Pesta Demokrasi
April 10, 2014
9 April, pesta demokrasi Indonesia baru saja dimulai.
“Hampir” semua masyarakat turut serta memeriahkan pesta yang menghabiskan APBN
hingga 21 T. Enggak heran kalau sampai segitu banyak, karena Indonesia bukan
negara kecil.
Nih, saya udah 20tahun dan saya dapat undangan buat milih.
Kemarin, saya berkesempatan untuk ikut merasakan euforia
pemilu, menjadi saksi dari salah satu partai. Sebenarnya, saya diminta oleh
bapak untuk menggantikan beliau jadi panitia KPPS, tapi Alhamdulillah gak jadi
karena ternyata jadi KPPS itu riweh. Mulai dari pagi, hingga malam bahkan ada
yang sampai pagi lagi.
Nah, saya kemarin ada di TPS 10. Jam 7 upacara dimulai,
diawali dengan saling sapa dan salam sama semua panitia, setelah itu KPPS
mengucapkan sumpah. Setelah upacara selesai saya pulang dan balik lagi pukul
13.00. Di TPS saya, penghitungan dimulai pukul 14.00.
*Piss*
Seharusnya di jadwal
penghitungan dimulai pukul 13.00. Penghitungan dimulai. Diawali dengan membuka
kertas suara bagian DPD, lalu dilanjutkan DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten. Ketua KPPS agak lama juga membaca dan mensahkan satu kertas suara
karena terkadang kertas kurang terlihat kalau sudah dicoblos, terlalu kecil
nyoblosnya, dan sebagainya. Nah, menurut saya kok rasanya lebih afdol kalau di
contreng aja daripada dicoblos. Atau mungkin, panitia nya yang masih muda muda
yang matanya masih awas dan pemikirannya masih bersih jauh dari pikiran politis
yang dipilih menjadi panitia. Untuk mempercepat, akhirnya saksi yang bantuin
baca kertas suara. Selain ya lebih efisien dan akurat, serta cermat karena
masih belum mikirin anak istri. Soalnya, kemarin anggota KPPS di tempat saya
sebentar- sebentar hapenya bunyi, karena di telfon terus sama istrinya. Kayak
laporan gitu.
Selain itu, rasanya panitia pemilu kemarin juga kurang
kordinasi satu sama lain. Yah, paling tidak briefing sesama panitia untuk
membahas aturan aturan dalam pemilu. Soalnya, kemarin di tempat saya juga ada
eyel- eyelan masalah kertas suara yang dicoblos 2 kali di kotak yang sama namun
kolom berbeda, pertama masuk ke partai dan satunya di caleg, padahal yang kayak
gitu sudah jelas masuk di caleg, kalau misal coblosnya tiga kali, satu partai,
dan 2 caleg yang berbeda itu masuk ke partai. Wohoooo!. Yopo pak, bu -___-
Nah, atau mungkin lebih enak lagi kalau misalnya nulis
penghitungan suaranya pakai komputer, yang disambungkan ke lcd buat para saksi
dan masyarakat yang ingin ikut melihat, mungkin bakalan lebih cepat lagi,
karena gak harus ngebolak balik kertas dan yang paling penting nggak boros
kertas, ya minimal mengurangi lah ya.
Parahnya lagi, ini yang paling penting masak dari pagi saksi
ga dikasih apa- apa ? disediain air aja engga, apalagi jajanan, apalagi makaan.
Padahal KPPS enak banget menu makannya. Tapi, kayaknya itu cuma di TPS saya.
Wes, zonk benar lah kemarin itu. Tapi #rapopo.
Ya, semoga ya tahun depan lebih baik lagi sistemnya. Dan
saya udah gak mau lagi ikut kayak gituan, capeeeeeek.
1 comments
Aku bar nyoblos langsung mulih trus kembali bekerja haha.
BalasHapusHuwahahahha... tego banget kuwi kok gak dikeki konsumsi blas. Sak jane awakmu njaluko ning panitiane Vi. Rapopo paling..
Keep Blogwalking!