yang bejejer rapi.
Buat kamu yang ada di luar Jawa Timur dan penasaran kayak apa sih lantai dua di museum ini, buruan cari tiket pesawat ke Surabaya dan datang sendiri deh ke House of Sampoerna, ya!.
Setelah merasa cukup berada di museum, saya mencari spot lain yang bisa dieksplor. Ternyata ada galeri pavilliun yang pas banget waktu itu juga lagi ada pameran seni.
Di sini kita bisa lihat banyak karya unik dan bagus. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah origami kertas yang melayang (meskipun tidak literally melayang, karena ada talinya) tapi bisa bergerak karena menggunakan baterai. Jadi lucu banget suaranya kayak burung beneran.
Puas keliling dan foto- foto di House of Sampoerna, kami ingin melanjutkan perjalanan untuk melihat tempat lain di Surabaya Lama, sayangnya cuaca tidak mendukung dan kami juga harus segera kembali ke Kediri. Maklum saja, Kediri – Surabaya waktu tempuhnya sekitar 3 jam perjalanan. Jadi harus pinter- pinter buat manage waktu.
Padahal pengen banget ikut Surabaya Heritage Track, keliling- keliling kawasan di Surabaya Lama yang penuh dengan wisata sejarah ini.
Pas saya kirim foto liburan ini di grup keluarga, sepupu saya yang ada di Batam langsung mupeng pengen pulang ke Jawa. Haha. Nah, buat yang belum pernah ke Surabaya atau lagi pengen jalan- jalan ke Surabaya, yuk atur itinerary buat berkunjung ke kota pahlawan ini.
Buruan hunting harga tiket pesawat di aplikasi Pegipegi. Karena ada banyak banget pilihannya dan harganya juga bersaing. Layanan pemesanannya fleksibel dan merupakan online booking dengan inventori terbanyak dan terlengkap. Yang lebih penting aplikasinya user friendly.
Liburan kali ini asyik banget, selain refreshing juga bisa belajar sejarah rokok kretek yang turut serta dalam perkembangan ekonomi di Indonesia. Gak sabar pengen eksplor tempat bersejarah lainnya.