Bermalam di Pulau Oksigen Dosis Tinggi Giliyang Madura
Juni 12, 2017
Masih ingat dengan cerita #MenduniakanMadura saya beberapa waktu yang lalu? So here we go. Ini adalah lanjutan dari ceritanya yang akan dikupas satu persatu dengan posting terpisah.
Perjalanan dengan kapal laut sejujurnya membuat saya takut, banyak pikiran yang sempat betenger saat pertama kali menerima kabar kalau acara #MenduniakanMadura akan mengunjungi salah satu destinasi wisata pulau. Artinya kalau jalan ke pulau, kami harus melewati samudera untuk bisa sampai di tempat tujuan.
Perjalanan yang cukup panjang buat saya pribadi karena memang baru pertama kalinya melintasi jalanan Sumenep - Pelabuhan Dungkek. Apalagi saat itu cuaca juga sedang tidak cukup bagus, karena perjalanan darat kami lebih banyak didominasi oleh hujan dengan intensitas deras. Saya sempat khawatir.
Begitu sampai di Pelabuhan Dungkek, kami mulai berkemas kembali. Karena memang disarankan saat menyeberang hanya membawa barang yang diperlukan saja. Hal ini guna antisipasi kelebihan muatan. Baiklah, setelah selesai berkemas dan dipastikan membawa barang yang benar-benar perlu, kami mulai berjalan menuju tepi pelabuhan.
Panitia mulai membagi peserta untuk naik ke kapal. Ada 3 kapal yang akan mengantar kami menuju Giliyang dan setiap kapal hanya diisi 15 peserta. Perjalanan dari Pelabuhan Dungkek menuju Giliyang memakan waktu cukup lama, sekitar 1,5 jam. Beruntung ketakutan saya sirna ditengah samudera. Awalnya saya hanya duduk diam di deck dalam, tapi lama-lama saya mulai berani duduk dibelakang kapal sembari menikmati semilirnya angin lautan.
Satu setengah jam berlalu dan pulau mulai nampak, saya mulai excited dan pengen segera merasakan kadar oksigen di pulau ini. Sudah sampai? Belum. Kami masih harus naik becak motor sejenis "Tossa" (oke ini sebut merk) untuk masuk lebih dalam ke area Pulau Oksigen ini. Nah, ternyata di Giliyang itu ada banyak lokasi wisata juga dan gak literally cuma pulau dengan kadar oksigen aja. Ada wisata goa, wisata tebing dan pantai juga tentunya.
Begitu sampai di homestay kami mulai bersiap kembali untuk jalan-jalan menuju Goa Mahakarya atau biasa disebut dengan Goa Makrea. Lokasinya sendiri sebetulnya belum bisa dibilang bagus secara fasilitas. Soalnya kami masih harus mblasak-mblasak melewati rumah warga dan kebun-kebun. Kalau buat yang sering main ke sawah, mungkin kalian tahu tegalan nah jalannya sejenis itu.
Ohya meskipun kami saat itu berada di Pulau Oksigen, tapi udara pulau yang dikelilingi oleh lautan tetaplah membuat tubuh berkeringat. Saat sampai di Goa Mahakarya, kami bertemu dengan pak Abdullah sebagai juru kunci Goa ini. Kesan pertama saat berjumpa dengan pak Abdullah adalah beliau sangat sederhana dengan penampilan orang seperti akan beribadah. Sarung, songkok dan baju batik.
Kami ditunjukkan beberapa tempat dan keunikan-keunikan yang ada di dalam Goa, seperti stalaktit yang menghasilkan tetesan air, batu goa yang dapat berbunyi dan lorong-lorong lain yang bahkan saat melintas harus berjongkok. Ohya dibeberapa tempat baupup kelelawar juga sangat kuat, ada lorong yang sangat panas dan lorong yang kecil namun sejuk. Ini Goa kedua yang saya datangi setelah Goa Maharani di Paciran Lamongan.
Sore itu kami juga menginap di Giliyang dan esok paginya mulai eksplor Pantai Ropet.
Bersambung...
Perjalanan dengan kapal laut sejujurnya membuat saya takut, banyak pikiran yang sempat betenger saat pertama kali menerima kabar kalau acara #MenduniakanMadura akan mengunjungi salah satu destinasi wisata pulau. Artinya kalau jalan ke pulau, kami harus melewati samudera untuk bisa sampai di tempat tujuan.
Perjalanan yang cukup panjang buat saya pribadi karena memang baru pertama kalinya melintasi jalanan Sumenep - Pelabuhan Dungkek. Apalagi saat itu cuaca juga sedang tidak cukup bagus, karena perjalanan darat kami lebih banyak didominasi oleh hujan dengan intensitas deras. Saya sempat khawatir.
Begitu sampai di Pelabuhan Dungkek, kami mulai berkemas kembali. Karena memang disarankan saat menyeberang hanya membawa barang yang diperlukan saja. Hal ini guna antisipasi kelebihan muatan. Baiklah, setelah selesai berkemas dan dipastikan membawa barang yang benar-benar perlu, kami mulai berjalan menuju tepi pelabuhan.
Panitia mulai membagi peserta untuk naik ke kapal. Ada 3 kapal yang akan mengantar kami menuju Giliyang dan setiap kapal hanya diisi 15 peserta. Perjalanan dari Pelabuhan Dungkek menuju Giliyang memakan waktu cukup lama, sekitar 1,5 jam. Beruntung ketakutan saya sirna ditengah samudera. Awalnya saya hanya duduk diam di deck dalam, tapi lama-lama saya mulai berani duduk dibelakang kapal sembari menikmati semilirnya angin lautan.
Satu setengah jam berlalu dan pulau mulai nampak, saya mulai excited dan pengen segera merasakan kadar oksigen di pulau ini. Sudah sampai? Belum. Kami masih harus naik becak motor sejenis "Tossa" (oke ini sebut merk) untuk masuk lebih dalam ke area Pulau Oksigen ini. Nah, ternyata di Giliyang itu ada banyak lokasi wisata juga dan gak literally cuma pulau dengan kadar oksigen aja. Ada wisata goa, wisata tebing dan pantai juga tentunya.
Begitu sampai di homestay kami mulai bersiap kembali untuk jalan-jalan menuju Goa Mahakarya atau biasa disebut dengan Goa Makrea. Lokasinya sendiri sebetulnya belum bisa dibilang bagus secara fasilitas. Soalnya kami masih harus mblasak-mblasak melewati rumah warga dan kebun-kebun. Kalau buat yang sering main ke sawah, mungkin kalian tahu tegalan nah jalannya sejenis itu.
Ohya meskipun kami saat itu berada di Pulau Oksigen, tapi udara pulau yang dikelilingi oleh lautan tetaplah membuat tubuh berkeringat. Saat sampai di Goa Mahakarya, kami bertemu dengan pak Abdullah sebagai juru kunci Goa ini. Kesan pertama saat berjumpa dengan pak Abdullah adalah beliau sangat sederhana dengan penampilan orang seperti akan beribadah. Sarung, songkok dan baju batik.
Kami ditunjukkan beberapa tempat dan keunikan-keunikan yang ada di dalam Goa, seperti stalaktit yang menghasilkan tetesan air, batu goa yang dapat berbunyi dan lorong-lorong lain yang bahkan saat melintas harus berjongkok. Ohya dibeberapa tempat bau
Sore itu kami juga menginap di Giliyang dan esok paginya mulai eksplor Pantai Ropet.
Bersambung...
9 comments
Stalaktitnya besar-besar juga ya Sil.
BalasHapusSemoga Madura makin famous setelah dikunjungi blogger-blogger kece
Madura sejatinya sungguh kaya sumber daya alam seperti gili-gili ini dan minerba, tapi memang tantangannya besar banget buat ngembanginnya :)
BalasHapusAku jadi inga kata Mahfud MD, beliau pernah berkata jika ingin menikmati oksigen paling segar datanglah ke Madura. Dan beliau mengatakan giliyang adalah tempat yang paling tepat :-)
BalasHapusRata-rata umur orang tua di sana lebih tua dibanding di tempat lain.
haha gayamu di foto kayak preman haha
BalasHapusah jadi kangen madura. lima tahun lalu ke sumenep dan aku terkagum kagum di sana
BalasHapusMupeng Mbak ke sininya... Ya Allah, kapanlah ya saya bisa mengulang kejayaan berkelana seperti saat single dahulu.. hehehe... Guanya sangat memikat hati...
BalasHapusseru seruu.. madura. jadi penasaran mau masuk kedalam gua itu :D
BalasHapuswah ada blogger pemes semuah
BalasHapusmasih masuk madura yaa ??
BalasHapuscakeppppp
Keep Blogwalking!